Musim panas sudah di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
namun bukannya mendapat liburan yang menyenangkan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
[Menghargai Itu Sangatlah Mahal]
Tak lama, Sky keluar dari kamar mandi sambil menyeka rambutnya yang masih basah. Sementara di lain sisi, Chai Tea pun diam-diam mengintip sedikit dari pintu dapur.
"Hah? Tahu-tahu dia sudah pakai baju? Singlet pula."
"Kenapa tidak pakai anduk saja kayak sebelumnya." Gumamnya, kecewa.
Mencium bau tongseng daging di seluruh ruangan membuat perutnya seketika keroncongan seperti kebun binatang. Sky masuk ke dapur lalu berjalan untuk mencari Chai Tea, tampak wanita itu sudah berdiri di samping meja.
"Mau makan sekarang?" Ucap Chai Tea, tersenyum mempesona.
"Kamu masak apa? Tidak memasak rumahku, kan?"
"Hahaha! Tenang saja! Semua aman?" Sahut Chai Tea, menggaruk pipi.
Sky berjalan menuju meja makan lalu menaruh handuk bekas rambutnya disandaran bangku yang ada di sebelah. Mengernyitkan alis kirinya melihat sepiring hidangan yang tampaknya aman-aman saja.
"Tunggu apa lagi, kamu tidak mau memakannya?" Tanya Chai Tea pada Sky yang hanya berdiri diam.
Dikarenakan tak sabar melihat pria itu lamban bergerak, Chai Tea pun menghampirinya lalu mendorong pelan Sky agar segera duduk di kursi. Chai Tea juga memberikan sepasang sumpit dan menyerahkan sepiring tongseng.
Sky ragu-ragu mengambil sepotong daging sapi. Ketika mendekatkan ke depan mulut, ia mengendus aromanya. Wajahnya tertekan lalu memandang Chai Tea sekejap, wanita itu masih tersenyum dan menunggu Sky mencicipi buatannya.
Satu tarikan nafas, Sky masukkan sepotong daging itu ke dalam mulut lalu mengunyahnya, detik itu juga terlihat wajah Sky tampak terkejut, melongo dengan mata lebar. Ia tak menyangka sedikitpun bila Chai Tea rupanya pandai memasak.
"Hmm." Gumamnya sambil mengangguk puas.
"Apakah kamu suka?" Tanya Chai Tea, hatinya berbunga-bunga.
"Lumayan." Jawab Sky dengan singkat lalu menyuap kembali daging ke dalam mulutnya.
"Kakakku bilang dia suka tongseng sapi, jadi aku belajar membuatnya sendiri. Jadi ketika dia pulang ke rumah, aku akan memasak untuknya."
"Tapi Kak Zee jarang pulang, Jadinya aku jarang memasak." Curhatnya, senyum di wajah memudar.
"Kenapa kamu tidak makan? Makanlah bersamaku!" Tanya Sky, mengalihkan perasaan sedih Chai Tea.
"Tidak, aku sudah makan malam bersama Nona Kane."
"Jangan begitu! Kamu sudah capek-capek memasaknya."
Sky mengambil sepotong daging sapi itu kembali, bukan untuk dirinya, melainkan Sky ingin menyuapinya. Menyerahkan sepotong daging ke depan mulut Chai Tea.
"Cobalah sedikit!" Bujuk Sky.
Sontak tindakannya yang tak terduga itu membuat Chai Tea terpana, pupil mata zamrud miliknya melebar. Mulutnya kaku, tak bisa berucap, seolah jiwa raganya berhenti sejenak. Namun hatinya masih berdebar kencang.
"Chai, cobalah!" Ucap Sky lagi, menyadarkan Chai Tea lagi lamunannya.
"Eh! Iya." Sahutnya, gugup.
Meski salah tingkah level berat, Chai Tea harus tetap tenang dan mengontrol dirinya agar tak terlihat seperti orang bodoh di depan Sky. Dengan malu-malu menyibakkan rambutnya ke belakang telinga, lalu membuka mulut. Memakan sepotong daging dari sumpit itu.
Tetapi moment manis ini mendadak dipatahkan karena sesuatu. Chai Tea tiba-tiba merubah ekspresi dan langsung berhenti mengunyah, ia menggigil keasinan. Chai Tea bergegas menuangkan air ke dalam cangkir. Minum terburu-buru.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau rasanya asin begini?" Rintihnya dengan wajah masam.
Sky hampir saja tertawa karena melihat tingkah Chai Tea yang begitu lucu setelah mencoba masakannya sendiri. Tidak ingin ketahuan Sky, segera menutup mulutnya yang tersenyum menggunakan selembar tisu seolah sedang menyeka bibir yang berminyak.
"Cukup! Berhenti memakannya! Makanan ini tidak layak dimakan." Cegat Chai Tea, dengan sigap merebut piringnya Sky.
"Tidak masalah kok!" Sky mencoba menenangkan Chai Tea.
Melihat Chai Tea membawa piringnya, segera Sky bangun dari kursi lalu meraih tangan Chai Tea yang hampir saja akan membuang tongseng ke dalam bak sampah.
"Chai! Jangan membuangnya!"
"Maaf Sky, aku mengacau lagi. Ini pasti karena aku sudah lama tidak memasak, jadi rasanya meracau begini."
"Aku akan menggantinya dengan yang baru." Ucap Chai Tea, wajahnya tertekuk kecewa.
"Memangnya aku bilang tidak suka? Rasanya lumayan lezat dan gurih karena bumbunya dimasak dengan dengan baik."
"Jangan khawatir rasa asin itu tidak mengganggu!" Ucap Sky, berucap lembut
Sky mengambil piring itu dari tangan Chai Tea lalu berjalan menuju penanak nasi, mengambil satu centong nanti ke dalam piring. Ia duduk kembali ke meja makan dan menikmati makanan dengan lahap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sementara itu, tampak Chai Tea menghimpit bibir untuk menahan senyuman lebar, bersama rona merah muda yang lembut di wajahnya. Ingin sekali memekik keras hingga menebus langit karena begitu senang mendapatkan ucapan pujian dari pria itu.
Chai Tea sadar bila Sky sengaja berkata demikian untuk menjaga perasaannya supaya tidak tersinggung atau merasa buruk dengan kegagalan.
Bagi Chai Tea, Sky mirip sekali dengan Zee karena momen ini mengingatkannya ketika pertama kali Chai Tea membuat tongseng sapi untuk sang kakak. Saat itu rasanya juga tak enak di lidah tetapi Zee tetap memuji dan memakannya sampai tak tersisa.
Sky sangatlah membosankan, jarang berekpresi tetapi dia disukai banyak orang. Namun ketika marah dia sangatlah menakutkan. Dalam sifat cueknya, tersembunyi sisi lembut dan perhatian tanpa orang lain tahu.
_________
Dalam hitungan per detik malam pun semakin larut, jam telah menunjukkan pukul dua pagi, tetapi Chai Tea masih belum pergi dari rumah Sky. Ia baru saja selesai mencuci piring kotor bekas makan malam.
Chai Tea yang sudah kelelahan beberapa kali menguap dengan lebar, ditambah matanya mulai terasa berat.
Setelah menaruh piring di dalam rak, Chai Tea menyeka tangannya dengan handuk. Dirasa kerjaannya sudah beres ia pun akan pulang sebelum ketiduran di rumah orang. Kantuk yang berat mulai mengganggu, kepalanya terasa pusing.
Chai Tea keluar dari dapur dan melewati ruang tamu, langkahnya terhenti setelah melihat Sky sedang berbaring di sofa, dengan berteman-kan televisi yang menyiarkan acara tengah malam.
"Sky, aku akan pulang sekarang."
Tapi beberapa kali Chai Tea memanggilnya, ia sama sekali tak mendapatkan respon. Biasanya Sky akan merespon dengan singkat, menjawab dengan nada malas, atau hanya menganggukkan kepala.
Merasa heran karena tak ada jawaban, Chai Tea memajukan badan, melangkah lebih dekat ke arah sofa. Sedikit mengintip dari atas untuk melihat pria yang hening sedari tadi. Rupanya Sky sudah tertidur pulas sambil memeluk sebuah bantal di atas perutnya.
Melihat remot di atas meja, Chai Tea mengambilnya, mematikan televisi karena takut Sky akan terganggu.
----
Tadinya....
Ketika Chai Tea tengah mencuci piring di dapur, Sky berpikir untuk menunggunya sembari menonton TV. Ia menjatuhkan diri pada sopa yang lembut, perlahan rasa lelah dan pegal-pegal mulai terasa disekujur tubuh.
Tak terasa mata mulai memberat sehingga Sky pun tak bisa menahannya lagi untuk tetap terjaga, bahkan tak terdengar lagi suara disekitar, semua menjadi hening. Sky berkali-kali mencoba tetap sadar dengan membuka matanya lebar-lebar.
"Selagi dia masih belum pulang, aku tidak akan bisa tenang."
"Siapa tahu dia kembali berulah." Decak Sky, sembari menguap lebar.
Meski telah menahan diri, lamban laun dirinya semakin terbuai akan rasa kantuk yang memberikan kenyamanan, karena itulah Sky sampai tertidur di sofa.
kadang pembaca bisa nggak jadi baca kalau paragraf nya sesak begini.
maaf yah kak, aku cuma ngasih sran