Awalnya Andien begitu dingin pada seorang pria tampan yang sedang melakukan kkn di wilayah tempat tinggalnya.
Reza yang begitu terpukau dengan kecantikan Andien berusaha mendekati gadis itu dengan segala cara.
Ketika Reza mampu menaklukkan hati Andien hingga gadis ini hamil. Sayangnya Reza ingkar dengan janjinya saat merenggut kesucian Andien.
Gadis ini akhirnya meninggalkan tanah air dan menerima bea siswa dari universitas luar negeri yang pernah ia daftar. Di sanalah ia melahirkan bayi kembar empat yang merubah hidupnya menjadi wanita tangguh mengurus ke empat anaknya.
Tujuh tahun berlalu, Reza dipertemukan kembali dengan Andien ketika keempat anaknya tercatat sebagai bocah jenius yang mampu menciptakan alat perekam digital yang mampu menembus pasar gelap bagi para mafia.
"Apakah Andien akan memaafkan Reza yang pernah mengabaikan permohonannya?"
"Apakah Reza mau mengakui kepada dunia untuk anak kembar empat yang pernah ia minta untuk digugurkan?"
Ikuti perjalana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. TEGA
Andien membekap mulutnya ketika melihat seorang lelaki tampan memeluk keempat anaknya dengan erat sambil menangis.
"Mas Reza!" Gumam Andien lirih.
Andien segera bersembunyi sambil mengintip keempat anaknya begitu tenang dalam pelukan kekasihnya itu.
"Ya Allah, apa yang sedang Engkau rencanakan kepada kami?" Batin Andien.
Setelah keadaan aman terkendali, Reza menguraikan pelukannya dari keempat anaknya.
"Sekarang sudah aman. Kalian bisa duduk ditempat kalian tadi sambil menunggu ibu kalian." Ucap Reza sambil mengusap kepala keempat anak itu.
"Terimakasih paman, beruntunglah ada paman yang bisa menenangkan kami, terutama menenangkan Callista.
Biasanya Calista tidak ingin dipeluk oleh orang lain kecuali mama, tapi mengapa dengan paman Calista langsung merasa tenang." Ucap Fariz.
"Tidak apa-apa!" Paman senang melakukannya. Boleh paman mengetahui nama kalian?"
"Nama saya Alfarizi. Panggil saja Fariz.
"Saya Camilla."
"Saya Al-Ghifari." Panggil saja Al.
"Saya Calista!" Ucap Calista dengan memperlihatkan senyum manisnya.
Degg...
"Senyum itu!" Reza melihat dengan seksama wajah Calista yang sangat mirip dengan Andien.
"Ahhhkk!" Mana mungkin mereka anaknya Andien, bukankah Andien hanya memiliki satu anak?" Gumam Reza membatin.
"Paman belum memperkenalkan nama paman," ucap Calista.
"Nama paman adalah...?"
Reza tidak bisa melanjutkan perkenalannya karena pihak maskapai penerbangan Garuda sudah memanggil para penumpang dengan kecocokan nomor pesawat dengan miliknya.
"Maaf sayang...paman harus berangkat kembali ke Jakarta." Ucap Reza lalu bangkit berdiri.
Ketika ia hendak melangkah, Calista menarik jarinya dan menyalami punggung tangan ayahnya dengan penuh takzim, diikuti oleh ketiga saudaranya.
Disaat itu, Reza memeluk anak-anaknya lagi sambil menangis.
"Ya Allah, aku tidak tahu anak siapa kalian, tapi mengapa aku begitu sedih berpisah dengan kalian." Ucap Reza dalam tangisnya.
Sementara Andien yang bersembunyi di balik pilar penyangga di ruang transit itu, ikut menangis melihat adegan yang sangat menyentuh sekaligus menyakitkan baginya.
"Jika dulu aku mengikuti permintaanmu untuk mengugurkan janin mereka, apakah sekarang ini kamu bisa memeluk mereka tanpa mengetahui, mereka adalah anak kandungmu sendiri." Ucap Andien.
Reza berjalan lebih cepat sambil melambaikan tangannya masuk ke gate yang dituju.
Andien menghampiri anak-anaknya." Sayang itu pesawat kita." Ucap Andien yang menjadi bagian penumpang satu pesawat dengan Reza.
Beruntunglah Reza membeli tiket bisnis, sementara Andien membeli tiket first class, jadi mereka tidak saling bertemu.
"Mama, apakah kita satu pesawat dengan paman tampan tadi?" Tanya Camilla.
"Paman siapa?" Tanya Andien pura-pura tidak tahu.
"Paman yang tadi melindungi kami, ketika para penumpang berhamburan melihat kecelakaan kerja di ruang transit tadi." Ucap Calista.
"Bukankah mama sudah melarang kalian untuk berbicara dengan orang lain yang tidak kalian kenal?" Tanya Andien.
"Maaf mama!" Tadi keadaannya sangat menakutkan dan kami tidak bisa menenangkan Calista, hanya paman tadi yang bisa menenangkan Calista." Ucap Fariz.
"Baiklah karena itu dalam keadaan darurat, kalian boleh meminta tolong kepada orang lain jika nyawa kalian terancam." Ucap Andien memaklumi keadaan psikis keempat anaknya.
Lagipula mereka berada ditangan yang tepat karena secara tidak sengaja, keempatnya berada dibawah perlindungan ayah kandung mereka sendiri.
"Untuk tiba di Indonesia hanya menempuh waktu satu jam lebih, jadi kalian tidak usah tidur lagi karena itu akan merepotkan mama." Ucap Andien.
Keempatnya mengangguk lalu mengeluarkan masing-masing buku mereka untuk membaca.
Andien membayang lagi pertemuan pertama yang tak terduga antara Reza dan si kembar empat. Wajah Reza yang makin tampan dan terlihat lebih dewasa dan karismatik.
"Pesona lebih memikat saat ini mas Reza, sepertinya aku kembali jatuh cinta padamu.
Jantungku masih bergemuruh melihatmu tadi. Ternyata naluri kebapakan yang ada dalam dirimu terpantul jelas saat nuranimu tersentuh dengan nurani darah dagingmu sendiri.
Aku harus tega padamu sayang, karena penolakanmu atas kehamilanku saat itu, sangat menyakitkan aku sampai detik ini." Ucap Andien.
Andien memeluk dirinya sendiri sambil membayangkan wajah Reza yang sangat ia rindukan sekaligus ia benci. Walaupun mereka berada dalam satu pesawat namun raga mereka terpisah oleh kabin pesawat karena berbeda kelas.
Sementara Reza masing memikirkan anak kembar empat yang dipeluknya tadi, hangat tubuh dan wangi tubuh Calista menempel di bajunya.
"Mengapa aku jadi teringat terus pada mereka dan mengapa aku merasakan sangat sakit banget hatiku ini, ya Allah." Ucap Reza yang merasakan kerinduan mendalam kepada anak kembar empat yang bertemu dengannya di ruang tunggu transit.
Tidak berapa lama pesawat Garuda Indonesia dari Singapura melakukan landing sempurna di Bandara internasional Soekarno-Hatta.
Andien mengucapkan Alhamdulillah sambil menitikkan air matanya. Ia pun segera mengajak keempat anaknya turun dari pesawat.
Andien yang masih memakai Coat coklat tua lalu melingkarkan syal miliknya hampir menutupi setengah wajahnya dengan mengenakan kaca mata hitam agar tidak terlihat oleh Reza.
Andien berjalan dengan cepat sambil mengajak anak-anaknya sedikit berlari. Keempat anaknya yang tidak mengerti permainan ibu mereka hanya mengikuti langkah Andien yang terlihat tergesa-gesa.
"Apakah paman Adam sudah menjemput kita?" Tanya Al.
"Iya sayang, makanya mama tidak sabar bertemu dengan paman kalian." Ucap Andien bohong.
Setibanya di pintu keluar kedatangan, Andien mengantarkan anak-anaknya terlebih dahulu lalu dia mengambil beberapa koper dan kardus yang berisikan oleh-oleh untuk keluarganya.
"Paman!" Panggil keempat anaknya Andien bersamaan ketika melihat Adam yang berdiri dengan gelisah menanti kedatangan mereka.
"Wah, anak-anak paman sudah tiba di Indonesia. Selamat datang di negeri nenek moyang kalian." Ucap Adam semangat.
"Apa kabar paman!" Apakah kamu tidak merindukan kami?" Tanya Camilla.
"Pastinya lebih dari rindu sayang," ucap Adam.
"Adam, mbak Andien koper dulu ya." Ucap Andien yang kembali lagi ke dalam untuk mengambil barangnya di ruang bagasi.
Andien berdiri menunggu dekat pintu keluar barang yang di over dari pihak bandara. Satu persatu dilihatnya barang-barang yang melintasi di depannya.
Andien mengambil beberapa barang miliknya yang sudah ia lihat saat melintas di depannya. Tinggal satu koper yang belum lewat.
Tidak lama kemudian, koper miliknya akhirnya lewat juga, Andien berusaha mengangkat kopernya untuk diletakkan diatas troli miliknya namun terlalu berat hingga ia dibantu oleh seorang lelaki tampan.
"Terimakasih tuan!" Ucap Andien tanpa melihat wajah sang penolong dirinya barusan.
Reza yang merasa tidak asing dengan suara itu akhirnya menarik tangan Andien dan membawa ke dalam pelukannya.
"Andien!" Panggil Reza membuat Andien terbelalak karena rangkulan tangan Reza pada tubuhnya.
Syal milik Andien yang sudah melorot hingga memperlihatkan wajah cantik Andien yang makin menawan saat ini.
"Sayang...!" Reza menatap lekat wajah cantik yang selama ini telah membunuh kerinduannya.
Andien terlihat bingung, panik dan juga merindukan lelaki tampan ini.
Tatapan mata Reza yang tidak terlepas pada wajah Andien membuat gadis ini terlihat malu di hadapan banyak orang.
"Tolong lepaskan saya, mas!" Ucap Andien yang merasa dadanya yang makin terhimpit.
"Tidak sayang!" Aku tidak akan melepaskanmu karena aku sangat merindukanmu." Ucap Reza dengan bibir bergetar.
"Lepaskan aku!" Andien makin berontak dalam pelukan Reza yang erat memeluknya.
"Andien!" sayang maafkan aku." Ucap Reza tidak peduli dengan tatapan pasang mata dari banyak orang di ruang bagasi itu.
"Di mana anak kita sayang?" Tanya Reza penasaran.
Deggg....
Ndak usah marah...yg jelek buang ke sampah aja ya....🤭🤭🤭🤗🤗
semoga kesehatan dan keselamatan iman dan ilmu u kita semua...🤲🤲..aamiin
semangat trs Thor...💪💪💪..♥️♥️
Terima kasih juga mbak Author sudah di ijinin baca sampai Tamat 🙏👍❤