Alexander "Lion" Kennedy, mantan komandan pasukan elite terhebat Amerika, sedang menikmati masa pensiunnya yang damai di pedalaman hutan. Namun sebuah kunjungan tak terduga dari Gedung Putih memaksanya kembali ke dunia yang ditinggalkannya - dunia operasi rahasia, konspirasi, dan bahaya yang tak terlihat.
Dengan masa lalu yang penuh luka dan dendam yang belum terselesaikan, Lion harus memimpin misi penyusupan paling berbahaya dalam kariernya. Didampingi oleh Tanikawa, sahabat lamanya yang jenius teknologi, perjalanan mereka segera berubah menjadi permainan kucing dan tikus yang mematikan di jalanan Moskow.
Ketika misi resmi berubah menjadi urusan pribadi, Lion menemukan dirinya terjebak dalam jaringan konspirasi dimana tidak ada yang bisa dipercaya. Setiap langkah membawanya lebih dalam ke dalam labirin pengkhianatan, sementara masa kelamnya terus membayangi setiap keputusan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MR. IRA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Sebuah Tipuan?
Mobil Lion sejak mendekat ke hutan, Tanikawa masih terus memantau jalan lewat ponsel Lion "Komandan, gawat. Sekarang sudah sore, sebentar lagi gelap! Itu akan menyulitkan kita!!" ucap Tanikawa. Lion melihat sebentar ke Tanikawa "Malam? Sudah biasa, kita kan pernah melakukan misi saat malam hari!!" jawab Lion dengan santai.
Tanikawa menganggukkan kepalanya, mereka sudah semakin dekat ke lokasi Nadachi. Di kabin, Nadachi disekap. Mulut ditutup dengan kain, tangan serta kakinya diikat, dia dikurung di sebuah ruangan. Dengan penjagaan yang tidak terlalu ketat, hanya beberapa orang di dalam dan di luar ruangan. Di luar kabin, hanya ada pepohonan dengan semak-semak sejauh mata memandang.
Di tempat yang jauh, lebih tepatnya di sebuah rumah megah di Shanghai, Cina. Di sebuah ruangan di dalam rumah itu, seorang pria tua terlihat duduk di kursinya yang sangat nyaman. Dengan banyak lukisan dan juga ukiran random di tembok ruangannya, tapi yang pasti. Ada sebuah foto besar yang dipajang, memperlihatkan dua orang yang mengenakan pakaian berlogo Amerika Serikat. Duduk bersebelahan, membelakangi pesawat jet tipe F-15 milik Amerika Serikat.
"Alexander, walaupun kamu sudah mati. Tapi, dendam ini masih membara, anak tunggalmu akan menjadi pelampiasan dendamku!!" ucap pria tua itu dengan tersenyum sinis.
Kembali lagi ke Lion dan Tanikawa. Lion menghentikan mobilnya, tepat di depan hutan "Tanikawa, aku akan memakai pakaian tempurku dulu. Kamu awasi diluar mobil!!" ucap Lion. Tanikawa keluar dari mobil, memperhatikan sekelilingnya "Sepi, hampa, tak ada siapa-siapa. Dan lagi, di depan sana sangat gelap!!" gumam Tanikawa pelan.
Setelah beberapa saat, Lion keluar dari mobil. Dengan membawa tasnya, membawa topengnya, dan tak lupa dia memakai pakaian tempurnya "Wah, komandan. Tunggu, sepertinya itu logo Amerika Serikat, tapi kenapa seperti sengaja dihilangkan?!" tanya Tanikawa saat melihat bekas bendera di baju Lion.
"Ini, memang sengaja. Untuk menyelematkanmu dari penjara waktu itu!!" jawab Lion. Lion mengambil M4-nya "Tanikawa, kamu ambil Magnum4 dan barret ini!!" ucap Lion sambil menyerahkan tasnya. Tanikawa menerimanya, dia mengambil pistol dan senjata snipernya "Jadi, kita akan masuk ke dalam hutan. Dalam keadaan sedikit gelap ini?!" tanya Tanikawa.
Lion sambil mengecek senjatanya "Tentu saja, kenapa? Ini hanya gelap!!" ujar Lion untuk meyakinkan Tanikawa. Tanikawa tersenyum "Benar!!" jawab Tanikawa.
"Kita bagi tugas, aku yang akan masuk. Kamu awasi dari jauh, tapi harus tetap siap jika aku membutuhkanmu!!!" perintah Lion. Tanikawa melihat ke ponsel "Siap, aku akan memantau menggunakan barret tua ini!!" jawabnya.
"Sekarang, tunjukkan jalannya. Sobat!!" seru Lion. Tanikawa lalu berjalan masuk ke dalam hutan yang mulai gelap gulita, diikuti Lion dari belakang. Mereka berjalan melewati semak-semak yang cukup lebat, dan juga pepohonan yang rindang.
Tanikawa berhenti berjalan "Ada apa?!" tanya Lion yang ikut berhenti berjalan. Tanikawa berbalik, memandang ke Lion "Komandan, kabinnya tepat diarah jam 12!!" ucap Tanikawa. Lion sedikit berjalan ke depan "Mungkin itu, aku melihat sebuah cahaya tepat di depan kita," seru Lion.
Tanikawa yang sedari tadi membawa magnum4 dan juga berret. Dia menggunakan scope barret-nya untuk melihat ke depan "Lokasi disana, benar komandan. Tidak terlihat jelas ada beberapa orang di sana, karena terhalang oleh semak-semak dan juga pepohonan!!" bisik Tanikawa.
Lion meletakkan M4-nya ke tanah, lalu mengambil barret yang tengah dipegang Tanikawa untuk melihat lewat scope-nya "Benar, sulit untuk melihat!!" ucap Lion sambil memberikan berret-nya kembali ke Tanikawa.
Lion mengambil M4-nya di tanah, lalu maju beberapa langkah ke depan diikuti Tanikawa dari belakang "Oke, Tanikawa. Kamu bantu awasi dari sini, jika seandainya aku berteriak. Maka kamu harus segera masuk untuk membantuku!!" perintah Lion.
Tanikawa mengangguk kan kepalanya, Lion dengan hati-hati mencoba mendekat ke kabin. Dalam keadaan gelap ini, mungkin akan sulit bagi Tanikawa untuk membantu Lion dari kejauhan "Sial, harusnya aku membawa thermal scope tadi!!" keluh Tanikawa.
Lion semakin dekat, dia menunduk. Bersembunyi di semak-semak sambil membuka scope M4-nya "Di depan, hanya ada tiga orang?! Mencurigakan, atau mereka memang bodoh?!" gumam Lion, Lion lalu memakai topengnya yang sedari tadi dia pegang "Misi, dimulai!!" seru Lion pelan.
Lion berdiri secara perlahan-lahan, dia menggunakan glock19-nya untuk menembak. Kali ini, dia tidak lagi mengendap-endap "Aku gunakan pistol dulu," seru Lion. Dia membidik lewat scope pistolnya, pelatuk ditarik "Dor!!" satu peluru melesat, menjatuhkan salah satu dari mereka "Musuh?!" seru salah seorang yang melihat rekannya tergeletak tak bernyawa. Lion kembali menarik petuk glock-nya "Dor!!" peluru melesat, menjatuhkan satu dari mereka "Tinggal satu orang, tunggu. Dia dimana?!" ucap Lion.
Tanikawa sambil terus memperhatikan lewat scope barret-nya "Suara glock, kenapa komandan tidak menggunakan M4 aja? Tunggu, ada seseorang di dekat komandan. Sepertinya musuh!!" pikir Tanikawa. Tanikawa tanpa ragu, dia menembak jatuh orang itu. Lion yang mendengar suara tembakan dari Tanikawa "Tanikawa, dia menembak? Itu artinya ada musuh lainnya di dekatku!!" batin Lion.
Lion memasukkan glock-nya ke dalam saku baju tempurnya, dia lalu mengatur M4-nya ke mode full otomatis "Sekarang... Atau tidak sama sekali!!" gumam Lion. Dia lalu berlari mendekat ke kabin, di pintu kabin. Dia menempelkan telinganya di pintu, berharap bisa mendengar suara seseorang di dalam "Tidak ada suara," gumam Lion.
Lion lalu berotasi, dia berpindah dari depan. Ke samping kabin. Di jendela, dia melihat beberapa orang yang entah mengapa, mereka terlihat sangat santai "Apa mereka belum tahu, jika ada musuh?!" pikir Lion yang terheran-heran.
"Kalian mendengar suara tembakan itu, itu pasti para penjaga sedang bermain-main dengan seseorang!!" ucap salah satu dari mereka sambil tertawa. Orang lainnya juga ikut tertawa "Sebentar lagi, tawa kalian akan berubah jadi teriakan!!" gumam Lion. Lion memasang M4-nya tepat di jendela dia tidak masuk. Tapi, Lion menembakkan mereka semua dengan M4-nya.
"Dor... Dor... Dor....." suara tembakan Lion, tembakannya melawati kaca. Menerjang mereka semua, mereka semua dengan tanpa persiapan dan juga serangan dari Lion yang tiba-tiba. Membuat mereka tidak sempat memberikannya perlawanan, mereka berjatuhan, mati dengan darah yang mengalir dari sekujur tubuh mereka. Lion masuk lewat jendela "Apa hanya mereka yang ada di sini?!" gumam Lion sambil terus menembak mayat mereka semua.
Lion berjalan menyusuri kabin dengan waspada, tidak ada siapa-siapa lagi, tidak ada penjagaan, tidak ada perlawanan yang berarti. Sungguh aneh jika dipikir-pikir "Mungkin mereka amatir, tapi. Jika mereka bodoh, bagaimana bisa mereka menyekap seorang ahli yang terlatih?!" pikir Lion.
Lion terus mencari ruangan yang digunakan untuk menyekap Nadachi, setelah beberapa saat mencari. Akhirnya dia menemukan sebuah ruangan yang sedikit janggal "Itu pasti ruangannya," seru Lion. Dia mendekat, mendobrak pintunya. Pintu terbuka, Lion tidak melihat siapapun di dalam. Hanya kursi kosong dengan bekas tali untuk mengikat seseorang.
Lion berjalan mendekat ke kursinya, dia lalu melihat ke sekeliling ruangan. Namun, dengan samar, dia mendengar suara yang tidak asing di telinganya "Tit... Tit... Tit...."
Bersambung...