NovelToon NovelToon
Perlindungan Anak Mafia

Perlindungan Anak Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Himawari Daon

Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.

Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Bebas dari Maut

Welcome…

...Happy Reading...

.... ...

.... ...

.... ...

Jameson dilahap oleh ketakutan namun ia mencoba menenangkan dirinya. Dia memandang pria bermasker hitam itu yang sedang menodongkan pistol ke pelipis Luna.

Jameson melihat wanita itu dengan tertawa kecil, “Aku pikir kamu kabur,” gumamnya berusaha menampilkan ketidakpeduliannya kepada pria bermasker.

“Tuan Jameson, tolong aku!” pinta Luna lirih, ia terlihat sangat ketakutan.

Jameson memandang mereka bergantian, lalu dia mencoba duduk di salah satu bangku di sana.

“Kalau aku menolongmu, kamu harus patuh padaku!” ucap Jameson mengambil kesempatan.

Luna kecewa, dia pun memilih untuk diam.

Lima menit terlewati, Jameson terdiam dan Luna masih disandera oleh pria bermasker.

“Bisa tidak, kalau kalian punya masalah jangan libatkan aku! Aku tidak kenal kalian!” teriak Luna namun suaranya terdengar tertahan karena rasa takutnya. Matanya pun mulai berair.

Jameson tidak tega melihat air mata itu kini angkat bicara, “Kau pikir aku takut kalau kau menembaknya!” ujarnya dengan wajah dingin.

Pria itu tak berkutik dia hanya lebih mendorong lagi pistolnya tepat menyentuh pelipis Luna.

Luna menutup matanya, ia terlihat takut namun sudah pasrah. Dia pikir, mungkin malam ini adalah malam kematiannya. Meskipun dia tidak mati ditembak oleh pria itu, dia juga nantinya akan mati di tangan Jameson.

“Bunuh saja aku!” ucap Luna pasrah, lalu dia membuka matanya dan menatap Jameson tajam. “Bunuh saja aku! Toh jika aku tidak mati di tanganmu, pasti akan mati di tangan pria brengsek itu!” tambahnya.

Pria bermasker tertawa, “Sayangnya, aku ingin kalian berdua mati!”

Tidak lama Ten masuk ke gerbong dapur dengan cemas lalu menodongkan pistol ke arah Pria bermasker, “Tuan!” panggilnya melirik Jameson.

Jameson mengangkat tangannya mengisyaratkan Ten untuk diam. “Panggil Seven kemari!”

Ten kembali lagi bersama Seven, dan itu mengejutkan Luna.

“Seven, mengapa kamu ada di sini?” tanya Luna bingung.

Seven menatap Luna dengan merasa bersalah, “Aku minta maaf,” ucapnya lirih.

Jameson mengepalkan tangannya, kemudian dia mencoba mencuri kesempatan itu untuk mencari jawaban.

“Luna, kamu kenal lelaki ini?” tanya Jameson melirik Seven.

“Untuk apa aku menjawab pertanyaanmu!” celetuk Luna.

“Hei, kalian semua!” teriak Pria bermasker. “Aku ingin kalian ikuti perintahku kalau kalian mau wanita ini selamat!”

Jameson teralihkan, kemudian dia bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Luna.

Pria bermasker itu mundur, “Kau jangan mendekat atau aku tidak segan untuk menembaknya!” ancamnya sambil menekan ujung pistolnya membuat Luna memejamkan matanya takut.

Jameson menghentikan langkahnya, “Kau ingin apa dariku?”

“Aku ingin brankas besi yang kau bawa,” jawabnya dengan nada tersenyum licik.

Luna tertawa membuat semua orang bingung, termasuk Pria bermasker itu geram.

“Apa yang kau tertawakan wanita bodoh?” tanyanya bingung.

“Mengapa semua orang menginginkan brankas besi itu, kau tidak tahu ya isinya apa!” kata Luna dengan wajah yang menunjukkan dia tahu segalanya.

“Apa kau tahu isi dalam brankas itu?” tanya Pria bermasker lagi.

“Bagaimana aku tidak tahu, akulah pemiliknya!” ujar Luna berbohong.

Jameson membelalakkan matanya, “Kamu ingat brankas ini?” tanyanya memastikan.

“Benar, aku ingat.” Luna terlihat yakin.

“Kamu ingat apa isi dalam brankas ini?” tanya Jameson antusias.

“Tadi sudah aku bilang kan, kalau brankas ini isinya batu nisanmu!” jawab Luna serius.

Jameson menghembuskan napas berat, dia tidak habis pikir bisa ditipu oleh wanita itu.

“Arghh, berisik kalian!” teriak Pria bermasker itu kemudian dia siap menarik pelatuknya.

Dorrrr

Cratt

Darah segar muncrat dari tubuh Pria bermasker mengenai wajah Luna yang kini terkejut bukan main. Luna membeku yang sebelumnya teriak kaget.

Pria itu tersungkur dengan bersimbah darah, Jameson menatap bodyguard nya yang berdiri tepat di belakang Luna. Dia memegang pistol yang digunakan untuk menembak Pria bermasker itu.

Sejak tadi memang Jameson telah mengetahui ada yang tidak beres dari perjalanannya. Dia pun menyuruh bodyguard nya berjaga di gerbong dapur yaitu dengan bersembunyi di balik pintu rahasia.

Jameson kini menatap Luna yang telah terduduk lemas melihat darah manusia. Dia segera menghampiri nya, kemudian dia membelai pipi Luna.

“Are you okay?” tanya Jameson lembut.

Luna menangis menatap Jameson, “Tuan Jameson, aku ingin pulang!!”

“Tenang saja, kita akan segera pulang,” jawab Jameson merengkuh tubuh yang gemetaran itu.

Karena syok yang teramat dalam membuat Luna pingsan di pelukan Jameson.

“Urus mayatnya! Jangan sampai meninggalkan jejak! Dan berikan uang untuk keluarganya!” perintah Jameson kepada Ten.

“Baik, Tuan.”

Jameson segera menggendong Luna kembali ke bangku pesawat. Dia menidurkannya di gerbong yang memang hanya ada kasur saja. Jameson menyelimuti wanitanya dengan lembut, dia memandangnya sebentar kemudian pergi.

Jameson beralih ke gerbong awal, di sana telah berdiri Ten dan Seven.

“Ten, Kamu sudah membereskan mayatnya?” tanya Jameson sambil menutup mata menandakan dirinya lelah.

“Sudah, Tuan. Aku juga mengirimkan uang sebesar 3 Triliun untuk keluarganya,” jelas Ten panjang.

“Seven, tolong jelaskan apa yang terjadi!” pinta Jameson dingin.

“Sejak bertemu Luna di Kafe, ada yang terus memperhatikannya. Itu alasanku mengapa mengobrol dengannya begitu lama. Lalu setelah dia meninggalkan Kafe, pria itu pergi dan diam-diam aku mengikutinya.”

“Dari Kubu mana mereka?”

“Mereka bukan dari Kubu Devil Mamba, entah mereka dari Kubu mana. Tapi, mereka memiliki tato Naga Merah di lengannya,” jelas Seven.

“Berarti mereka bukan anak buah Pria tua itu,” gumam Jameson menyimpulkan.

“Benar, kemungkinan besar bukan anak buah Tuan Navarro.”

Navarro William adalah Ayah kandung Jameson Navarro. Dia Raja Mafia, banyak bisnis ilegal yang dia miliki. Di dalam dunia bisnis, dia dikenal sebagai Kubu Devil Mamba. Sedangkan Jameson sendiri, memiliki Kubu bernama Black Mamba.

Meskipun Jameson darah daging Navarro, akan tetapi mereka tidak sejalan. Jameson sangat membenci Ayahnya karena trauma yang dialami Jameson.

“Ten, apa kau sudah mengawasi pergerakan Pria tua itu?” tanya Jameson ingin tahu.

“Sudah, Tuan. Mereka sedang melakukan pembakaran gudang narkotik milik Kubu Phyton. Dalam waktu 3 jam dari sekarang, Kubu Phyton akan mengalami kebangkrutan.” Ten menjelaskan sambil mengecek layar ponselnya.

Jameson menarik sudut bibirnya seakan tahu apa yang sedang mereka rencanakan.

“Tetap awasi pergerakan Pria tua itu! Jangan sampai terlewat sedikitpun!”

“Baik, Tuan.”

Kini giliran Jameson melirik tajam ke arah Seven, seakan dia siap memakannya.

“Seven, aku tahu betul kau adalah suruhan Pria tua itu untuk menemaniku. Tapi, kau harus ingat, nyawamu kini ada di tanganku. Jangan sekali-kali mencoba berkhianat!” Ancam Jameson dingin.

“B-baik, Tuan,” balasnya takut.

“Dengar, aku masih membiarkanmu hidup karena selama ini kau sudah menjaga Luna selama dia di Panti Asuhan.”

“Aku mengerti, Tuan.”

“Sekarang, ceritakan padaku apa yang dialami Luna selama dia berada di Panti Asuhan!”

“Setelah kecelakaan 5 tahun yang lalu, tahun pertama Luna–” Seven memotong ucapannya karena mendapati Jameson melotot padanya.

“Maksudku, Nyonya Luna sepertinya Tuan tahu bahwa dia sempat depresi karena tidak mengingat siapapun.”

Jameson diam mendengarnya. Dia tahu apa yang dimaksud Seven, karena memang dia sempat mengawasi Luna setelah kecelakaan itu. Akan tetapi, Jameson memutuskan untuk kembali ke Kanada karena ada seseorang yang terus mengawasinya. Hal itu dapat membahayakan nyawa Luna.

Tahun kedua Jameson kembali ke Kanada dan dia mengirimkan Seven ke Indonesia untuk mengawasi Luna. Dia berpesan untuk melindungi Luna, jika terjadi sesuatu maka Seven diminta untuk memberitahunya.

“Dan tahun ketiga–” Seven ragu untuk melanjutkannya.

“Katakan! Jangan berani berbohong padaku!” ucap Jameson menatap sorot mata itu.

“Nyonya Luna jatuh cinta.”

“Apa?” Jameson kaget mendengarnya.

“Tahun ketiga, Nyonya Jatuh Cinta.”

Srettt

Jameson menarik kerah baju Seven, amarahnya meledak.

“Apa yang sudah kau lakukan padanya?!”

To be continued

1
Emmanuel
Bahasanya keren abis.
Himawari Daon: Hehe, terima kasih kakak 🥰 Ini juga baru belajar. Ditunggu bab selanjutnya ya 🤗
total 1 replies
Yoi Lindra
Author, tolong jangan biarkan saya menunggu terlalu lama, update sekarang juga!
Himawari Daon: hehe, siap ditunggu ya gaes😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!