NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Kultivasi Modern
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

"Ada sebuah kisah kuno dari gulungan tua... tentang seekor naga yang tak mati meski semesta memutuskan ajalnya."

Konon, di balik tirai bintang-bintang dan bisikan langit, pernah ada satu makhluk yang tak bisa dikendalikan oleh waktu, tak bisa diukur oleh kekuatan apa pun—Sang Naga Semesta.
Ia bukan sekadar legenda. Ia adalah wujud kehendak alam, penjaga awal dan akhir, dan saksi jatuh bangunnya peradaban langit.

Namun gulungan tua itu juga mencatat akhir tragis:
Dikhianati oleh para Dewa Langit, dibakar oleh api surgawi, dan ditenggelamkan ke dalam kehampaan waktu.

Lalu, ribuan tahun berlalu. Dunia berubah. Nama sang naga dilupakan. Kisahnya dianggap dongeng.
Hingga pada suatu malam tanpa bintang, seorang anak manusia lahir—membawa jejak kekuatan purba yang tak bisa dijelaskan.

Ia bukan pahlawan. Ia bukan penjelajah.
Ia hanyalah reinkarnasi dari sesuatu yang semesta sendiri pun telah lupakan… dan takutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

“Jadi ini... rasanya kematian...?”

Sunyi.

Gelap.

Dingin.

Tak ada api bintang. Tak ada gema kekuatan. Tak ada suara, selain detakan waktu yang lambat dan menyayat.

Sang Naga Semesta terombang-ambing dalam kekosongan. Tidak ada bentuk. Tidak ada arah. Hanya dirinya dan kehampaan yang membungkus seperti air yang tak bertepi.

“Sungguh... kosong...”

Tubuhnya tak lagi ada. Ia bahkan tak tahu apakah ia masih hidup, atau sekadar kesadaran yang tersangkut dalam limbo semesta. Semua yang ia tahu hanyalah kesunyian ini... dan rasa... rindu.

“…Tuan Revenant… Aku bahkan... merindukan omelanmu.”

Dulu, setiap kesalahan kecil akan dibalas dengan pukulan kosmik atau kalimat menusuk yang selalu dibalut kebijaksanaan khas sang pencipta. Tapi kini—semua hilang.

“Aku telah membakar diriku sendiri. Aku telah... musnah.”

Namun, di tengah kehampaan itu, sesuatu... berubah.

Cahaya.

Kecil. Hangat. Seolah tak tahu bahwa seharusnya tak ada yang bisa bersinar di sini.

Sang Naga Semesta menoleh—atau merasa seakan menoleh. Cahaya itu muncul dari belakangnya. Tak menyilaukan, tak menuntut. Ia hanya... hadir. Diam.

“Apa itu?”

Tapi sebelum ia bisa mendekat atau bahkan memahami maknanya, dunia yang ia kenal runtuh untuk kedua kalinya.

Ratusan Tahun Kemudian – Dunia Baru

Bintang-bintang telah tersusun kembali.

Galaksi yang sempat meledak pelan-pelan menemukan bentuknya lagi.

Semesta… beradaptasi.

Namun, tak semuanya kembali seperti semula.

Beberapa bintang tak lagi bercahaya. Beberapa planet kehilangan poros.

Dan di beberapa sudut waktu, fluktuasi dari ledakan maha dahsyat itu... terus terasa.

Salah satunya adalah di planet kecil biru bernama Bumi.

Tepatnya… di Korea Selatan, tahun 41XX.

Duk!

Duk!

Duk!

Langkah sepatu logam berdetak keras di lantai rumah sakit. Suara sistem keamanan menyala namun langsung dibungkam oleh kode prioritas militer.

Seorang pria dengan armor tempur berdesain cybernetik, lengkap dengan helm yang baru saja dibuka di lorong, berlari sekuat tenaga. Nafasnya memburu. Matanya penuh kegelisahan.

Para perawat dan pasien menatap penuh tanda tanya, tapi tak ada yang berani menghadang.

“Komandan Ryu?” salah satu perawat berseru kaget, tapi tak mendapat jawaban.

Komandan Ryu berhenti di depan satu pintu ruang rawat. Tangannya gemetar saat menyentuh gagangnya, lalu mendorongnya perlahan.

Dan saat itu…

dunianya berhenti.

Di dalam, terbaring seorang wanita dengan wajah lelah tapi bersinar. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan keringat masih membasahi pelipisnya. Namun bibirnya tersenyum.

Di pelukannya, seorang bayi mungil sedang tertidur.

“Kau... akhirnya datang juga…” suara wanita itu lembut, serak, namun hangat.

“Jadi... mau diberi nama apa anak kita...?”

Komandan Ryu tak bisa langsung menjawab.

Lututnya hampir lemas. Ia berjalan pelan, lutut gemetar seperti remaja jatuh cinta untuk pertama kali.

Tangannya terangkat, menyentuh bahu istrinya... lalu menatap bayi kecil itu dengan mata yang mulai berkaca.

“Aku… sudah memikirkan nama itu jauh hari…” katanya pelan.

Wanita itu menatap, senyum tipis di bibirnya.

“Katakanlah.”

“…Bagaimana kalau… Asterion?”

Wanita itu terdiam. Matanya berbinar. Ia menunduk menatap si kecil yang tiba-tiba... membuka matanya perlahan.

Mata itu…

Berkilau seperti bintang.

Namun dalam.

Dan entah kenapa... seperti menatap langsung ke dalam jiwa siapa pun yang melihatnya.

“Itu… nama yang bagus,” bisik sang ibu.

“Untuk putra kita.”

Komandan Ryu memeluk istrinya. Lalu mencium kepala bayi itu.

“Selamat datang ke dunia ini… Asterion.”

Di Dalam Bayi Itu…

“…Makhluk apa ini...?”

Kesadaran Sang Naga Semesta kembali—dan kini terperangkap dalam bentuk paling rapuh di antara seluruh wujud kehidupan: bayi manusia.

Ia mencoba bergerak.

“Kenapa tubuhku… kecil?! Tanganku? Ini... bukan sisik? Ini... LEMBUT??”

Ia menatap kulit putih halus itu. Jemari mungil.

Tak ada cakar.

Tak ada api.

Tak ada sayap.

“…TIDAK ADA SISIK!!”

Ia mencoba mengaum—yang keluar hanyalah rengekan kecil bercampur cegukan.

“APA YANG TERJADI SAAT INI!!!???”

Sementara itu, dari luar, kedua orang tua baru itu tertawa melihat ekspresi bayi mereka.

“Lihatlah,” kata ibunya dengan suara manis, “sepertinya dia suka namanya. Dia sampai terkejut begitu.”

“Mungkin dia bakal jadi prajurit hebat, seperti ayahnya.”

“Atau pembuat onar, seperti ibunya,” balas Ryu dengan terkekeh.

Sang Naga di dalam tubuh bayi itu merasa ingin membanting kepala ke bintang terdekat.

“Tunggu… Mereka pikir aku ini… bayi??”

“INI PENGHINAAN. AKU PENGUASA GALAKSI! AKU MAHLUK CIPTAAN PERTAMA! AKU—”

Tiba-tiba, ibunya mencium pipinya.

“Aduh, kamu cerewet banget sih dari tadi. Baru lahir, udah ngoceh.”

“...CEREWET!?”

Dan... pipinya dicubit pelan.

“Daging pipinya gemesin banget. Tembem juga kenyal..”, seketika ibunya terus memainkan pipi tembemnya dengan lembut.

“Hentikan ini... HENTIKANNN!! NOOOOO.”

Namun tak ada yang bisa ia lakukan.

Tak ada api untuk dibakar.

Tak ada kekuatan yang bisa dipanggil.

Ia... hanyalah bayi biasa di mata dunia.

Namun di balik semua itu...

Di lubuk jiwa terdalamnya, Sang Naga Semesta tahu:

Cahaya kecil yang dulu ia lihat… bukan sekadar cahaya.

Itulah jalan kembali.

Inilah reinkarnasi.

Ia telah dilahirkan ulang bukan hanya untuk bertahan, tapi untuk menyaksikan kebenaran yang tersembunyi di balik kehancuran semesta.

Namun untuk saat ini…

Ia hanya bisa menangis saat lapar, menangis saat digendong terlalu keras, dan… mengomel dalam hati setiap kali pipinya dicubit.

“Tuan Revenant… kalau kau bisa mendengar… ini semua salahmu. Aku berubah pikiran, aku sangat membencimu!”

Asterion—nama itu kini melekat pada sosok bayi mungil.

Namun di dalamnya... tertidur kekuatan maha dahsyat yang dulu mengguncang semesta.

1
Candra Fadillah
hahahahahaha, naga semesta yang perkasa di cubit oleh seorang wanita
Unknown
keren kak, semangat teruss
RDXA: siap terimakasih atas dukungannya /Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!