NovelToon NovelToon
Dosenku Canduku

Dosenku Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Karna sakit hati, aku merencanakan menggoda lelaki sok alim yang sering menesehati hubungan haram dan halal padaku. Tapi malam itu, harusnya aku berhenti dan mencibirnya setelah berhasil membuatnya tunduk dengan nafsu. Tapi bukan begitu yang terjadi.

.

.

Saat dia membuka mulut dan membalas ciumanku, aku merasakan ada satu rasa yang tak pernah kurasakan. Perasaan yang kuat hingga aku tak bisa berhenti melepaskannya. Tubuhku mulai meliuk-liuk ketika dia meletakkan tangannya di pinggangku.

"Ahh---" Cimannya terhenti saat aku mulai menggerakkan pinggul diatas pangkuannya.

.

.

"Maaf, semua ini tidak seharusnya terjadi. Saya salah, saya berdosa. Saya biarkan kita berzina."----Adam.

.

.

"Oh, setalah puas, baru Lo ingat dosa? Sedang enak-enak tadi Lo lupa? Cih! Gak usah deh berlagak sok alim lagi di depan gua! Munafik Lo!" Winda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dan terjadi lagi

"Iya, tapi setelah itu kamu kembali sibuk main ponsel, bukan membalas pesanku!" sengitku bertambah kesal.

Tapi dia malah senyum. Bikin aku tambah kesal.

Arghhh!!!

Dia pikir ini lucu?

"Sorry sayang, waktu itu saya sedang mengetik pesan ke M-banking."

Hah?

Aku sedikit kaget, tapi aku tidak boleh percaya begitu saja. Nggak gak gak, dia pasti bohong!

"Kamu jangan main-main ya? Aku mau tau kamu ber-chating ria dengan siapa? Kamu sendiri pernah bilang, gak ada rahasia diantara kita kan?" Suaraku sedikit naik, menuntut. Dan mungkin juga kaget dengan pengakuannya tadi.

Adam mengatup bibir menahan tawa sebelum menjawab. "Saya serius, Winda. Saya mengirim pesan ke M-banking, entransfer uang kerekeningmu.

Hah?

"Sayang, saya serius. Saya tidak ada 'ber-cheting ria' waktu itu. Saya hanya membuka aplikasi M-banking, dan mentransfer uang untuk kamu shopping. Itu saja, saya tidak bohong."

Aduh! Malu. Itulah yang aku rasakan. Aku menunduk dan terdiam. Kenapa juga tadi mesti cemburu buta? Kenapa cepat sekali kepala ini berburuk sangka.

Adam mengangkat daguku, tapi mataku masih memandang lantai. "Winda, lihat saya."

Mau tidak mau, aku turuti kata-katanya.

"Saya minta maaf, saya paham dari mana berasal kecerigaan kamu. 2 hari saya pulang malam, tentu itu membuat kamu bertanya-tanya. Tapi sungguh, sedikitpun saya tidak ada niat untuk tidak peduli dengan kamu. Saya benar-benar ada keperluan penting. Dan seharusnya malam ini masih berlanjut, tapi saya cancel karna ingin meluangkan waktu dengan kamu," terang Adam bersungguh-sungguh.

"Kamu makan malam dengan siapa?" tanyaku.

Tangan Adam turun menggenggam tanganku. "Dengan teman lama, sewaktu masih di Singapura dulu. Sekarang mereka berada di Indonesia karna ada projek baru, dan mereka menawarkan saya agar ikut serta dalam projek itu. Jadi 2 malam ini mereka mereka memberikan saya informasi sebanyak mungkin tentang projek tersebut agar saya bisa mempertimbangkan untuk bergabung."

Kenapa juga dia harus mempertimbangkan? Bukannya dia sudah punya kerjaan sebagai dosen. Kan gaji dosen lumayan?

"Winda, saya minta maaf karna terlambat memberitahukan hal ini. Bukan saya ingin merahasiakan dari kamu, cuma belum ada waktu yang tepat saja untuk saya bercerita. Saya minta maaf, oke?" Tangannya menangkup pipiku dan lansung kupeluk tubuhnya.

"Ya. Sorry juga, aku terlalu berlebihan. Mungkin karna aku terlalu merindukan kamu," tanggapku mengakui apa yang kurasa dengan suara pelan.

"Percayalah, saya jauh lebih merindukanmu. Maaf, oke?"

Aku mengangguk pelan.

"Tentang Ana, saya minta maaf. Tapi dalam tradisi saya, kalau ada orang susah, maka akan kami tolong. Kalau ada orang sedih, akan kami gembirakan hatinya. Saya di didik agar bersikap baik dan ramah kepada semua orang. Saya minta maaf kalau cara saya telah membuat kamu tersinggung, sakit hati dan marah."

Belum sempat aku membalas, ponselku berdering. Kulerai pelukan pada Adam, lalu mengambil ponselku di atas tempat tidur. Suara bi Ijah menyapa gendang telingaku.

"Non, bisa pulang kesini sekarang? Nyonya, bibi khawatir keadaanya nyonya. Pulang sekarang ya, Non."

"Oke, Winda kesana sekarang," balasku tanpa banyak bertanya sambungan telepon lansung kuputuskan

***

Sesampainya di rumah, aku lansung keluar dari mobil Adam dan mendekati bi Ijah yang menungguku di depan pintu utama. Wajahnya terlihat begitu cemas, menambah debar di hati. Aku mau lansung masuk kerumah, tapi bi Ijah menahan tanganku.

"Hm... Non. Bibi mau ngasih tau dulu. Hm.... Non jangan kaget ya? Rumah agak berantakan sedikit. Tadi-"

Tanpa menunggu bib Ijah selesai bicara, lansung kutarik tanganku dan masuk kedalam rumah. Bik Ijah di belakangku masih berusaha menarik tanganku kembali, mungkin ingin memberitahukan sesuatu, tapi aku tidak mau dengar. Aku mau cari mama. Hatiku begitu kalut.

"Ma! Mama!" Ku panggil Mama sambil berjalan keruang tamu. Tapi langkahku terhenti ketika melihat ruangan yang sangat berantakan. Kertas, bunga, majalah dan kaca bertaburan di lantai.

Beberapa saat aku mengamati ruangan itu, hingga mataku tertancap bada sosok tubuh yang terduduk kaku di sofa. Wajahnga basah, namun matanya terbuka dan tak berkedip, memandang kosong kedepan. Panggilanku tidak di respon sama sekali.

"Bik, apa yang terjadi? Kanapa dengan Mama?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Hm, tadi. Tadi....itu...Nyonya dan Tuan bertengkar hebat," bisik bi Ijah dengan suara yang masih cemas.

"Papa mana?" tanyaku karna tak melihat kelibat papa, dan jawaban bi Ijah tidak membuatku kaget ketika dia mengatakan papa sudah keluar. Tak tahu pergi kemana.

"Adam. Aku. Aku gak tau harus apa? Aku...." ucapku dengan suara masih serak dan menoleh padanya yang baru saja berdiri di sampingku.

Adam lansung memeluk tubuhku yang bergetar hebat.

"Shh. Kamu pasti kuat. Sana, dekati Mama, ajak dia bicara. Bujuk dia."

Aku mengangguk. Adam melepaskan pelukan dan perlahan aku menapak kearah mama.

"Ma? Winda pulang, Ma," ucapku pelan dan duduk di sebelahnya.

Mama masih kaku, tidak merespon kehadiranku. "Ma, Winda disini Ma."

Mama masih diam, sedikit pun tidak merespon perkataanku. Tatapannya kosong, membuatku semakin cemas.

Aku pandang kearah Adam sekilas, dia tersenyum dan mengangguk kecil seolah memberi semangat padaku.

Ku-lap air mata yang sudah bercucuran, lalu mengambil tangan Mama. Tangan itu hanya pasrah dan saat aku genggam tangannya, air mata mama semakin deras mengalir.

"Ma, apa yang terjadi? Cerita sama Winda, Ma?" ucapku bersama tangis yang tak bisa kutahan.

Sedikit-sedikit, wajah mama yang tadinya kosong, mulai memberikan ekspresi. Bibir ya di katup rapat dan air matanya semakin deras mengalir. Aku eratkan pelukan ketubuhnya.

"Ma, cerita sama Winda. Apa yang terjadi?" pintaku lagi. Kusandarkan kepala di bahunya, agar ia merasa aku ada di sini untuknya.

Setelah cukup lama diam, akhirnya mama membuka suara. "Papa....dia madukan Mama." Bersama dengan pengakuan itu, tangis mama semakin menjadi. Bahunya turun naik menahan tangis.

Aku turut menangis, aku dapat rasakan kesedihan yang mama alami.

Jujur, aku tidak bisa membujuk. Aku hanya bisa memeluk mama dan mengatakan aku ada untuknya. Aku tahu, aku bisa merasakan bagaimana hancurnya hati mama saat ini.

Setelah berhasil menenangkan mama, kubawa dia ke kamar. Aku temankan dia hingga tertidur sebelum aku turun kebawah. .

Di ruang tamu, Adam sedang membantu bi Ijah beberes. Ruangan itu kini sudah jauh lebih rapi dari apa yang aku lihat waktu datang tadi.

Adam sedang mengikat tas plastik berisi kertas dan berdiri ketika melihatku. Aku mendekat kearahnya bersama tangis, lantas Adam memelukku.

"Shh. Saya tahu kamu kuat," ucapnya coba membujukku.

"Tapi aku gak tau apa yang harus aku lakukan." Jujur, selama ini aku tak pernah di libatkan dalam pertengkaran mereka. Aku akan di buang jauh, karna tak ingin mendengar keributan mereka. Dan ironinya, aku lebih memilih untuk di buang oleh mereka dari pada menghadapi semua ini.

Sakit. Itulah yang kurasa.

1
Maztkur Axiata
kenapa lama sekali.up nya 😣
Heriyani Lawi
sukurin dicerai, wanita egois , manja dan munafik kayak Winda TDK cocok jd istri adam
Heriyani Lawi
maaf Thor, kalo ga fasih BHS inggris, ngga usahlh pake BHS inggris
Maztkur Axiata
sesekali up 2 bab dong thor 😁
Maztkur Axiata: siap ku tunggu ya kak up selanjutnya
total 2 replies
Maztkur Axiata
kok sama kaya bab 28
Maztkur Axiata: siap.
total 2 replies
Maztkur Axiata
aku sangat suka cerita nya
Maztkur Axiata: serius banget cuma kecewa kemarin aja di bab 31 nya 😁
total 2 replies
Maztkur Axiata
update lagi dong
Maztkur Axiata: siap. up jam berapa perkiraan biar aku bisa langsung baca
total 3 replies
Nopi Agustin
ini???
Rike
cerita ny semakin bgung
Sasa Sasa: Kalau kakak bacanya gak loncat-loncat gak akan bingung.. Karna bab sebelumnya panjang. Mungkin kakak gak ngikutin yang sebelumnya, makanya bingung.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!