DOKTER LEGENDARIS BERMATA EMAS

Malam hari di rumah, tampak Rita yang terus menangis tidak bisa menerima bahwa dirinya telah menderita sakit tumor otak. Tumor otak di kepalanya juga sudah membesar akibat terlambat dalam melakukan penanganan.

Rasa penyesalan menyelimuti dirinya yang menganggap remeh sakit yang di deritanya selama ini. Kalau saja dulu ketika merasa sakit, dirinya segera memeriksakannya ke dokter, mungkin saja sakitnya tidak akan separah sekarang.

Tidak ada yang bisa di lakukan selain operasi untuk menyembuhkannya, namun kemungkinan berhasilnya sangat kecil sekali.

Sore tadi Rita telah kembali dari rumah sakit karena tidak betah berada di sana. Di rumah sakit juga tidak ada tindakan yang di lakukan untuknya, jadi lebih baik dirinya kembali saja kerumah.

"Kenapa nasibku begitu malang sekali, huhu..." ujar Rita sambil menangis.

Andi yang duduk di sebelahnya hanya bisa mendekap Rita istrinya untuk menenangkannya dan menghiburnya. Andi juga tahu dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk istrinya.

"Aku bahkan belum tahu rasanya menjadi orang kaya, sudah miskin malah penyakitan," sambung Rita.

Rita bahkan tidak pernah bersyukur dengan apa yang dia miliki saat ini. Di saat orang di luar sana orang bekerja keras hanya untuk bisa bertahan hidup, dirinya sudah serba berkecukupan walaupun tidak kaya raya.

"Ibu tenang saja, ibu pasti akan sembuh, semua akan baik-baik saja," Clara mencoba menghiburnya.

"Shinta akan meminta bantuan seorang dokter hebat untuk mengobati ibu," sambung Clara.

Sementara Shinta sendiri sudah keluar untuk makan malam bersama dengan Anton. Selain makan malam, Shinta bertujuan untuk meminta bantuan Anton guna mengobati penyakit ibunya.

Di sebuah restoran termewah yang ada di kota Neo, Jenifer sedang mengadakan acara perayaan atas kembalinya Javier gurunya.

Acara itu di lakukan di ruangan VIP restoran tersebut dengan pengawalan super ketat, sehingga tidak bisa sembarangan orang yang masuk ke sana.

Di depan pintu masuk ruangan itu adalah beberapa pria tegap dengan setelan jas berwarna hitam. Beberapa pria itu berjaga dengan senjata pistol di pinggangnya.

Hadir dalam perayaan itu, para pejabat negara termasuk gubernur kota Neo. Bahkan presiden juga datang langsung dari ibukota untuk menghadiri acara ini.

Sebenarnya Javier merasa tidak nyaman dengan acara seperti ini, tapi Jenifer terus memaksanya. Menghargai murid yang sudah di anggap sebagai adiknya sendiri, Javier juga hanya bisa untuk setuju.

"Dokter legendaris, anda begitu misterius sebelumnya, tidak di sangka anda benar-benar masih begitu muda," ujar presiden kepada Javier.

Mendengar tentang dokter legendaris yang begitu terkenal di seluruh penjuru dunia, presiden juga menyempatkan dirinya untuk datang ke acara ini walaupun jadwal kegiatannya sangat padat.

Petinggi-petinggi negara di dunia sangat ingin bisa untuk bertemu dengan dokter legendaris guna menjalin hubungan dengannya. Kekuasaan saja tidak akan cukup bila tidak di topang dengan tubuh yang sehat, pikir semuanya.

"Saya benar-benar tidak tahu bahwa selama ini dokter legendaris tinggal di kota kami, kalau tahu lebih awal, pasti saya akan mengadakan pesta penyambutan yang meriah, saya harap dokter legendaris tidak mempermasalahkannya," ujar gubernur kota Neo.

Para pejabat-pejabat negara dan pejabat kota Neo juga ikut meminta maaf karena mereka tidak tahu bahwa selama ini Javier sudah beberapa tahun berada di kota Neo.

Javier juga tidak mempermasalahkannya karena memang dirinya sampai ke kota ini secara tidak sengaja.

Javier kemudian meminta kepada semua orang yang ada di sana untuk merahasiakan tentang identitasnya ini. Tidak lupa Javier juga meminta agar tidak ada yang menyebarkan tentang keberadaan dirinya yang tinggal di kota Neo ini.

Javier tidak mau identitas dirinya sebagai seorang dokter legendaris di ketahui oleh semua orang.

"Merepotkan sekali jika seluruh orang besar dari penjuru dunia datang kemari," pikir Javier.

"Dokter legendaris tenang saja, semuanya akan saya atur seperti yang anda inginkan," ujar presiden.

"Kami sebagai warga negara Trijaya begitu sangat beruntung, dokter bisa tinggal di negara kami," sambung presiden.

"Jika dokter memerlukan apapun di negara ini, kami pasti akan memenuhinya."

Kemudian mereka juga saling mengobrol dan makan malam bersama. Jenifer yang duduk di samping Javier terus memperhatikan Javier.

Sudah beberapa tahun dirinya tidak bertemu dengan gurunya ini. Javier terlihat semakin tampan di mata Jenifer. Sesungguhnya di dalam diri Jenifer ada perasaan suka terhadap Javier. Namun dia tidak berani untuk mengatakannya.

Sementara itu, di restoran yang sama, di sebuah ruangan yang lebih sederhana, terlihat Shinta sedang makan malam bersama Anton.

"Dokter Anton, anda tidak perlu membawa saya makan di tempat semewah ini, ini adalah restoran nomor satu di kota Neo, harga makanan di sini tidaklah murah," ujar Shinta.

"Aku adalah dokter ajaib, jika makan di tempat umum, aku takut akan menimbulkan keramaian," balas Anton sambil tersenyum.

"Anda benar juga," ujar Shinta.

Anton terus memperhatikan Shinta yang sedang makan terlihat begitu cantik dan menggoda.

"Anak kuliahan benar-benar masih segar dan menarik," ucap Anton dalam hati.

Shinta adalah mahasiswi paling cantik di kampusnya. Pesonanya tidak perlu di ragukan lagi, wajar saja Anton langsung tertarik pada pandangan pertama.

"Dokter Anton, sejujurnya aku membutuhkan bantuan anda," ujar Shinta.

"Katakan saja!" balas Anton.

Shinta menjelaskan kepada Anton bahwa saat ini ibunya sedang menderita sakit tumor otak. Tumor di otaknya ukurannya juga semakin besar, sehingga harus di lakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa ibunya.

Namun para dokter di rumah sakit menyampaikan dengan kemampuan mereka tingkat keberhasilan operasi sangat kecil sekali.

"Bahkan dokter mengatakan lebih baik tidak usah di operasi, setidaknya hidup ibuku masih bisa lebih lama, dari pada harus gagal operasi dan kehilangan nyawanya dengan cepat," sambung Shinta.

"Tumor di otak adalah salah satu penyakit paling mematikan dan paling sulit untuk di sembuhkan," ujar Anton.

"Ketika aku berada di luar negeri, aku pernah beberapa kali melakukan operasi tumor otak, dengan kemampuan ku, semua operasi yang aku lakukan berjalan lancar," sambung Anton meninggi.

Mendengar ini, Shinta juga tampak senang. Tampaknya Anton bisa membantunya, dan ibunya masih memiliki harapan.

"Dokter Anton, bisakah anda melakukan operasi untuk ibu saya?" tanya Shinta dengan penuh harap.

Wajahnya terlihat kasian dengan sorot kedua matanya penuh harap kepada Anton.

"Soal masalah itu Shinta tidak perlu khawatir," jawab Anton.

"Aku pasti akan membantumu," sambung Anton.

Tiba-tiba saja Anton langsung membelai tangan Shinta, sehingga membuat Shinta terkejut.

"Terima kasih banyak dokter," ujar Shinta.

Shinta merasa tidak nyaman dengan tindakan Anton ini, namun dirinya memilih untuk diam saja. Anton akan membantunya, jadi Shinta tidak ingin membuatnya marah.

Karena Shinta diam saja di saat Anton mengelus tangannya, Anton juga semakin menjadi-jadi. Senyuman licik muncul di sudut bibir Anton.

"Shinta, aku jujur saja kepadamu, di dunia ini tidak ada orang begitu baik melakukan sesuatu dengan sukarela," ujar Anton.

"Dokter Anton tenang saja, soal biaya, berapapun pasti akan kami bayar," balas Shinta.

"Soal uang itu urusan gampang," ujar Anton.

Anton memandang Shinta dengan mesum. Shinta begitu cantik, muda, dan menggoda, sehingga membuat Anton sampai menelan ludahnya sendiri.

"Begini saja, jika aku berhasil mengoperasi ibumu, kamu tidur denganku satu malam saja," sambung Anton.

"Apa..." Shinta kaget dan melepaskan tangannya dari belaian Anton.

Shinta tidak menyangka Anton akan berkata demikian. Bisa-bisanya dia meminta imbalan seperti itu.

Padahal Shinta sangat kagum dengan Anton yang merupakan dokter muda berbakat dengan masa depan yang cerah, namun ternyata di balik itu semua, Anton tidak lebih dari seorang pria brengsek.