Tes Tes Tes
Air mata Airin tertahankan lagi ketika mendapatkan tudingan yang begitu menyakitkan dari sang ayah.
Bahkan pipinya memerah, di tampar pria yang begitu dia harapkan menjadi tempat berlindung, hanya karena dia mengatakan ibunya telah dicekik oleh wanita yang sedang menangis sambil merangkulnya itu.
Dugh
"Maafkan aku nona, aku tidak sengaja"
Airin mengangguk paham dan memberikan sedikit senyum pada pria yang meminta maaf padanya barusan. Airin menghela nafas dan kembali menoleh ke arah jendela. Dia akan pulang, kembali ke ayah yang telah mengusirnya tiga tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Menikah Diam-diam
Deg
Mata Samuel melebar, dia menjadi gugup seperti seorang pencuri yang ketahuan mencuri ketika Airin membuka matanya.
"A...ai...Airin"
Samuel Fernando Soler, pria yang begitu galak, dingin dan mendominasi itu mendadak tergagap.
Samuel baru akan menarik dirinya menjauh. Ketika Airin malah mengalungkan kedua tangannya di belakang leher Samuel. Membuat pria itu tidak bisa melakukan apa yang jadinya dia ingin lakukan.
"Ayo menikah" lirih Airin.
Airin sungguh mempertaruhkan segala keberuntungan di dalam hidupnya untuk mengatakan dua kata itu pada Samuel.
Dan pria itu, pria yang memang sangat menyukai wanita yang sedang berada di bawahnya itu. Merasa seperti melambung begitu tinggi mendengar ajakan Airin untuk menikah.
"Airin..."
"Aku mendengar semua yang kamu katakan. Ibumu sakit, dan kamu tidak ingin membuatnya drop. Ayo menikah diam-diam" ucap Airin.
Sebenarnya Samuel sangat menginginkan apa yang dikatakan oleh Airin itu. Tapi, menikah diam-diam. Justru itu akan membuat Airin banyak dirugikan.
"Tapi..."
Airin tidak ingin Samuel menolaknya. Airin menarik leher Samuel dan mencium bibir pria itu. Seperti Samuel untuk pertama kalinya, Airin juga hanya mengikuti intuisinya. Bibir bawah Samuel memang tebal, dan itu menyenangkan untuk Airin menyesappnya.
Samuel sendiri merasakan serangan aliran gejolak yang tak dapat dia tahan. Dari ujung kakinya sampai ke ujung kepalanya. Gejolak itu membuat Samuel bahkan memimpin ciuman panas itu saat ini.
Hingga nalurinya yang menginginkan lebih, membuatnya menurunkan ciuman itu ke leher Airin. Tangan Airin mencengkram kuat punggung Samuel.
Saat Airin merasa sesuatu menusuk bagian bawahnya. Airin mendorong tubuh Samuel.
Samuel yang matanya sudah berkabut, tak kuasa mengendalikan dirinya. Dia masih berusaha untuk menyentuh bagian dada Airin.
"Aku akan tidur di kamarku!" kata Airin yang mendorong tubuh Samuel sampai terjatuh ke lantai.
Brukk
Airin turun dari tempat tidur dan berlari keluar dari kamar itu. Sebelum menutup pintu, Airin mencondongkan kepalanya ke dalam.
"Jika besok kita tidak menikah. Maka jangan temui aku lagi!" kata Airin yang langsung menutup pintu kamar Samuel itu.
Meninggalkan Samuel yang terlihat begitu frustasi. Tapi kemudian pria itu tersenyum.
"Kamu bahkan sudah menemukan solusinya, Airin. Kamu menemukan solusi untuk masalah ibuku ini. Aku pasti akan menjadikanmu satu-satunya istriku, besok! pasti." ucapnya yang segera berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.
Mungkin Samuel akan mandi lagi, dan pasti akan memakan waktu lama malam ini.
Airin tidur di kamarnya. Meraih selimut dan menutupi wajahnya. Wajahnya masih terasa panas. Bukan hanya wajahnya, rasanya tubuhnya menjadi panas dingin sekarang. Berani betul dia memancing serigala yang bahkan tengah kelaparan.
Namun, sepertinya rencana cadangannya itu berhasil. Meski pada akhirnya, dia benar-benar nekat menikahi Samuel.
**
Airin membuka matanya perlahan, sinar matahari masuk ke celah-celah yang tidak tertutup tirai.
Semalam, cukup membuatnya sulit tidur. Hingga dia terbangun agak siang begini. Biasanya dia bangun sebelum cahaya matahari terlihat seterang ini.
Airin mengusap wajahnya, dia ingin mandi tapi pakaian gantinya ada di kamar Samuel. Dia harus pergi kesana dulu.
Airin berjalan ke arah pintu, dan cukup terkejut. Karena Samuel sudah berdiri di depan pintu itu. Dengan satu tangan bersandar di dinding samping pintu.
"Kamu..."
Samuel segera melihat ke jam tangan yang ada di pergelangan tangannya.
"Aku baru mau membangunkanmu. Kantor catatan sipil sudah menunggu kita sejak setengah jam yang lalu"
Airin mengedipkan matanya beberapa kali. Pria di depannya itu bersuara mengatakan tentang kantor catatan sipil.
"Kita..."
Samuel meraih pinggang Airin dan menariknya mendekat ke arahnya. Sesuatu yang tidak pernah bisa dia lakukan pada orang lain.
"Kita akan menikah" ucapnya dengan tatapan yang begitu dalam pada Airin.
Tatapan keduanya saling mengunci. Samuel memang belum pernah merasakan perasaan seperti itu. Ingin selalu menempel pada Airin. Tidak senang melihat Airin jauh darinya, tidak senang melihat Airin marah padanya, dan tidak senang jika Airin tidak bahagia.
"Aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu" Samuel bicara dengan jarak yang semakin dia pangkas, "Cepatlah nyonya Samuel" bisik Samuel yang sengaja mencuri ciuman di bahu Airin.
Airin menaikkan bahunya dengan cepat. Itu gerakan yang dilakukan oleh Airin, karena dia merasa geli dengan apa yang dilakukan oleh pria yang masih enggan melepaskan pelukan di pinggangnya itu.
"Bagaimana aku bisa mandi, kalau kamu tidak melepaskan aku?" tanya Airin menyindir Samuel.
Dan pria yang tadinya sangat kaku seperti kanebo kering itu. Sepertinya sudah menjadi pria yang sangat mecum.
"Bagaimana kalau aku yang memandikanmu? hingga aku tidak perlu melepaskan pelukan ini satu detik pun?"
Itu adalah ungkapan hati Samuel sebenarnya. Dia benar-benar sudah jatuh pada Airin, sejatuh-jatuhnya.
Airin mendorong dada Samuel, membuat pria itu mundur beberapa langkah.
"Modus!" ujar Airin yang segera berjalan dengan cepat ke arah kamarnya.
Tangan Samuel masih terangkat di posisinya melepaskan pinggang wanita yang sudah membuatnya mabukk kepayang itu.
"Airin, aku benar-benar sudah menjadi milikmu, aku telah jatuh di genggamanmu" gumamnya yang mengakui kalau Airin sungguh telah menguasai dirinya sepenuhnya.
Dan beberapa jam berlalu, Airin sudah keluar dari kantor catatan sipil dengan buku nikah di tangannya.
Airin menatap foto pernikahannya dengan Samuel. Airin bahkan belum pernah melihat Samuel tersenyum seperti itu.
Sett
Airin mengikuti arah buku nikahnya itu pergi. Seseorang telah menarik buku nikah itu dari tangan Airin. Dan ternyata orang itu adalah Samuel.
"Surat nikah, dan buku nikah ini aku yang simpan. Jadi, nyonya Samuel. Jangan berharap bisa menyalahgunakannya satu hari nanti!" kata Samuel menyimpan semua itu di dalam saku jasnya.
"Memangnya kedua barang itu bisa digadaikan?" tanya Airin.
Dan pertanyaan Airin itu membuat Samuel melebarkan matanya menatap Airin.
"Apa kamu mengira suamimu ini akan membiarkanmu kekurangan uang sampai menggadaikan sesuatu? ikut aku!" ajak Samuel merangkul pinggang istrinya mengikutinya.
Mereka tiba di kantor setengah jam kemudian. Di sana ada Billy dan Pak Martin. Pengacara kepercayaan Samuel.
"Selamat nyonya, tuan"
Airin tersipu, meski caranya menikah diam-diam. Tapi memang tidak mungkin Billy yang merupakan mata, telinga, kaki dan tangan Samuel itu tidak tahu.
"Ini semua adalah aset yang aku miliki secara pribadi. Tidak ada hubungannya dengan ayah dan ibuku bahkan Soler company yang 20 persen sahamnya masih milik ayahku. Semua ini aku sudah alihkan atas nama istriku. Meski terjadi sesuatu, istriku tidak akan hidup susah atau menemui kesulitan selama..."
"Paman..." sela Airin menarik tangan Samuel.
Samuel tersenyum dan mengecup kening Airin.
"Tentu saja itu kemungkinan terburuknya. Tapi, aku juga tidak ingin semua itu terjadi. Aku masih ingin dan akan selalu ingin bersamamu, istriku"
Samuel mengecup bibir Airin secara tiba-tiba. Airin merasa begitu canggung, bahkan masih ada Billy dan pak Martin yang harus balik badan pura-pura tidak melihat dan mendengar apa yang dilakukan oleh Samuel itu.
Setelah puas mencium Airin. Samuel memberikan instruksi pada Billy.
"Tiga hari ke depan. Urus dengan baik perusahaan ini Billy. Katakan pada ayah, aku punya urusan penting"
"Urusan penting apa?" tanya Airin yang memang ingin tahu. Apa yang lebih penting bagi suaminya itu selain perusahaan.
"Apalagi sayang, tentu saja membantu pemerintah mewujudkan pertumbuhan ekosistem manusia"
Ucapnya yang segera menggendong istrinya mengajak Airin pergi bulan madu, untuk memberikan kenangan indah pada istrinya itu.
***
Bersambung...