Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEKERTARIS BARU
Tepat di depan ruangan Arsyad, tempat kerja baru Sha. Ia meletakkan barang pribadi seperti pigora, kalender dan beberapa sticky notes ke loker mini di meja sekertaris. Arsyad berdiri di depan meja sekertaris, menungguinya. Sumpah aneh, apalagi sambil senyum gak jelas membuat Sha semakin cemberut saja.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Sha untuk kesekian kalinya, berniat mengusir secara halus.
"Saya cuma pengen lihat kamu, seorang sekertaris harus ramah loh, gak cemberut terus!" goda Arsyad, tahu betul kalau Sha tidak suka dengan jabatan ini.
"Gak sadar apa, aku gak ramah gara-gara siapa," gumam Sha ketus, sembari menata kertas-kertas yang sungguh tidak ia pahami sebelumnya.
"Kamu nyumpahin saya, Tun?" tebak Arsyad yang melihat gerakan kesal di bibir Sha.
Sha menghela nafas berat, Atun lagi. Bisa gak sih gak panggil nama itu. Sha kemudian duduk bertopang dagu menatap balik Arsyad.
"Bapak sebenarnya maunya apa sih? Tujuan menjadikan saya sebagai sekertaris Bapak? Gak ada angin gak ada hujan, apalagi ini tidak sesuai dengan background pendidikan saya."
Arsyad menarik kursi di depan meja kerja Sha, duduk anteng menatap sang sekertaris. "Aku cuma ingin dekat sama kamu, kerja dengan teman lama tentu mengasyikkan dan tak begitu canggung, bukan?"
Alasan apaan itu. Teman lama, teman lama dari Hongkong. Udah jelas Sha gak suka dengan kelakuan Arsyad, gak sadar aja tuh. "Alasan tidak masuk akal, tapi saya sadar diri sih, siapa saya. Bos selalu benar dan asal Bapak senang aja!"
Arsyad tertawa, ia menjentikkan jari, "Betul! Sejak dulu kamu memang cewek cerdas, tahu sekali keinginan orang lain. Tapi..." Arsyad menjeda ucapannya sebentar, mencodongkan diri mendekat pada Sha, "Kamu terlalu bodoh memiliki pengalaman cinta untuk satu orang laki-laki seperti Irsyad," ucap Arsyad mengintimidasi. Sha terdiam, kalah telak.
Arsyad sangat tahu kelemahan Sha hanya karena Irsyad. Setiap membahas Irsyad, hati Sha seakan ditusuk jarum, sakit sebentar tapi sangat membekas. "Lebih bodoh lagi, kalau saya sampai memiliki perasaan untuk lelaki seperti Anda, yang terus saja mengungkit masa lalu."
Giliran Arsyad yang terdiam, langkah kakinya terhenti, ia tak jadi masuk ke ruangan. Mencoba mencerna ucapan Sha, terdengar kalau memang dari dulu Sha tidak tertarik padanya.
"Dia menolak pesonaku gitu?" gumam Arsyad dengan senyum sinis, lalu masuk ke dalam ruangannya dan tak keluar hingga makan siang. Sha gak peduli dan gak mau tau urusan Arsyad di dalam sana, selagi sambungan intercom tidak memanggilnya Sha pun memilih masuk ke ruang kerja Danu, berniat mencari tahu job disk sebagau sekertaris Arsyad.
"Silahkan duduk, Sha. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Danu formal. Duh... Sha jadi salting disambut dengan ucapan formal sedikit kaku itu.
"Maaf, Pak Danu saya mengganggu kerja Anda. Saya mau bertanya job desk sekertaris Pak Arsyad apa ya?"
Eh...Pak Danu tersenyum, bahkan sampai terkikik. Sha heran dong, jarang sekali tangan kanan Pak Wira bisa tertawa. Manusia kutub.
"Bukannya dari tadi Pak Arsyad sama kamu ya? Kenapa gak tanya sekalian?" todong Danu yang sempat melihat Arsyad menemani Sha berberes tadi.
"Saya masih canggung dengan Pak Arsyad, Pak!" jawab Sha jujur.
"Ouh, Iya?" Pak Danu memastikan, "Bukannya kalian teman SMA dan sempat sebangku dua tahun?"
Sha melongo. Pak Danu kok tahu? Ember banget si Arsyad ini. Maunya apa selalu menyangkut pautkan masa SMA di dunia kerja.
"Kaget ya kenapa saya bisa tahu?"
Sha mengangguk.
"Arsyad sangat berbeda setelah mengetahui kamu menjadi salah satu karyawannya. Sejak awal ia tak mau menerima jabatan ini, karena kamu tahu lah dia juga sudah punya bisnis lain. Mati-matian dia menolak, cuma Arsyad luluh karena permintaan mama beliau. Tapi begitu bertemu kamu, dia semangat buat memoerbesar perusahaan ini. Memberikan fasilitas berlebih demi optimalnya karyawan. Tindakannya sangat tidak wajar, tapi kembali lagi sih dia melakukan hal itu untuk kenyamanan kamu, sebagai teman hidupnya!"
"Apa, Pak?" Sha bingung dengan kalimat terakhir Pak Danu. Beliau kembali tertawa.
"Kamu emang gak merasa Sha, kalau dia itu menaruh hati sama kamu?" pertanyaan apalagi ini, Sha semakin bingung.
"Pak Danu berlebihan deh. Saya dan Pak Arsyad tidak sedekat itu," jawab Sha diplomatis. Sejak pisah bangku, nyaris Arsyad tidak mau berinteraksi dengan Sha bahkan sampai lulus SMA. Sha juga tidak bisa marah, saat itu ada hati yang harus dijaga.
"Masa' sih?"
Sha mengangguk. "Kami hanya teman SMA saja, tidak lebih."
"Kalau berlebih juga gak pa-pa kali Sha," saran Pak Danu yang entah kenapa siang ini getol sekali menjodohkannya dengan Arsyad.
Sha menggeleng. "Pak Arsyad punya dua kepribadian."
"Kok bisa?"
"Di dekat saya tuh cerewet naudzubillah, ketus, suka nyindir, tapi kalau sama orang lain diam kayak orang kutub."
Pak Danu tak bisa menahan tawa, Sha tak takut sama sekali membahas kepribadian Arsyad, padahal ia sadar sedang ngomong sama siapa.
"Kamu unik, mungkin ini yang membuat kamu disukai Arsyad."
"Enggak, Pak. Pak Arsyad gak suka sama saya, begitupun saya. Udah ah Pak, saya ke sini mau kerja. Gak mau cinta-cintaan."
"Arsyad ganteng loh,"
"Gantengan bapak."
"Waduh...saya sudah punya cewek, Sha!"
"Lah...emang ganteng terus saya naksir gitu, ya enggak juga."
"Benar-benar! Tapi Arsyad kayaknya..."
"Gak ada...Sudah dong, gak usah bahas Pak Arsyad. Ayo saya mau belajar jadi sekertaris atau kembalikan saya ke keuangan saja deh Pak, saya lebih nyaman di sana!"
"Ya ngomong sendiri sama calon suami," ledek Pak Danu semakin menjadi.
"Mana berani, pasti nanti urusannya panjang."
"Ya memang, kamu akan dipertahankan untuk selalu di dekatnya."
"Dan saya tetap akan menjauh!"
"Kenapa sih Sha, kayaknya gak mau banget sama Arsyad."
Sha mengangguk, "Ya sadar diri lah, Pak. Siapa saya, hanya karyawan biasa. Nyesek nanti kalau berharap sama Pak Arsyad."
"Tapi kalau dia yang mau?"
"Kenapa Pak Danu melebar terus sih pembahasan tentang Pak Arsyad."
Beliau pun menyodorkan ponselnya menunjukkan roomchatnya dengan Arsyad.
*Dan, Sha ada di ruangan lo?
Lo gak usah macam-macam, Dan. Calon bini gue tuh.
Kok lama Dan, dia gak keluar. Lo lagi bahas apa?
Dan, gue masuk ruangan lo ya!
Dan lo kok gak balas*
"Idih, kok Pak Arsyad gitu. Gak Pak, Pak Arsyad lebay aja,"
"Makanya mending belajar jadi sekertaris sama dia aja deh. Karena saya sibuk," Danu kembali menatap layar macbooknya.
Kalau menjadi Sha, enaknya melakukan apa. Mumpung ada vas bunga di meja, nganggur pula.
"Ya Allah, Pak Danu! Ngomong kek dari tadi kalau gak mau bantu!" Sha kesal, ternyata dirinya terjebak dalam wawancara masalah hati tanpa mendapat ilmu sekertaris dari Pak Danu. Sialaaaaaannn!!!
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun