NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 26

Wartawan berlarian kecil, kamera mengarah ke wajah Kenji yang terburu-buru masuk ke mobilnya.

“Kenji! Benarkah ada masalah internal di SilverDawn?!”

“Kenji, ada apa sebenarnya? Bisa jelaskan lebih jelas?”

Namun Kenji hanya menunduk, wajahnya masam, dan tanpa sepatah kata pun ia masuk ke mobil. Pintu langsung dibanting, mesin meraung, lalu mobil melaju meninggalkan kerumunan wartawan yang semakin penasaran.

Anton menutup tirai jendela rapat-rapat sambil menghela napas berat.

“Perilaku Kenji akhir-akhir ini... agak aneh, Kev. Dia bukan tipikal orang yang biasanya frontal begitu ke media.”

Kevin mengangkat wajahnya pelan. “Ton, from the start, I never really like him. Dia itu... banyak pura-pura. He’s good at hiding, you know? Jadi kelihatannya fine, but actually... I can feel something’s off.”

Ia menyandarkan kepala ke sofa, nadanya makin serius. “Sejak aku bilang ke mereka kalau aku bakal kuliah di luar negeri dia langsung berubah. Tiba-tiba bikin image seolah aku yang bikin masalah di SilverDawn.” Kevin menghela napas pendek. “Honestly, I don’t get it... why he’s so mad at me.”

Anton menatap Kevin lama, kecurigaan makin kuat dalam benaknya.

Anton terdiam sejenak, lalu bersandar sambil mengetuk pelan jari-jarinya di meja. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. “Kev... mungkin aku tau kenapa Kenji begitu benci sama kamu.”

Kevin melirik malas. “Really? Tell me, then.”

Anton menarik napas panjang. “Apa jangan-jangan... karena model itu? Dulu kan dia pacaran sama cewek itu, tapi ternyata cewek itu malah naksir kamu. Bisa jadi, itu yang bikin dia kesel banget sama kamu sampai sekarang.”

Kevin terdiam sejenak, kemudian mengangkat bahu. “Ton, I never liked her. Never. Dia yang ngejar-ngejar aku. Aku udah bilang berkali-kali, I’m not interested. And that issue... it’s done, selesai. Nothing between me and her.”

Anton mengamati ekspresi Kevin. Dari nada suaranya, jelas kalau Kevin jujur. Tapi di sisi lain, Anton sadar betapa kecilnya hal sepele bisa jadi bara besar di dalam grup.

Kevin kembali bersuara, lebih pelan. “If Kenji still holds that against me... then it’s his problem, not mine. Aku nggak pernah berniat ngerebut apa pun darinya. Not his spotlight, not his girl.”

Anton menyandarkan tubuhnya, kali ini menatap kosong ke arah jendela. “Kalau memang benar itu sebabnya... berarti masalahnya bukan cuma musik, Kev. It’s personal.”

Kevin hanya mendesah. “Exactly. Dan kalau udah personal... it’s hard to fix.”

Anton mengusap wajahnya, lalu berkata tegas, “Aku harus ngobrol sama Kenji... juga sama yang lain. Kalau dibiarkan, ini bisa makin parah.”

Kevin hanya menatap kosong ke arah gitarnya yang tergeletak di sofa. “Do whatever you want, Ton. Aku capek.”

Belum sempat Anton menambahkan kalimatnya, ponselnya berdering keras. Nama Riku muncul di layar. Anton langsung mengangkatnya.

“Ya, Rik?” suaranya sedikit tegang.

Dari seberang terdengar suara cepat panik tapi ditahan. Anton mengangguk-angguk, wajahnya makin serius. “Oke, aku ke sana sekarang.”

Setelah menutup telepon, Anton berdiri mengambil jasnya. Ia menoleh ke Kevin.

“Itu dari Riku. Ada yang harus segera dibicarakan. Aku ke sana dulu.”

Kevin mengangkat alis. “You want me to come?”

Anton menggeleng cepat. “No. Kamu tetap di rumah, Kev. Please. Jangan kemana-mana dulu. Wartawan masih ngumpul di luar, dan aku nggak mau kamu makin tertekan. Let me handle this.”

Kevin terdiam sebentar, lalu hanya menghela napas panjang. “Fine.”

Anton menepuk bahu Kevin singkat, lalu bergegas keluar, meninggalkan Kevin sendirian dengan pikirannya yang semakin kusut.

_____

POV Riku dan Eren

Studio hari itu terasa lebih sepi dari biasanya. Kevin tidak muncul ia masih terkepung wartawan di depan rumahnya, wajah lelahnya jelas butuh istirahat. Chris sejak awal bilang tidak akan latihan, sementara Kenji entah kenapa justru memilih berurusan dengan kerumunan wartawan yang mendadak nongol itu.

Alhasil, hanya Riku dan Eren yang benar-benar datang ke studio. Mereka berdua masih sibuk mengecek instrumen, meski suasana terasa hambar tanpa yang lain.

“Kayak latihan dua orang begini, berasa nggak ada gunanya,” celetuk Eren sambil menepuk-nepuk drumnya.

“Ya anggap aja buat pemanasan,” jawab Riku setengah malas.

Tak lama, Riku beranjak ke toilet. Di situlah matanya menangkap sesuatu yang aneh di atas wastafel, plastik bening mungil berisi serbuk putih, hanya tersisa sedikit.

Ia langsung kaku. Tangannya gemetar ketika meraih benda itu dengan tisu, seolah takut meninggalkan jejak.

“Eren,” panggilnya cepat.

Eren menghampiri, dan saat melihat plastik itu, ekspresinya langsung berubah tegang. “Apa itu? Rik... jangan bilang itu yang gue ya.”

“Punya siapa ini?” Riku menggeleng kecewa. “Jelas ini bukan barang wajar. Dan lo tau kan, cuma kita berenam yang punya akses ke studio ini.”

Eren menahan napas, wajahnya memucat. “Kalau sampe bocor keluar... tamat kita.”

Tanpa pikir panjang, Riku mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Anton. Setelah beberapa nada sambung, suara manajer mereka terdengar.

“Ton, lo bisa ke studio sekarang?” suara Riku berat, menahan panik. “Gue nemu sesuatu... plastik kecil isi serbuk putih. Gue nggak tau punya siapa, tapi ini serius banget.”

Di seberang sana terdengar Anton menarik napas panjang. “Stay there. Jangan apa-apain dulu. Gue ke sana sekarang.”

Begitu sambungan terputus, Riku dan Eren saling berpandangan. Malam itu, suasana studio yang biasanya jadi ruang kreativitas mendadak berubah mencekam.

_____

Anton akhirnya tiba di studio dengan wajah serius. Riku dan Eren langsung memperlihatkan bungkusan kecil berisi sisa serbuk putih yang mereka temukan di toilet. Anton menatap benda itu cukup lama, lalu menarik napas berat.

“Kalau benar ini milik salah satu dari kalian, kita harus selesaikan sekarang juga,” gumamnya dalam hati. Situasi sudah runyam dengan gosip soal Kevin, ditambah lagi masalah seperti ini bisa benar-benar menghancurkan Silverdawn.

Anton sempat berpikir, seharusnya mereka semua duduk bersama membicarakan hal ini. Tapi ia tahu, Kevin dan Kenji belum mungkin dipertemukan sekarang. Pertengkaran tadi masih panas.

“Baiklah, semua harus kumpul dulu,” ucap Anton akhirnya.

Riku dan Eren saling pandang, lalu mengangguk.

“Panggil Chris ke sini. Kita tanya dia juga.”

Tak lama setelah dihubungi, Chris datang ke studio dengan wajah datar. Ia mendorong pintu dan masuk tanpa banyak bicara, hanya mengangguk sekilas pada Anton, Riku, dan Eren. Suasana di dalam ruangan terasa berat, nyaris menyesakkan.

Anton meletakkan bungkusan kecil berisi sisa serbuk itu di atas meja. Chris sempat menatap sekilas, lalu mengernyit.

“Apa ini?” tanyanya dengan nada dingin.

“Riku nemuin di toilet studio,” jawab Anton hati-hati. “Cuma kita berenam yang pakai studio ini. Jadi...jelas pertanyaannya: punya siapa benda ini?”

Chris mendengus pendek, lalu menyilangkan tangan di dada. “Jangan lihat ke aku. Kamu sendiri tahu aku nggak pernah sentuh beginian.”

Anton memperhatikan raut wajah Chris, berusaha mencari tanda-tanda kebohongan. Tapi tatapan Chris tetap stabil, meski ada sedikit kilatan marah di matanya karena merasa dituduh.

“Ini serius, Chris,” Anton menekan nada suaranya. “Kalau ada yang main-main dengan barang kayak gini, karier kita semua bisa tamat. Jadi jujur lebih baik daripada nanti ketahuan orang luar.”

Chris menunduk sejenak, lalu menghela napas panjang. “Aku ngerti, Ton. Tapi sumpah, itu bukan punya aku. Kalau mau, tes aja aku sekarang.”

Riku dan Eren saling pandang. Kecurigaan tetap menggantung, tapi jawaban Chris justru bikin situasi makin tegang karena kalau benar bukan dia, berarti masih ada dua nama lain yang harus ditanya.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!