Aluna seorang gadis bercadar terpaksa harus menikah dengan ketua geng motor atas wasiat dari mendiang ayahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
" Lo mau ke mana?"
setelah tahu siapa oknumnya, Annisa pun mendesah pelan.
" aku ada perlu Din. Kamu kenapa ngikutin aku?"
" gue penasaran. soalnya lo buru-buru banget. gue boleh ikut nggak? gue lagi bosan nih. habisnya Raden masih ngambekin gue" lirih Dinda.
Anisa segera menggelengkan kepalanya.
" nggak boleh, Dinda. lagian aku hanya izin atas Namaku, nggak minta temenin siapapun. kamu balik ke kelas gih. nanti kasih tahu aku apa aja yang dibahas guru mata pelajaran berikutnya" Sela Anisa
raut wajah dinda nampak kecewa.
" hm, Ya udah deh. Lah hati-hati"
"iya, Aku jalan dulu ya"
Annisa pun Segera menaiki ojek online yang masih setia menunggunya. Di perjalanan, perasaan Anisa tak tenang. Iya terus memikirkan keadaan jayden.
" ya Allah... hilangkanlah pikiran negatif ini" lirih Anisa.
" kenapa lo mundur banget duduknya? gue takut motor gue kejengkang ke belakang" ucap pria di depannya.
"eh? kamu masih muda? aku kira udah aki-aki" sahut Annisa pelan.
" sembarangan! bisa majuan enggak? agak susah nih gue bawa motornya"
" Maaf tapi kita bukan muhrim, aku takut nanti bersentuhan"
" nggak bakal dosa kok" ucap pria itu lagi.
" Memangnya kamu Tuhan! sok tahu banget dosa atau enggak!" simple Annisa.
pria itu terkekeh dan tersenyum di balik helm full face nya.
Tak Butuh waktu lama Anisa telah sampai di parkiran rumah sakit. segera Anisa meraih dompet yang ada di tasnya. dia keluarkan dua lembar uang berwarna biru untuk diserahkan kepada pria yang memakai jaket ojek itu.
saat Tangannya sudah terburuk untuk menyerahkan uang itu, dengan cepat pria itu menolak.
" gak usah. gue ikhlas kok bantuin lo. gue selalu ikhlas bantuin lo"
Anisa menaikkan sebelah Alisnya.
" maksud kamu? perasaan baru kali ini aku pesen ojek dapet pria muda seperti kamu. biasanya bapak-bapak lansia atau ibu-ibu"
Pria itu tertawa pelan, lalu membuka helem fullface nya. pria itu kemudian menyugar rambutnya yang berantakan. Anisa merasa tik asing dengan wajah itu. begitu familiar, pikir Anisa.
" lo gak inget gue? "
Anisa menggeleng pelan, dengan pikirannya yang pikiran yang melangga Buana mengingat pria yang ada di depannya.
" parah lo, gue yang nolongin lu waktu kecebur di Danau" ucapnya.
" hah? yang nolongin aku, temen aku kok, bukan kamu" sendal Anisa.
pria itu tertawa kembali.
" jadi jayden nggak bilang kalau gue yang nyelamatin lo?"
Anisa terkesiap.
" Kok kamu tahu nama temen aku? Kamu pengecut ya?!" tebak Anisa menatap pria yang ada di depannya penuh curiga.
bukan penjelasan yang keluar dari mulut pria itu, melainkan suara tawarannya yang begitu lepas. Anisa sampai garuk-garuk kepala melihat pria itu terus tertawa seperti orang gila.
Anisa melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan. sudah hampir satu jam waktunya terbuang dari mengurus surat izin sampai ke sini. Anisa kemudian menghala nafas panjangnya.
" Maaf, aku pergi duluan. Jika kamu berubah pikiran untuk meminta bayaran ojek, kamu bisa datang ke sekolahku. tempat pertama kali kamu menjemputku. aku buru-buru, Assalamualaikum" ucap Anisa.
Anisa membalikkan tubuhnya namun pergerakannya terhenti saat pria itu tiba-tiba memanggil namanya. Anisa membeku untuk sepersekian detik. wanita itu begitu terkejut saat tahu jika pria itu mengetahui namanya. pantes Anisa kembali menoleh ke arah pria itu
" Kamu kenapa tahu nama aku?" tanya Anisa.
" gue tahu karena temen gue sering nyebut nama lo. Don gue yakin jika cewek yang selalu dia ceritain itu lo. tapi lo tenang aja. gue bukan penguntit. Gue cuman berusaha jagain elo sesuai permintaan teman gue" ungkapnya.
" Kamu bicara apa sih? Aku nggak ngerti"
" nama gue langit, dan pergerakan Allah selalu ada dalam pengawasan gue, sesuai dengan nama gue langit, yang berarti luas tak terkira. sekarang lu pergi, Gue doain semoga temen lo baik-baik aja" ungkapnya lagi.
setelah mengatakan itu pria itu memasang kembali helm full face nya. kemudian melajukan motornya dengan kecepatan penuh.
Anisa lantas kembali bergerak setelah sadar akan lamunannya. wanita itu bergegas berlari ke arah ruangan IGD.
dari kejauhan, Anisa bisa melihat banyak kumpulan pemuda memakai jaket dengan lambang bulan hitam di punggungnya. saat ini Anisa hanya perlu mencari keberadaan Altaf. saat matanya sudah bertemu dengan sosok Althaf. Anisa segera menghampiri Altaf.
" Altaf!" Panggil Anisa.
Altaf menoleh, dan segera berdiri, berjalan mendekati Anisa.
" eh? Ayank! kok lama? " sahut Althaf.
" is! Gimana keadaan jayden? sudah ada perkembangan? dokter sudah memindahkan ke ruang pasien?" tanya Anisa.
" oy! oy! Sabar napa! satu-satu kalau nanya. kita masih nunggu dokter nih, jayden masih di IGD belum keluar sampai sekarang" jelas Althaf.
sementara itu, ada seseorang yang berdiri dari tadi memperhatikan Anisa dan Althaf berbincang. pemuda itu kemudian mendekati mereka yang masih bercengkerama.
" Anisa?" Panggil pemuda itu.
atensi Anisa dan Altaf teralihkan. di sana berdiri Radit yang sedang memandang Anisa dengan bingung. mengernyit, mungkin bertanya-tanya Kenapa Anisa berada di sini. dan lagi, sedang bercengkrama dengan sahabatnya yaitu Altaf.
" eh? R-radit? k-kamu disini juga? " tanya Anisa terbata-bata.
Altaf menepuk jidatnya karena tidak fokus ia jadi melupakan Radit.
" gawat! " ucap Althaf dalam hati.
" Iyalah Nis. gue kan memang barengan jayden sejak keluar dari sekolah. Harusnya gue yang nanya, kenapa lo bisa ke sini? dan kenapa lo bisa bicara akrab dengan Altaf?" tanya Radit secara beruntun.
" itu- anu-" tenggorokan Anisa seperti tercepat.
" nggak usah kepo! gue sama Anisa kebetulan kenal waktu ketemu di toko buku. kebetulan dia pencinta komik juga Sama kayak gue. kita lagi bahas chapter kedua dari komik yang kita bahas. iya kan nis? "timpal Althaf.
"eh? i-iya, hehe. aku suka komik, dit. aku ke sini jenguk keluarga yang terluka. kamu di rumah sakit kenapa? ada yang terluka?"
Radit mengguk.
" oh, jadi begitu. gue di sini karena jayden sedang terluka"
" o-oh... kalau begitu aku permisi ya. mau jenguk keluargaku" ujar Anisa.
" oh, ok! sahut Radit.
" keluarga saudara jayden? " suara wanita melengking menyebut nama jayden membuat Anisa mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana.
Radit pun akhirnya menyusul Suster itu masuk ke dalam ruangan IGD.
sementara itu, Anisa berdiri dengan kaki yang sulit bergerak. jayden sangat serius sehingga dokter harus membicarakan ini secara tertutup.
" ya Allah... Semoga jayden nggak kenapa-napa" lirih Anisa.
" tenang, nis. jayden pasti baik-baik aja. dia ketua kami. dia bukan orang yang lemah" ucap Althaf yang mencoba menghibur Anisa.
" aku harap juga begitu, Al"
.
.
.
BERUNTUNG BUKAN ADHEK Q😡😡😡😡