Gabriella Alexia Santoro. Seorang gadis cantik yang begitu dingin dan cuek. Kedatangan nya ke sekolah baru, membuat siapa saja terpesona. Termasuk dengan most wanted yang terkenal sangat cuek dan galak. Samudra Tri Alaska. Ketua geng motor Alaska yang berdarah dingin. Kebiasaan nya mengirim orang-orang ke rumah sakit sudah senter terdengar di seluruh penjuru kota. Namun aksinya itu tidak pernah sampai membuatnya di tangkap oleh polisi. Karena ayahnya yang seorang komandan militer. Namun, kedatangan Gabby si gadis super cuek dan dingin membuat nya berubah. Pesona Gabby mampu meluluhkan hati keras Samudra
Guys!! Ini novel pertama ku disini, bantu support yaaa🤗
Kalo ada kesalahan mohon koreksi, biar aku bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki nya😘
Happy reading guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nasella putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Club basket dan piano
“Um! Naomi! Kak sam!”
“Oh! Astagaaa!!!”
Tiga orang laki-laki mamasuki kantin dengan begitu coolnya. Ketiga bahkan sudah menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin.
Ketiga nya hendak menghampiri meja kosong, namun langkah ketiga terhenti saat dengan tiba-tiba Gabby berdiri di hadapan mereka.
“Minggir, kita mau lewat” Ujar laki-laki yang menjadi topik hangat para gadis.
“Gue juga mau lewat” Balas Gabby dengan datar.
“Samudra. kali-kali ngalah kek sama cewek!” Sahut Cleona dengan kesal.
“Ngalah? Sama cewek? Gaakan pernah!” Desis laki-laki yang di panggil samudra.
“Yaelah, lo salah kalo ngomong kayak gitu sama samudra”
Ujar laki-laki yang memiliki rambut belah tengah yang membuat ketampanan nya di sandingkan dengan oppa oppa Korea. Remaja itu bernama Aries Alarick.
“Kek gatau aja nih anak kek gimana kalo udah bahas tentang cewek”
Sindir laki-laki yang lainnya bernama Gama Argantara yang memiliki rambut ikal berwarna coklat.
Cleona merotasi matanya jengah. Ia pun menarik lengan Gabby dan menubruk tiga laki-laki itu dengan tanpa perasaan.
“Tungguin guee!!!”
Lola berlari menyusul kedua temannya itu.
Samudra yang sudah di tinggal menatap dengan kening mengkerut samar pada punggung gadis yang baru saja masuk ke sekolah nya. Ingatannya kembali pada saat ia menyerempet seorang gadis pagi tadi di pinggir jalan.
“Sam! Ayo!”
Suara aries membuyarkan lamunan samudra.
.
.
.
“Wah! Liat! Lapangan basketnya! Luas banget!” Ujar Gabriel menatap takjub lapangan basket di depan nya.
“Ya.. Masih ga seluas sekolah kita di Jerman” Balas Gabrian seraya mengambil duduk di kursi tribun.
Keduanya memperhatikan beberapa laki-laki seusia mereka yang sedang bermain basket.
Hingga bola terpantul ke arah Gabriel. Gabriel yang mendapatkan bola basket yang sangat ia sayangi itu, dengan lihai mendribble nya lalu seketika masuk ke dalam permainan hingga Gabriel pun mencetak poin.
“YES!!” seru Gabriel tanpa sadar.
“Wow, boleh juga lo. Lo kelas berapa? Kita ga pernah liat sebelum nya. Murid baru?” Tanya salah satu dari tim basket.
“Gue Gabriel dari kelas 11B. Gue pindahan dari Jerman” Jawab Gabriel memperkenalkan diri nya.
“Woah! Jerman cok!”
“Pantes main lo bagus tadi”
“Minat gabung di club basket kita?”
Gabriel yang mendengar itu pun terbelalak dengan senyum lebarnya.
“GUE MINAT! BIAN! KITA PUNYA KESEMPATAN DISINI!!”
Dengan begitu semangat, Gabriel menghampiri Gabrian dan memeluknya.
“Udah gue bilang kan!”
“Aduh, iya iya. Jangan malu-malu juga kali”
Gabrian berusaha melepaskan pelukan Gabriel. Karena mereka saat ini sudah jadi bahan tontonan semua orang yang ada di lapangan.
“Lo berdua kembar ya?”
“Iya, gue Gabrian. Gue kembaran Gabriel. Kebetulan, kita berdua emang suka basket. Jadi, kalo boleh, kita mau gabung di tim basket sekolah ini” Ujar Gabrian dengan begitu sopan.
“Kita ga keberatan kok. Malah kita seneng, tim kita dapet anggota baru yang jago. Kenalin, nama gue Vyan. Gue kapten tim basket GSI” Ujar laki-laki yang bernama Vyan.
“Gue Zio dan ini Ronan. Kita tim inti yang kebetulan emang udah satu paket dari dulu” Timpal laki-laki bernama Zio yang di balas anggukan oleh laki-laki yang berdiri di sebelah nya yang ia kenalkan sebagai Ronan.
“Gimana kalo nanti pulang sekolah, lo berdua ikut uji coba sama pelatih kita” Usul Zio.
“Ide bagus! Pelatih pasti bakal seneng kalo liat kemampuan lo kayak tadi” Timpal Vyan.
“Boleh! Kebetulan kita free kok pulang sekolah nanti!” Balas Gabriel dengan begitu semangat.
“Oke, sampai jumpa pulang sekolah nanti” Ucap Vyan yang langsung membawa teman-temannya kembali ke tengah lapangan.
“Wohoo!! Apa gue bilang! Kita pasti bisa gabung!!” Seru Gabriel.
“Iya iya. Yaudah, ke kantin yuk. Laper gue”
Gabriel pun mengikuti langkah Gabrian menuju pintu keluar lapangan.
.
.
.
“Wah! Zora! Lihat! Alat musik nya banyak sekali! Ayo kita masuk dan lihat-lihat!”
Gevanya menarik lengan Gheazora masuk ke dalam ruang musik. Di dalam, perlengkapan alat-alat musik terlihat begitu lengkap. Terdapat piano, gitar, drum, suling dan masih banyak lagi.
Namun, yang menjadi pusat perhatian keduanya adalah sebuah piano besar berwarna merah muda.
“Woah!!”
Gevanya piano besar itu dengan mata yang berbinar.
Ia pun mulai menekan satu persatu tombol piano.
“Vanya! Ayo duduk!”
Gheazora pun mengajak Gevanya duduk di atas kursi. Keduanya pun perlahan mulai memainkan piano tersebut.
Keduanya menampilkan senyum manisnya seraya saling menatap. Alunan piano yang terdengar lembut pun mulai mengisi seluruh ruangan.
Tanpa keduanya sadari, di ambang pintu terdapat dua orang gadis yang mengintip ke dalam ruang musik.
“Kalian sedang apa disini?”
Tanya seorang guru muda yang terlihat begitu cantik.
“Bu guru, liat! Mereka lagi main piano!”
Bisik salah seorang gadis berkulit coklat.
Sang guru pun mulai ikut mengintip di ambang pintu. Senyumnya merekah melihat kedua gadis yang sedang memainkan piano dengan begitu lihainya.
Gheazora dan Gevanya yang sudah berhenti pun saling berpelukan.
“Zora... Vanya rindu ibu...” Ucap Gevanya dengan suara yang pelan.
“Sama, Zora juga...” Balas Gheazora.
“Wah wah... Penampilan kalian sangat luar biasa!”
“Iya!”
Prok! Prok! Prok!
Gevanya dan Gheazora terperanjat dan langsung berbalik. Keduanya pun turun dari kursi dan berdiri di hadapan seorang wanita dan dua gadis seusia nya yang sedang bertepuk tangan.
“Wah! Wajah kalian mirip banget! Kalian kembar?” Tanya sala satu gadis.
“Apa kalian murid baru? Ibu belum pernah melihat kalian” Tanya ibu guru dengan lembut.
“Iya, kami murid baru di kelas 10A. Nama saya Gheazora, dan ini Gevanya. Kami kembar” Jawab Gheazora dengan sopan.
“Lalu, apa yang sedang kalian lakukan disini? Apa kalian berminat masuk ke dalam club musik?” Tanya Ibu guru.
“Gevanya yang akan masuk, Bu guru” Jawab Gheazora seraya menunjuk Gevanya.
“Loh? Lalu kamu?”
“Saya akan masuk ke dalam club taekwondo, Bu guru” Jawab Gheazora.
“Oke, baiklah. Jadi, tadi siapa namamu?” Tanya Bu guru pada Gevanya.
“Gevanya, Bu guru” Jawab Gevanya dengan malu-malu.
“Baiklah, Gevanya dari kelas 10A. Ini, formulir pendaftaran untuk mu. Kau bisa memberikan nya pada orang tua mu lebih dulu”
Ibu guru memberikan secarik kertas pada Gevanya yang langsung di terima dengan sumringah oleh Gevanya.
“Terima kasih Bu guru” Ucap Gevanya dengan perasaan senang yang membuncah.
Gheazora juga ikut bahagia melihat wajah senang sang kembaran.
“Sama-sama. Kalo gitu, ibu guru tinggal dulu ya”
Ibu guru pun melenggang pergi dari dalam ruang musik.
“Wah! Zora! Vanya ikut club musik!”
“Kamu senang?”
Gevanya menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan senyum yang begitu merekah.
“Zora juga senang!”
Gevanya pun memeluk sang kembaran dengan begitu bahagia.
“Kalian terlihat lucu”
Gevanya dan Gheazora pun menatap kedua gadis yang masih berdiri di depan nya.
“Terimakasih” Balas Gheazora dengan begitu ramah.
“Kenalkan, nama gue Maggie, dan dia Scarlett. Kita dari kelas 10B. Kalian mau berteman?” Tanya Maggie dengan mata yang membulat.
“Tentu. Kita bisa berteman baik mulai sekarang” Balas Gheazora dengan begitu ramahnya.
Maggie dan Scarlett pun tersenyum senang.
.
.
.
“Gabby! Plis! Jawab kita dulu bisa ga sih?!”
Cleona saat ini tengah mencak-mencak di hadapan Gabby yang sedang fokus pada bukunya. Entah gadis itu sedang menulis apa di bukunya. Yang jelas, keterdiaman Gabby benar-benar membuat Cleona mendidih.
“Gabby... Kalo kita ada salah maafin... Tapi jangan silent treatment gini dong...” Ujar Lola dengan memelas.
Karena tak kunjung mendapat jawaban apapun. Cleona pun menarik Lola pergi keluar kelas.
“Cleo, kenapa kita malah pergi? Kita kan harus bicara dengan Gabby”
“Gausah! Gabby udah bukan Gabby yang dulu kita kenal! Gausah bicara apapun sama dia!” Ujar Cleona dengan emosi yang masih membuncah di dadanya.
“Tapi Gabby kan temen kita!”
“Lola! Gabby bahkan ga kasih tau kita dia balik ke Indonesia!”
Lola menunduk dengan sendu.
“Udah! Kalo emang dia udah ga mau berteman sama kita, yaudah! Gausah! Anggap kita ga pernah kenal dia!” Ucap Cleona dengan menggebu-gebu.
.
.
.
.
.
TBC.