NovelToon NovelToon
PANASNYA CINTA MASS ADI

PANASNYA CINTA MASS ADI

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ELLIYANA

" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.

Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.

Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.

" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#14. cakar wajah

Waktu terus berjalan aku tidak mau larut dalam sakit hati, tuduhan mas Adi tidak beralasan. aku menyibukkan diri dengan membantu Ibu sambil mencari-cari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikanku.

" Masih blom ada lowongan?" tanya Ibu dari belakang.

Aku yang lagi fokus menatap layar laptop beralih menatap ibu, " belum bu.ternyata cari kerjaan itu nggak gampang " jawabku setengah frustasi.

" Sabar nak. Ibu yakin kamu akan dapat pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mu, memang kalau tidak punya koneksi orang dalam ya susah" ucap ibu menghela nafas menatapku penuh kasih sayang.

" Iya Bu Tiara tetap berusaha" jawabku setengah jujur karena aku sendiri sebenarnya sudah hampir frustasi.

" Sabar, semangat" kata ibu mengangkat kedua tangannya ala olahragawan.

" hihihi...iya Bu" jawab ku terkikik dengan tingkah lucu ibu.

Meskipun sudah tidak kuliah lagi aku dapat Informasi teman teman melalui grup aplikasi hijau, Sering aku merasa iri melihat keberhasilan mereka yang kebanyakan sudah mendapatkan pekerjaan tapi ya sudahlah ku anggap itu rejeki mereka tapi sering juga aku bertanya rejeki ku kapan.

Berbulan-bulan sudah berlalu penghargaan sebagai mahasiswa terbaik seperti nggak ada artinya, entah kapan aku mendapatkan pekerjaan rasanya semua jalan tertutup.

Aku yang putus asa menghentikan pencarian lowongan pekerjaan, laptop cuma aku pakai buat nonton Drakor. Harapan semakin menipis aku merasa pendidikan dan ilmu yang ku timba sama sekali tidak berguna.

Aku benar-benar berada di titik jenuh, seperti biasa aku menyibukkan diri membantu Ibu di tempat usahanya. Meski usahanya tidak terlalu besar aku tidak pernah lupa bersyukur karena dengan usahanya pula ibu bisa memberi ku kehidupan dan pendidikan layak walau dari pendidikan itu sampai sekarang belum ada hasil yang ku dapat.

Mengenai pekerjaan aku benar-benar sudah tidak berharap lagi, Tiara murid berprestasi itu dulu sekarang aku bukan lagi seorang murid dan sekarang aku disini sibuk mengurusi tempat usaha ibu.

Aku sering menghabiskan waktu bersama para pegawai ibu, dari mereka juga akhirnya aku bisa masak dan jago masak seperti ibu itu sih kata mereka kalau aku masih belom yakin dengan kemampuan ku tentang memasak.

Sampai suatu hari aku harus ikut mengantar pesanan atas nama tuan Adi putra Rajasa, akibat salah satu pegawai ibu ijin karena kecelakaan. aku yang diminta ibu untuk turun tangan menggantikan pegawainya, sebenarnya malas apalagi tau nama si pemesan namun ibu terus mendorong dengan berbagai alasan yang katanya aku harus melihat dunia luar.

Dengan terpaksa aku harus pergi, terus terang dengan orang yang bernama Adi aku ilfil karena nama itu mengingat kan aku pada orang yang paling ku benci tapi aku tidak kuasa menolak permintaan ibu.

Sejak kejadian itu aku benar-benar benci orang yang bernama Adi, sekarang aku disini. di salah satu mansion milik keluarga terpandang milik keluarga Adi Putra Rajasa.

Entah kenapa sejak sampai di tujuan perasaan ku langsung nggak enak, aku lebih banyak diam dan bengong.

" Mbak Tiara ayo kita susun" ajak salah satu pegawai ibu yang ikut mengajak ku untuk segera mulai menyusun.

"ohh.. Iya mbak" jawabku tersadar dari lamunanku.

Aku kesamping kan perasaan nggak enak dan mulai mengatur berbagai macam jenis hidangan yang mereka pesan khusus dari rumah makan ibuku, termasuk cemilan juga mereka pesan dari Ibu.

Aku menata dengan apik agar hidangan dan cemilan itu menggugah selera para tetamu, jadi kalau kali ini sukses pasti kedepan nya mereka akan pesan lagi sama ibu.

Aku yang terlalu fokus tidak terlalu memperhatikan sekeliling sampai tiba-tiba dari belakang, " hay sayang..." Deg... jantungku seperti lompat seperti mau keluar dari sarangnya, suaranya begitu sangat familiar.

Aku terkejut segera berbalik dan benar laki-laki yang paling tidak ingin kutemui lagi bahkan sangat aku benci kini berdiri di depan ku, " apa kabar?" tanya nya seolah tidak pernah menyinggung perasaan ku.

Aku diam mengatur detak jantungku yang tidak beraturan, bukan karena masih ada rasa tapi sungguh aku tidak pernah berharap untuk bertemu lagi. " Maaf" kataku kembali berbalik untuk menyelesaikan pekerjaan ku, kata-katanya dulu masih jelas di ingatan ku.

" Kamu masih marah sama mas" tanya nya tampa dosa.

" Deg..." rasanya luka di hatiku kembali basah, aku memejamkan mata kalau tidak ingat tempat ingin rasanya ku cakar wajah agar dia tahu aku sakit hati, tapi aku sadar sekarang aku sedang menjalankan amanat ibu dan saat ini yang di tuntut adalah profesionalitas terlepas Adi siapa yang sebenarnya pemilik acara.

Di saat aku masih gamang dengan pemikiran entahlah mungkin karena tidak aku gubris tiba-tiba, " Grep...Tiara dengarkan mas dulu" dengan seenaknya mas Adi memegang pergelangan tangan ku.

Sontak aku kembali berbalik, " Lepas Mas aku sedang kerja" kataku muak, sengaja menghentak tangan agar pegangan nya terlepas.

" Dengar dulu Tiara. Mas tahu kamu marah dan kecewa, mas minta maaf" ucapnya dengan gampang ingin kembali meraih tangan ku dengan sigap aku mundur dua langkah sampai bokong ku menyentuh pinggiran meja.

" Maafin mas Tiara" ucapnya lagi membuat rasa muak memenuhi relung hatiku.

Aku maju selangkah sampai kami benar-benar berhadapan, " Ya Tiara sudah memaafkan meskipun di sini masih sangat sakit " kataku sambil menunjuk dada agar dia paham akan sakit hati yang aku rasakan.

Aku tidak ingin lagi memberi kesempatan untuk mas Adi, ya menghindar lebih baik itu fikirku yang langsung menuju meja lain.

Dasar mas Adi emang brengsek, kemana aku pergi dia ngikutin udah macam anak kecil nuntut jajan sama emak nya. Bolak balik aku pindah tempat mas Adi tetap ngikutin layaknya penguntit, kesal ku sudah di ubun ubun.

" Sudah selesai Mbak" sapa orang yang tiba di sebelah ku.

" Sedikit lagi pak " jawab ku tanpa melihat.

" Cuek amat " ucapnya terdengar jelas, aku langsung angkat kepala dan tersenyum canggung sambil mengingat kapan pernah bertemu karena wajahnya mirip orang yang pernah ku kenal.

" Ahh pasti kamu lupa" katanya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipi di kedua belah pipi, ya aku baru ingat dia laki-laki yang pernah nolongin aku pas kejadian sama mas Adi tempo hari.

Kalau ingat itu aku malu sekali, ehh tanpa kusadari mas Adi malah semakin mepet. Aku bergeser sedikit tapi malah mepet ke laki-laki yang pernah nolong aku, otak ku mendadak lemot entah kebetulan macam apa ini yang jelas aku tidak bisa menghindar karena mereka berdiri tepat di sebelah kanan dan kiri ku, Aku seperti sengaja di himpit mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!