Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Uang Terkejoet
"Maksud Mama apa? Aku digadaikan?" Ayana mendengus tak percaya. "Memangnya aku ini barang, Ma, Pa?"
Ayana menatap Asih dan Jodi secara bergantian dengan menampilkan raut muka marah. Dia menggelengkan kepala saking tak percayanya dengan perlakuan sang ayah.
Sementara Asih dan Jodi menundukan kepala lemas. Sejenak Jodi melirik tajam pada Asih dan menggeram kesal.
"Kenapa kamu katakan pada Ayana yang sebenarnya?"geram Jodi mengepalkan tangan.
"Aku nggak mau Ayana terus-terusan dibohongi. Kamu selalu bilang hidup Ayana akan terjamin jika menikah dengan Samsul, nyatanya kamu itu diam-diam menjadikan Ayana sebagai barang gadaian kan?"
"Kenapa Mama nggak bilang dari dulu? Mama juga ikut menyembunyikan fakta ini dariku?"
Rasa sesak memenuhi dada Ayana, mengetahui sang ayah menggadaikannya pada pria beristri tiga hanya demi uang, dan yang lebih sakit sang ibu pun selama ini hanya diam tak memberitahu.
Melihat Ayana dengan mata berkaca-kaca, membuat hati Asih tak tega melihatnya. Buru-buru dia menjelaskan bahwa dia pun baru mengetahui rahasia itu beberapa hari yang lalu saat dia menguping pembicaraan Jodi dan Samsul.
"Papa terpaksa melakukan ini, Ay," Jodi menyela ketika Asih sedang bercerita.
"Papa, cukup! Mulai detik ini aku semakin yakin kalau aku nggak akan pernah menyesal membatalkan pernikahan aku dengan Samsul," Ayana ikut membuka suara. Dia menatap Jodi dengan ekspresi marah bercampur kecewa yang tergambar jelas di wajah cantiknya.
Jodi menarik nafas dalam. Lalu dia pun mendongak untuk membalas tatapan Ayana. Sorot matanya yang semula mengintimidasi kink berubah memelas.
"Maafkan Papa, Ay. Papa nggak punya jalan lain. Usaha Papa hampir bangkrut dan hanya Samsul yang bisa membantu Papa dengan jaminannya adalah kamu, Ay," Jodi kembali menundukkan kepala. "Papa minta maaf."
Menyaksikan perseteruan keluarga Ayana, membuat Elang akhirnya membuka suara. Dia yang sejak awal hanya diam dan menjadi pendengar yang baik kini mulai menegakkan duduknya.
"Sudah jangan diambil pusing!" ucap Elang sambil mengambil ponsel di saku baju. "Sekarang katakan! Memangnya berapa uang yang dipinjamkan ayah mertua pada Samsul?"
Mendengar itu, Ayana langsung menoleh cepat pada Elang yang duduk di samping kanannya. Dia menautkan alis karena tak tahu akan apa yang dilakukan suaminya.
Begitu pula dengan Asih dan Jodi. Mereka sama-sama menampilkan ekspresi wajah bingung dengan mata yang menyipit memandang Elang.
"Lho kenapa semua pada diam? Katakan saja berapa hutang-hutang ayah?"
Sambil melayangkan tatapan tak suka dan mencemooh, Jodi memandang Elang lalu berkata, "Delapan puluh juta. Memangnya kenapa? Mau kamu yang bayar?"
Elang tak menjawab. Dia malah menoleh pada Asih dan bertanya keinginan sang ibu mertua yang belum terwujud selama ini.
Asih ragu-ragu untuk mengatakannya. Dia berpikir jika Elang hanya sedang bercanda dan berusaha mencairkan suasana. Akan tetapi Asih tetap mengungkapkan keinginan terpendamnya.
"Sejak menikah sama Papa, Mama belum pernah diajak jalan-jalan," ucap Asih penuh kehati-hatian melirik Jodi. "Jadi selama ini Mama pengen banget liburan di bali dan menginap di hotel mewah kaya artis-artis gitu."
Asih terkekeh setelah mengungkapkan keinginannya. Sedangkan Elang hanya mengangguk paham lalu mulai mengetikan sesuatu di ponsel.
"Kamu lagi apa sih, Lang?"
Ayana yang penasaran pun mencoba memiringkan tubuh untuk dapat melihat apa yang sedang Elang ketik. Namun, secepat kilat Elang menggeser duduknya tanpa melepas pandangan dari ponsel.
"Eits, jangan mengintip!"
Tak lama, Elang pun selesai mengetik di ponsel. Dia memasukan kembali benda canggih itu ke dalam saku lalu tersenyum puas.
"Sudah beres. Sekarang, Mama dan Papa mertua pulang. Akan ada kejutan menanti di rumah."
"Kejutan apa?" Asih bertanya penasaran.
"Ada lah. Nanti di rumah, Papa dan Mama mertua akan tahu."
Meskipun Asih dan Jodi tak tahu akan maksud ucapan Elang, tapi mereka tetap pulang ke rumah.
Selain itu, Ayana juga sudah terlanjur kecewa dan tak mau banyak bicara,sehingga tak ada lagi alasan mereka untuk tetap tinggal di rumah Elang.
Tak seperti saat berangkat, Jodi melajukan mobil dengan kecepatan yang sengaja dilambatkan. Dia merasa lesu untuk menyetir karena masalahnya dengan Samsul belum mendapatkan jalan keluar.
Sesampainya di halaman depan rumah, Asih dan Jodi saling menatap heran kala banyak tetangga dan juga orang berseragam pakaian hitam mengerubungi halaman rumah.
"Ada apa ini, Pa?" tanya Asih sambil mengedarkan pandangan ke kerumunan orang.
"Ya mana Papa tahu, Ma. Orang Papa baru juga sampai."
Tepat saat itu, ada salah satu tetangga terdekat Jodi yang berlari menghampiri sepasang suami istri itu dengan berteriak girang.
Entah apa yang membuat tetangga Jodi bersikap seperti itu. Terlebih semua tetangga juga melakukan hal yang sama saat mata mereka melihat Jodi dan Asih.
"Pak Jodi, Bu Asih, selamat ya?" ucap si seorang perempuan gemuk memakai daster bunga dengan poni depan digulung oleh rol rambut.
"Selamat apa?"
Para tetangga hanya senyum-senyum sendiri. Membuat Asih dan Jodi semakin penasaran.
"Sebaiknya Bu Asih dan Pak Jodi lihat saja sendiri," ucap salah satu tetangga yang lain.
Para tetangga membelah memberikan jalan untuk bisa dilewati Jodi dan Asih yang berjalan dengan langkah ragu menuju orang-orang berseragam hitam.
Jodi dan Asih dilanda gugup. Bahkan Asih sampai meremas kuat lengan Jodi karena dia takut berurusan dengan para pria bertubuh tegap yang berjumlah tujuh orang itu.
Dengan kompak mereka menundukan kepala sekilas lalu salah satunya berkata, "Selamat siang, Pak Jodi dan Bu Asih."
"S-siang," sahut Jodi terbata-bata. "Ada perlu apa ya, kalian semua datang kemari?"
Pria itu mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Jodi.
"Selamat, Anda terpilih untuk mendapatkan hadiah dari program Uang Terkejoet."
"Apa? Uang Terkejoet?" pekik Asih dan Jodi sambil membulatkan mata lebar.
Mereka tahu dari acara TV yang sering sekali Asih tonton tentang program Uang Terkejoet.
Sebuah acara di mana hanya orang-orang yang terpilih secara acak akan mendapatkan sejumlah uang dan juga jalan-jalan gratis.
"Tunggu! Tunggu!" kata Jodi tiba-tiba. "Kalian jangan bercanda ya? Kalian pasti mau menipu kita kan?"
"Kita bukan penipu, Pak. Kalau Bapak tidak percaya, saya akan tunjukan."
Pria itu menoleh pada salah satu rekannya yang menenteng sebuah koper hitam. Mereka menganggukan kepala sekilas lalu si pria itu membuka koper yang seluruh isinya berupa uang berwarna merah menggoda.
Asih dan Jodi semakin membulatkan mata sampai bola mata mereka seperti ingin copot dari tempatnya.
"Totalnya seratus juta rupiah dan ada juga paket liburan gratis ke Bali untuk Pak Jodi bersama istri."
Si pria itu menunjuk ke tengah-tengah kerumunan warga. Jodi dan Asih pun menoleh ke arah yang ditunjuk si pria.
Di tengah kerumunan warga ada seorang kameramen yang sedang memutar memegang kamera besar menyorot langsung Jodi dan Asih.
"Silahkan lambaikan tangan ke kamera, Pak Jodi dan Bu Asih!"
Jodi dan Asih melambaikan tangan kikuk.
"Kita masuk TV," teriak Asih tak percaya.
"Kita dapat uang seratus juta," ucap Jodi yang juga tak menyangka akan mendapatkan jackpot.
Detik berikutnya, semua warga berteriak histeris karena dua pasangan suami istri paruh baya itu seketika pingsan dan tubuh mereka tergeletak di halaman depan.
*
*
Kenapa aku bisa bikin cerita sekonyol ini? 😆😆😆
Jangan lupa like, komentar dan sesajennya ya, readers yang budiman.... 😊