NovelToon NovelToon
Aku Bukan Pelacur

Aku Bukan Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Malam itu, di sebuah desa terpencil, Alea kehilangan segalanya—kedua orang tuanya meninggal dan dia kini harus hidup sendirian dalam ketakutan. Dalam pelarian dari orang-orang misterius yang mengincarnya, Alea membuat keputusan nekat: menjebak seorang pria asing bernama Faizan dengan tuduhan keji di hadapan warga desa.

Namun tuduhan itu hanyalah awal dari cerita kelam yang akan mengubah hidup mereka berdua.
Faizan, yang awalnya hanya korban fitnah, kini terperangkap dalam misteri rahasia masa lalu Alea, bahkan dari orang-orang yang tak segan menyiksa gadis itu.

Di antara fitnah, pengkhianatan, dan kebenaran yang perlahan terungkap, Faizan harus memutuskan—meninggalkan Alea, atau menyelamatkannya.

Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Aku Bukan Pelacur.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 27

Pagi itu, Faizan sudah duduk di sofa kamar hotelnya, masih mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung. Kopi hitam mengepul di meja di depannya, sementara layar laptop memantulkan angka-angka laporan bisnis yang tengah ia pelajari.

Ponselnya berdering. Nama “My Mom” muncul di layar. Faizan sempat memijat pelipisnya sebelum mengangkat.

“Ya, Mah,” ucapnya datar.

“Faiz… Alea tidak ada di kamarnya!” suara Ibu Maisaroh terdengar panik. “Ibu sudah cari ke seluruh rumah, tidak ada! Pagi ini Ibu bawa sarapan, tapi kamarnya kosong,!”

Faizan hanya terdiam sebentar, menatap kosong ke arah layar laptopnya. Lalu ia berkata dengan suara tenang, tanpa nada terkejut sama sekali, “Kalau dia pergi, berarti dia sedang butuh waktu sendiri.”

“Faiz! Kamu dengar Mamah tidak? Dia pergi entah ke mana, sendirian! Bagaimana kalau—”

“Mah,” potong Faizan cepat, suaranya tetap dingin. “Dia sudah dewasa. Dia bisa jaga dirinya. Kalau dia butuh sesuatu, dia pasti akan pulang menghubungi Mama.”

Ibu Maisaroh terdengar nyaris frustasi di ujung telepon. “Kamu ini… Alea itu istrimu! Bukannya khawatir, kamu malah—”

“Mah,” Faizan kembali memotong, kali ini nadanya sedikit tegas tapi tetap datar, “ sudah ya, jangan mengulang terus ucapan Mama yang itu, Faiz ada rapat sebentar lagi. Nanti kalau ada kabar, kasih tahu saja. Tidak perlu panik.”

Tanpa menunggu jawaban, Faizan menutup telepon. Ia mengambil cangkir kopi, menyeruputnya perlahan seolah tidak ada yang terjadi, lalu kembali menatap layar laptop.

Bagi Faizan, pekerjaan tetaplah prioritas. Masalah rumah? Itu urusan belakangan.

Nayla yang masih terlelap di atas ranjang. Matanya mengerjapkan pelan, berusaha menyesuaikan pandangan.

Suara ketikan laptop terdengar samar dari sofa. Nayla menoleh dan melihat Faizan duduk tegap di sana, wajahnya serius penuh konsentrasi menatap layar.

Ada sesuatu di raut wajah Faizan saat sedang serius bekerja—garis rahangnya terlihat tegas, alisnya sedikit berkerut, dan ekspresinya… dingin, tapi di mata Nayla justru membuatnya terlihat begitu menawan.

Nayla tertegun beberapa detik. Ia bahkan lupa rasa nyeri di kakinya yang belum pulih benar.

"Bagaimana mungkin seseorang bisa terlihat sesempurna itu saat sedang diam?" batinnya.

Tanpa sadar, Nayla memandangi Faizan cukup lama hingga pria itu menoleh sekilas. “Sudah bangun?” tanyanya singkat, suaranya tetap datar.

Nayla tersentak kecil, buru-buru mengangguk. “I-iya… baru saja.”

Faizan kembali fokus ke laptopnya, jari-jarinya mengetik cepat, seolah tak menyadari bahwa ada seorang gadis yang diam-diam memperhatikan setiap gerakannya dengan tatapan penuh rasa penasaran.

Di hati Nayla, pertanyaan-pertanyaan tentang pria itu semakin menumpuk—siapa sebenarnya Faizan, dan kenapa hidupnya terasa penuh misteri?

Nayla lalu mencoba bangkit perlahan dari ranjang. Kakinya yang masih diperban terasa kaku, tapi ia ingin sekali mandi untuk menyegarkan tubuh setelah semalaman hanya berbaring.

Pelan-pelan ia menurunkan kakinya ke lantai. Satu langkah… dua langkah… namun rasa sakit langsung membuat tubuhnya goyah.

“Ah!” seru Nayla pelan ketika kakinya terpeleset sedikit. Tubuhnya hampir jatuh ke lantai.

Faizan yang sedari tadi masih duduk di sofa langsung berdiri cepat. “Hati-hati!” serunya singkat. Dalam dua langkah lebar, ia menghampiri Nayla dan memegang lengannya agar tidak jatuh.

"Mau kemana?” nada Faizan terdengar datar, tapi tangannya kuat menopang tubuh Nayla.

“Aku… cuma mau mandi,” jawab Nayla lirih, merasa sedikit malu.

Faizan menatapnya sebentar, lalu tanpa banyak bicara memapah Nayla perlahan ke kamar mandi. “Pegang bahu saya. Jangan pakai kaki yang sakit.”

Nayla menurut, memegang bahu Faizan dengan hati-hati. Ia bisa merasakan keteguhan dalam genggaman pria itu, kontras sekali dengan wajahnya yang tetap dingin tanpa ekspresi.

Sesampainya di depan pintu kamar mandi, Faizan memastikan Nayla bisa bersandar di dinding dengan aman sebelum berkata, “Saya tunggu di luar. Kalau butuh bantuan, panggil saja.”

Nayla mengangguk pelan, jantungnya berdegup sedikit lebih cepat—bukan hanya karena nyeri di kakinya, tapi juga karena sikap Faizan yang begitu tenang namun tetap membuatnya gugup entah kenapa.

---

Di tempat lain, dalam perjalanan berliku mulai berganti pemandangan hijau. Sawah-sawah terbentang luas di bawah langit biru, udara desa terasa jauh lebih segar dibanding hiruk-pikuk kota. Di dalam mobil travel yang ia tumpangi, Alea duduk di kursi dekat jendela. Rambutnya tergerai menutupi sebagian wajah, matanya menatap kosong ke arah pemandangan yang terus berganti.

Di pangkuannya, sebuah tas kain berisi beberapa pakaian dan dokumen penting menjadi satu-satunya barang yang ia bawa dari rumah besar itu. Ia menarik napas panjang. Di kepalanya, suara-suara dari masa lalu bergaung—terutama dinginnya suara Faizan yang selalu terdengar tak peduli.

"Di sini mungkin aku sedikit bisa tenang…" batinnya. "Setidaknya sampai aku tahu harus bagaimana dengan hidupku sendiri."

Pikirannya sempat melayang pada Tante Mira, kakak perempuan ibunya yang tinggal di desa kecil ini. Tante Mira orang yang lembut, terakhir kali mereka bertemu sekitar setahun lalu di acara keluarga. Waktu itu Tante Mira sempat bilang, “Kalau kamu butuh tempat untuk tinggal, datang saja ke rumah Tante.”

Dan kini Alea benar-benar memutuskan melakukannya.

Mobil travel perlahan memasuki jalanan kecil menuju desa. Alea menatap keluar, melihat anak-anak berlarian di pematang sawah, para ibu menyapu halaman rumah. Semua terasa jauh berbeda dengan kehidupannya di kota—lebih sederhana, lebih hangat.

Di ujung jalan, rumah kayu bercat putih dengan halaman penuh bunga mulai terlihat. Alea bisa melihat sosok Tante Mira berdiri di beranda. Untuk pertama kalinya setelah sekian hari, hati Alea merasa sedikit lega.

Begitu mobil travel berhenti di depan rumah kayu itu, Alea menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tas kain kecilnya ia genggam erat.

“Alea!” suara Tante Mira memecah keheningan setelah membuka pintu rumahnya, penuh dengan kehangatan. Wanita paruh baya itu segera menghampiri keponakannya. Senyum lebar menghiasi wajahnya, sementara mata Alea berkaca-kaca melihat sosok yang begitu ramah menyambutnya.

“Tante…” suara Alea bergetar pelan.

Tanpa banyak bicara, Tante Mira langsung memeluk Alea erat-erat. “Nak, akhirnya kamu datang juga ke rumah Tante. Ya ampun, kamu pasti capek sekali. Sini, masuk dulu.”

Pelukan itu membuat Alea merasa seolah beban berat di dadanya sedikit terangkat. Keheningan panjang di rumahnya, dinginnya sikap Faizan, semuanya seakan berjarak ketika berada di pelukan tante yang penuh kasih ini.

“Terima kasih, Tante,” ucap Alea lirih, berusaha menahan air matanya.

Tante Mira menatap wajah Alea yang terlihat lelah. “Ah, kamu ini… Ini rumahmu juga, Nak. Sekarang masuk dulu,”

Alea hanya mengangguk, senyum tipis muncul di wajahnya untuk pertama kali setelah sekian lama. Ia mengikuti Tante Mira masuk ke rumah, merasakan suasana hangat yang kontras dengan rumah besar tempat ia tinggalkan di kota. Di ruang tamu sederhana dengan bau kayu yang khas, Alea merasa… mungkin inilah tempat ia bisa benar-benar bernapas lagi.

...----------------...

Bersambung...

1
Jumi🍉
Istri kabur dia santai-santai aja tuh,,,kayak gak ada keinginan sama seklai buat memperbaiki rumah tangganya, lepas dari mantan Nadia datang Nayla.../Sleep/
septiana: ntah kapan dia mau sadarnya
total 4 replies
Helwa Mahara
buatlah faizan menyesal atas kepergian istrinya dan buat dia bucin ka
Jumi🍉
Sama Nayla rada betah ya tinggal di hotel bareng yang notabennya hanya orang lain, padahal bisa aja tuh tanggung jawab gak musti tinggal bareng...🙄keputusan Alea buat menjauh udah tempat tuh gak dibutuhin juga sama Faizan selama ini.😅
septiana
sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu Faiz sama istri mu🤔
Miss Ra: /Facepalm//Joyful//Facepalm//Joyful/
total 3 replies
Jumi🍉
Nayla kamu jangan berani-berani ngusik rumah tangga Faizan apalagi ada niatan jadi pelakor, istrinya aja seperti bayangan apalagi kamu mungkin hanya dianggap angin sekelibat langsung hilang, yang ada di otaknya hanya pekerjaan...😅🤣
Miss Ra: /Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Mending Alea kamu pergi jauh dari kehidupan Faizan, kamu dianggapnya bagaikan bayangan yang tak terlihat, tuh Faiz hidupnya cuma tentang pekerjaan. Tapi bila nanti ada perempuan masuk dalam kehidupannya baru kamu balas caci maki balik tuh Faiz...😤
Jumi🍉
Kalau kamu bisa sejahat itu memperlakukan istrimu dan bahkan ibumu, berarti dengan wanita lain harusnya kamu bisa jauh lebih jahat lagi termasuk nanti mantanmu...😆Hidup aja kamu sendirian hingga akhir ajal menjemput...🤣
Miss Ra: /Facepalm//Joyful/
total 1 replies
Anonymous
😍😍
Anonymous
😍😍….
Dhafitha Fitha Fitha
udah Alea hbis ni kamu pergi aja dari sana apa juga yg m di pertahankan biar dia punya penyesalan
septiana
suatu saat kau akan mendapatkan balasan dari apa yg kamu perbuat Faiz.. dan disaat penyesalan itu datang Alea sudah tidak menginginkan mu lagi.
Jumi🍉
Bingung aku tuh mau komen apa lagi buat Faiz saking menyebalkan jadi orang...🤬😤
Milla
lanjut min
Miss Ra: siaaapp
total 1 replies
Milla
next min
Dhafitha Fitha Fitha
Fandi Jdi setan 😈😈😈
Miss Ra: /Grin//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Dengan mantan punya banyak waktu untuk bicara berbanding terbalik buat istri diam seribu bahasa,,,/Curse/Alea mending cepat bawa ruqyah tuh suamimu biar jin ditubuhnya pada hilang sampai ulat keket gamon juga ikut terhempas...🤣
Miss Ra: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 3 replies
septiana
ego mu setinggi langit Faiz,kau akan menyesal setelah nanti Alea jauh darimu.. teruslah berbuat dingin pada Alea sampai nanti alea lelah dan ga ingin kembali padamu lagi
Jumi🍉
Kepala batu banget si Faiz, kaya orang hidup segan mati tak mau definisi orang gak punya tujuan...😩kompasnya rusak kali makanya tersesat di masa lalu aja...🤭
Jumi🍉: Habisnya bikin sebel banget tuh Faiz...😆
total 2 replies
Jumi🍉
Tahu rasanya dilukai tapi tanpa sadar kamu juga membuat luka untuk Alea selama ini...😪
Dhafitha Fitha Fitha
AQ benci masa lalu kl smpek nongol lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!