NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Duniahiburan
Popularitas:895
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, jangan dijadikan keyakinan atau kepercayaan. Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 : Menuju Hutan Ribu

Menuju Hutan Ribu

Setelah keputusan bulat untuk menjelajahi Hutan Ribu, rumah Agni dipenuhi dengan kesibukan persiapan. Maya, dengan pengalamannya meneliti hutan, menjadi koordinator utama. la mencari informasi detail tentang lokasi Hutan Ribu, yang menurut cerita penduduk terletak di wilayah perbatasan antara Agam Regency dan kabupaten tetangga. Peta-peta lama dikeluarkan, dan diskusi seru tentang jalur yang akan diambil menghiasi malam-malam mereka.

Sari, dengan semangat petualangnya yang tak kalah besar, bertugas menyiapkan perlengkapan. Ransel-ransel diperiksa, pakaian lapangan yang nyaman disiapkan, dan tak lupa kamera untuk mengabadikan setiap momen perjalanan mereka. la bahkan membuat sketsa-sketsa imajinatif tentang Hantu Gembalang Raya dan awan-awan berbentuk naga, menambah semarak suasana persiapan.

Agni sendiri, sambil tetap menyelesaikan pekerjaannya sebagai penulis, juga ikut terlibat dalam perencanaan, la mencari informasi tentang cerita rakyat dan mitos yang berkaitan dengan Hutan Ribu, berharap menemukan petunjuk lebih lanjut tentang Hantu Gembalang Raya. la juga memastikan kotak P3K lengkap dan siap digunakan, berjaga-jaga untuk segala kemungkinan.

Lokasi Hutan Ribu yang cukup terpencil menjadi tantangan tersendiri. Menurut informasi yang mereka dapatkan, sebagian besar wilayah hutan masih sangat alami dan belum banyak terjamah. Jalur yang ada pun mungkin tidak terlalu jelas, sehingga mereka memutuskan untuk menyewa seorang pemandu lokal yang berpengalaman. Maya berhasil menghubungi seorang pemandu bernama Pak Jono, yang dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk Hutan Ribu.

Hari keberangkatan pun tiba. Pagi itu, matahari bersinar cerah, seolah ikut menyemangati petualangan mereka. Setelah sarapan bersama dan berpamitan kepada Kakek yang menitipkan pesan agar mereka berhati-hati, Agni, Maya, dan Sari berangkat menuju Hutan Ribu. Pak Jono sudah menunggu mereka di sebuah titik pertemuan di kaki bukit yang menjadi pintu masuk menuju hutan yang luas itu.

Perjalanan menuju Hutan Ribu memakan waktu beberapa jam. Mereka melewati jalanan desa yang berkelok-kelok, perkebunan karet dan sawit yang menghijau, hingga akhirnya tiba di kawasan hutan yang tampak lebih lebat dan misterius. Udara terasa lebih sejuk dan segar, dan suara-suara alam mulai mendominasi, menggantikan kebisingan kota.

Di titik pertemuan, mereka disambut oleh Pak Jono, seorang pria paruh baya dengan kulit cokelat yang tampak ramah dan berpengalaman. la mengenakan pakaian lapangan sederhana dan membawa sebuah tongkat kayu di tangannya. Setelah berkenalan singkat, mereka segera memulai perjalanan memasuki Hutan Ribu.

Pepohonan menjulang tinggi di atas mereka, menciptakan kanopi hijau yang menutupi sebagian besar langit. Cahaya matahari hanya sesekali menembus celah-celah dedaunan, menciptakan suasana remang-remang yang misterius. Suara-suara binatang hutan terdengar bersahutan, menambah kesan alami dan liar dari hutan ini.

Maya dan Sari tampak sangat antusias, mata mereka berbinar-binar mengamati setiap sudut hutan. Agni pun merasakan semangat petualangan yang sama, meskipun ia juga menyimpan sedikit rasa waspada. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka temui di dalam Hutan Ribu, tetapi mereka siap untuk menjelajahinya, mencari jejak awan dan mungkin bertemu dengan Hantu Gembalang Raya yang legendaris. Langkah kaki mereka mantap menapaki jalan setapak yang semakin lama semakin menantang, membawa mereka lebih dalam ke jantung Hutan Ribu yang menyimpan begitu banyak misteri.

Jantung Hutan Ribu

Semakin jauh mereka masuk ke dalam Hutan Ribu, suasana semakin terasa berbeda dari hutan-hutan yang pernah mereka jelajahi sebelumnya. Pepohonan di sini tampak lebih tua dan lebih rapat, dengan batang-batang yang ditutupi lumut tebal dan akar-akar yang menjalar di permukaan tanah seperti ular raksasa. Daun-daun yang rimbun di atas kepala mereka menciptakan kanopi yang hampir sempurna, membuat cahaya matahari hanya menembus dalam bentuk berkas-berkas yang menari-nari di antara kegelapan.

Suara-suara alam di Hutan Ribu juga memiliki karakteristik tersendiri. Selain kicauan berbagai jenis burung yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, sesekali terdengar lolongan monyet yang bersahutan di kejauhan, serta suara serangga hutan yang nyaring dan beragam. Udara terasa lembap dan dipenuhi aroma tanah basah, dedaunan yang membusuk, dan bau khas tumbuhan hutan yang menyegarkan.

Pak Jono berjalan di depan, dengan lincah ia membuka jalan menggunakan parangnya. la tampak sangat familiar dengan hutan ini, sesekali berhenti untuk menunjukkan jejak kaki binatang atau jenis-jenis tumbuhan yang menarik.

Maya dan Sari mengikuti di belakangnya, mata mereka tak henti-hentinya mengamati sekeliling, mencoba menangkap setiap detail keindahan dan keunikan Hutan Ribu. Agni berjalan di belakang mereka, menikmati ketenangan dan kedamaian yang terpancar dari hutan yang masih alami ini.

"Hutan ini memang sangat luas dan masih terjaga keasliannya," kata Pak Jono sambil menyeka keringat di dahinya. "Dulu, banyak orang yang mencoba masuk untuk mencari kayu atau berburu, tapi entah kenapa, mereka selalu kesulitan menemukan jalan keluar. Banyak yang percaya hutan ini memang dijaga oleh sesuatu."

"Apakah sesuatu itu Hantu Gembalang Raya, Pak?" tanya Sari dengan nada ingin tahu.

Pak Jono tersenyum misterius. "Siapa tahu? Yang jelas, banyak cerita aneh yang beredar tentang hutan ini. Selain Hantu Gembalang Raya yang menggembala awan, ada juga cerita tentang suara gamelan yang tiba-tiba terdengar di tengah hutan, atau penampakan cahaya aneh di malam hari."

Agni dan kedua putrinya saling bertukar pandang. Cerita Pak Jono mengingatkan mereka pada pengalaman mereka di hutan Lakuk Kandang. Sepertinya, setiap hutan memiliki misteri dan penjaganya sendiri.

Saat mereka sedang berjalan menyusuri tepi sungai kecil yang airnya jernih dan dingin, Maya tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke arah langit. "Lihat, Ma! Awan itu bentuknya aneh sekali!"

Agni dan Sari mengikuti arah telunjuk Maya. Di langit yang biru, terlihat beberapa gumpalan awan putih yang membentuk formasi yang tidak biasa. Ada yang tampak seperti seekor burung raksasa yang sedang mengepakkan sayapnya, ada pula yang menyerupai wajah seorang lelaki tua dengan janggut panjang.

"Benar juga," kata Agni sambil mengamati awan-awan itu dengan takjub. "Seperti ada yang sedang bermain-main dengan awan di langit."

Pak Jono ikut mendongak dan tersenyum. "Nah, itu mungkin salah satu 'karya seni' dari Hantu Gembalang Raya. Katanya, kalau dia sedang senang, awan-awan di langit bisa membentuk berbagai macam rupa."

Sari tampak sangat antusias. "Wah, kalau begitu kita harus terus melihat ke langit, Kak. Siapa tahu kita bisa melihat awan berbentuk naga!"

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, sesekali berhenti untuk mengamati formasi awan yang unik di langit. Semangat petualangan mereka semakin membara, berharap bisa bertemu dengan Hantu Gembalang Raya yang legendaris dan menyaksikan sendiri keajaiban Hutan Ribu.

Langkah mereka semakin mantap menyusuri jalan setapak yang berkelok-kelok, membawa mereka semakin dalam ke jantung hutan yang menyimpan begitu banyak misteri dan keindahan.

1
HARJUANTO
😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!