Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.
Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.
Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Ledakan api mengoyak langit. Leonhard dalam wujud naga raksasanya membuka rahang, menyemburkan bola api sebesar rumah ke arah kedua Fighter Demon King. Suhu di medan perang naik drastis, udara bergetar, bahkan tanah mulai retak karena panas yang menyelimuti.
“GRRRRRAAAAHHH!!!” raung Leonhard, penuh kemarahan.
Kedua fighter itu terpaksa berhenti menyerang Jinwoo, menangkis semburan api dengan senjata mereka. Kapak raksasa dan tombak hitam menusuk pusaran api, tapi percikan energi kosmik dari Leonhard membuat mereka terhuyung mundur. Tubuh mereka dipenuhi luka bakar, asap hitam mengepul dari kulit iblis mereka.
Di saat yang sama, Takeshi berdiri di punggung naga. Nafasnya berat, tapi matanya tajam. Ia menarik pedangnya perlahan ke luar dari sarungnya.
“Target terkunci…” bisiknya. Pandangan dunianya seketika berubah—waktu melambat, suara peperangan meredam, hanya ada detak jantungnya dan sosok Mage Demon King yang berdiri jauh di belakang, sibuk merapal mantra.
Aura bulan menyelimuti pedangnya.
“Skill Ultimate—Moon Sever: Phantom Eclipse!”
Dalam sepersekian detik, Takeshi menghilang dari tempatnya. Tubuhnya melesat menembus ruang seperti kilatan cahaya bulan. Ia muncul tepat di hadapan Mage Demon King, pedangnya terangkat tinggi, siap menebas dengan serangan tanpa celah, tanpa counter.
Tetapi…
CLANG!
Sebuah pedang hitam raksasa menahan tebasannya. Tubuh Takeshi bergetar keras. Matanya membelalak. Itu tidak mungkin. Tidak ada yang bisa menahan Moon Sever!
Saat ia menoleh, sosok tinggi dengan mata merah dalam menatapnya dingin. Pedang itu adalah pedang terkutuk yang dikenal sebagai Abyss Blade. Pemiliknya berdiri dengan aura yang lebih mengerikan dibanding seluruh demon king sebelumnya.
Commander Demon King.
“Trik yang sama tidak akan berguna dua kali pada kami, manusia.” Suaranya dingin, datar, namun penuh otoritas.
Seketika energi gelap meledak dari pedangnya, menghantam Takeshi. Tubuh samurai itu terpental jauh, menghantam beberapa batu besar hingga runtuh. Darah mengalir dari mulutnya.
“TAKESHI!” Jinwoo berteriak, matanya melebar.
Commander itu hanya menatap dingin, lalu tersenyum tipis.
“Aku sudah tahu ada yang tidak beres denganmu sejak awal.”
Amarah membakar dada Leonhard melihat Takeshi dihancurkan dengan mudah. Sisiknya bersinar terang, energi api berkumpul di mulutnya.
“GRRRRRAAAAHHH!!! NOVA BLAST!!!”
Bola api raksasa sebesar matahari meluncur ke arah Commander Demon King, membuat seluruh medan perang terang benderang. Panasnya membuat bahkan demon-demon kecil di sekitar terbakar habis.
Namun, Commander itu hanya mengangkat pedangnya. Satu ayunan.
SLASH!
Dunia seakan membelah. Bola api sebesar matahari itu terbelah dua, meledak ke kiri dan kanan, melumatkan ratusan monster tapi tak melukai Commander sedikitpun.
Semua orang terdiam.
“I-ini... Mustahil…” Selene berbisik, wajahnya pucat.
Namun petaka belum berakhir. Mage Demon King yang masih hidup segera merapal mantra kekangan. Pilar-pilar sihir muncul, rantai energi membelit tubuh Leonhard di udara.
“GRHHH—!!” Leonhard meraung, tubuhnya gemetar menahan ikatan sihir. Tapi tak ada gunanya.
Commander mengayunkan Abyss Blade.
ZRAASHHH!
Sinar hitam membelah sayap kiri Leonhard. Darah naga menyembur ke udara. Raungan kesakitan mengguncang bumi. Tubuh raksasanya jatuh menghantam tanah, membuat kawah besar.
“LEONHARD!” Jinwoo berteriak. Tubuhnya gemetar, napasnya semakin cepat.
Di belakang, Selene berlari sambil mengangkat tongkatnya, cahaya penyembuhan terpancar. Tapi wajahnya dipenuhi ketakutan ketika melihat luka Leonhard menghitam, membusuk.
“Ini… kutukan kuno. Tidak! Luka ini tidak bisa sembuh dengan mudah!” Selene panik.
Sementara itu, Takeshi berusaha bangkit dengan tubuh penuh darah. “S-Senpai…” suaranya serak.
Jinwoo memandang ke depan. Darah menetes dari bibirnya. Hanya tersisa dua lawan—Mage Demon King dan Commander Demon King.
“Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh mereka lagi…” bisiknya.
Dua Fighter Demon King maju menghadangnya. Tapi kali ini, Jinwoo sudah berbeda. Mode Override menyelimuti tubuhnya, cahaya kosmik menyala terang. Waktu tersisa hanya tiga menit.
ZWOOSH!
Pedangnya menebas cepat, terlalu cepat untuk diikuti mata. Kedua fighter itu bahkan tidak sempat bereaksi. Tubuh mereka terbelah menjadi dua, lenyap dalam cahaya.
“HRGGHH!!” Jinwoo muntah darah, lututnya hampir goyah. Tubuhnya sudah melampaui batas. Tapi matanya tetap menatap lurus ke Commander Demon King.
Di belakangnya, Leonhard meraung kesakitan, Selene berkeringat deras sambil berusaha menghentikan kutukan, dan Takeshi yang masih berdiri dengan pedang gemetar. Ezekiel masih berlutut, mantra ultimate-nya hampir selesai.
Commander Demon King menatap Jinwoo, lalu tersenyum tipis. “Untuk ukuran manusia… kau lumayan.”
Ia mengangkat Abyss Blade, menunjuk ke arah Jinwoo.
“Namaku Azhmodeus. Kau lawan yang layak bagiku.”
Jinwoo terdiam, lalu berkata dingin. “Kenapa kau tenang sekali? Kau baru saja melihat rekan-rekanmu mati.”
Azhmodeus tertawa, suaranya bergema menyeramkan. “Mereka mati karena lemah. Mereka bukan apa-apa selain budakku, meminjam gelar Demon King untuk kepentingan perang. Hanya ada satu Demon King sejati—aku.”
Ia melangkah maju. Aura Abyss menelan cahaya sekitar.
“Dan kau, manusia… harus merasa terhormat karena akan mati di tanganku. Setelah itu, aku akan keluar dari dunia terkutuk ini dan membawa malapetaka pada dunia luar. Aku menantikan jeritan setiap makhluk hidup di luar sana.”
Jinwoo tersenyum tipis, darah masih menetes dari bibirnya. “Kalau begitu, aku punya alasan untuk mati setelah membunuhmu di sini, bukan?”
Azhmodeus terdiam sejenak, lalu tertawa. “Kau congkak. Tapi aku menyukainya.”
Ia mulai melangkah maju. Mage Demon King segera merapal banyak mantra, menyalurkan kekuatan buff padanya. Aura Azhmodeus semakin mengerikan.
“Melihatmu… aku yakin. Kau bukan sekadar manusia. Kau adalah raja di antara mereka. Dan aku menantangmu untuk duel… Raja melawan Raja.”
Seluruh medan perang terdiam.
“Senpai! Jangan! Itu jebakan!” Takeshi berteriak, darah masih mengalir di pipinya.
“Jinwoo! Jangan gegabah!” Selene perlahan mengeluarkan air mata.
Leonhard, tubuhnya penuh luka, berteriak dengan suara terputus-putus, “Jangan… buat keputusan bodoh… Pemimpin…”
Ezekiel tidak bicara, tapi matanya menatap tajam penuh penentangan. Sedikit lagi… sebentar lagi… bertahanlah, Jinwoo.
Azhmodeus tersenyum melihat semua keraguan itu.
“Apa kau takut, manusia?”
Tiba-tiba ia menghilang dari pandangan.
Jinwoo segera sadar—tidak, dia tidak menyerangku!
Seketika tubuhnya melesat ke belakang, ke arah Ezekiel. Dan benar saja, Azhmodeus muncul tepat di belakang Ezekiel, Abyss Blade terangkat tinggi.
Mata Ezekiel membelalak, keringat dingin mengalir di wajahnya. Ia tahu—ia tidak akan sempat menyelesaikan mantranya.
“MATILAH!” Abyss Blade menebas ke bawah.
CLANG!!!
Sparks berhamburan. Pedang Jinwoo menahan tebasan itu tepat sebelum mengenai kepala Ezekiel.
“HRGGHHH!!!” Jinwoo menggertakkan giginya. Tekanan Abyss Blade membuat tulangnya berderak, tubuhnya hampir remuk.
Azhmodeus menatap dengan mata merah menyala. “Ohh… kau bisa menahanku? Instingmu bagus juga. Jika kau terlambat sedikit saja… kepala temanmu ini sudah jatuh ke tanah.”
Jinwoo menahan pedangnya dengan kedua tangan, darah mengalir dari luka-lukanya, tapi matanya penuh tekad.
“Selama aku berdiri… tidak akan ada yang bisa menyentuh mereka.”