NovelToon NovelToon
Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa / Pembaca Pikiran / Balas dendam pengganti / Tamat
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Keesokan malam

Malam itu, di bawah sinar rembulan yang temaram dan angin sejuk pegunungan yang membelai lembut dedaunan, suasana Lembah Langit Tertinggi dipenuhi kehangatan. Para murid dan tetua bersuka cita atas kembalinya Fa Niangli dan rombongan dari dunia bayangan. Di ruang tengah aula utama, meja-meja dipenuhi berbagai makanan lezat: sup jamur roh, ayam panggang api ungu, dan manisan bunga langit yang hanya mekar setahun sekali.

Jenderal Fa Longwei duduk di sisi kiri Fa Niangli, sedangkan Madam Qin, sang ibu, tersenyum dari ujung meja lain, mengamati semua murid yang bersuka cita sambil menyeka air matanya yang jatuh haru.

“Ayah bangga padamu, Nak,” ujar Jenderal Fa Longwei dengan suara dalam, namun lembut. “Kau telah melampaui ekspektasi kami semua. Dunia bayangan… dan kau kembali tanpa celah luka berarti. Kau bukan hanya murid terbaik, tapi juga putri yang luar biasa.”

“Ibu juga,” sambung Madam Qin dengan wajah bahagia, “Semoga kalian semua selalu sehat dan dalam lindungan langit.”

Namun, begitu malam semakin larut dan jamuan selesai, Fa Niangli mengajak ayah dan ibunya serta para tetua utama berkumpul di ruang keluarga utama. Ia membuka gulungan surat resmi dengan segel emas kekaisaran.

“Sebenarnya surat ini sudah kuterima di dunia bayangan,” ucap Fa Niangli pelan. “Kurir dari istana menggunakan jimat pemanggil khusus agar bisa masuk ke sana. Undangan resmi dari Kaisar…”

Para tetua saling berpandangan.

“Dan... ada hal lain. Dalam sidang suci di dalam dunia bayangan. Mereka memberiku lambang warisan klan yang telah lama hilang.”

Semua yang hadir menundukkan kepala, mengakui keberadaan pemimpin baru mereka. Tapi Jenderal Fa Longwei menghela napas berat.

“Aku sudah menduga mereka akan memanggilmu. Mereka melihat kekuatanmu, Niangli. Mereka tahu kamu bukan sembarang kultivator,” katanya dengan nada tajam. “Tapi istana... apalagi keluarga pangeran ketiga... mereka tak layak memperalatmu.”

Madam Qin menambahkan, “Pangeran ketiga dulu memperlakukanmu seolah tak punya hati. Kau menderita, dan mereka diam saja. Sekarang ketika kau bersinar, mereka datang membawa undangan manis?”

Tetua Agung Klan Bai, lelaki tua berjubah putih yang rambut dan janggutnya seperti awan tipis, mengangguk. “Lembah Langit Tertinggi bukan milik istana. Kita tak memihak kekuasaan. Kita membela keadilan, seperti yang diajarkan para leluhur. Jika istana masih sarang pengkhianatan dan tipu daya, maka kita tidak akan menjual kebenaran demi kekuasaan.”

Fa Niangli diam sejenak, lalu perlahan mengangguk.

“Aku setuju. Kita tidak bisa membiarkan kebaikan dicemari ambisi politik. Aku akan menulis surat balasan, atas nama pemimpin Lembah Langit Tertinggi.”

 

Keesokan harinya...

Fa Niangli duduk di paviliun bambu, ditemani burung langit biru yang bersiul riang. Ia menggulung surat berisi balasan yang tulisannya penuh keyakinan:

"Yang Mulia Kaisar Agung,

Atas nama Lembah Langit Tertinggi, aku—Fa Niangli, pemimpin sah dari lembah tertinggi mengucapkan terima kasih atas undangan Yang Mulia.

Namun, dengan segala hormat, kami menolak permintaan bergabung dalam struktur kekaisaran. Klan kami telah dan akan terus berdiri sebagai penjaga keseimbangan, tidak tunduk pada politik ataupun kekuasaan. Kami hanya setia pada kebenaran dan keadilan.

Jika suatu saat Yang Mulia membutuhkan bantuan dalam membela rakyat tertindas, maka kami akan datang, bukan sebagai bawahan, tapi sebagai sekutu kebenaran.

Hormat kami,

Fa Niangli

Pemimpin Klan Lembah Langit Tertinggi"

Saat surat itu terbang dengan burung pengantar suci, Fa Niangli merasa hatinya ringan. Ia tak hanya menolak kekuasaan yang dulu menyakitinya, tapi juga menegaskan jalan hidupnya sendiri.

Namun, jauh di istana, surat itu membuat beberapa pejabat berwajah gelap. Terutama... sang pangeran ketiga yang dulu menyesali perbuatannya, namun kini mendapati Fa Niangli tak lagi dapat disentuh.

...----------------...

Istana Kekaisaran — Balairung Agung.

Pagi itu langit mendung menggantung di atas atap emas istana. Para kasim dan selir berjalan dengan langkah pelan, seolah hawa udara pun menahan napas menunggu kabar penting yang tengah dibacakan di hadapan Kaisar.

Pangeran Pertama, Pangeran Kedua, dan para pejabat tinggi kekaisaran telah berkumpul lengkap. Pangeran Ketiga duduk di pojok, wajahnya gelap dan tatapannya tajam—seperti ingin menusuk siapa pun yang berani menyebut nama Fa Niangli.

Kaisar duduk di singgasananya, mengenakan jubah naga emas. Di tangannya, gulungan surat dari Lembah Langit Tertinggi—disegel dengan simbol biru-putih milik Klan Netral yang selama ini tak tunduk pada siapa pun.

Dengan suara datar namun dalam, Kaisar mulai membacakan isi surat balasan dari Fa Niangli:

"Yang Mulia Kaisar Agung,

Atas nama Lembah Langit Tertinggi, aku—Fa Niangli, pemimpin sah dari lembah tertinggi mengucapkan terima kasih atas undangan Yang Mulia.

Namun, dengan segala hormat, kami menolak permintaan bergabung dalam struktur kekaisaran. Klan kami telah dan akan terus berdiri sebagai penjaga keseimbangan, tidak tunduk pada politik ataupun kekuasaan. Kami hanya setia pada kebenaran dan keadilan.

Jika suatu saat Yang Mulia membutuhkan bantuan dalam membela rakyat tertindas, maka kami akan datang, bukan sebagai bawahan, tapi sebagai sekutu kebenaran.

Hormat kami,

Fa Niangli

Begitu suara Kaisar selesai membaca, ruangan menjadi senyap. Bahkan desau angin pun seolah tak berani menembus tembok istana.

Tiba-tiba suara keras menggema.

“Berani sekali dia!” seru Pangeran Ketiga, berdiri dan membanting cangkir tehnya hingga pecah berhamburan.

“Dulu saja dia hanya seorang selir buangan! Sekarang berani menolak perintah Kaisar? Apa dia pikir bisa menyelamatkan diri hanya karena menguasai lembah kecil itu?” lanjutnya, matanya menyala.

Pangeran Pertama menghela napas. “Jangan terlalu terbakar amarah, adik ketiga. Lembah Langit Tertinggi bukan lembah kecil. Mereka punya kekuatan yang tak bisa dianggap remeh. Bahkan klan-klan tertua menaruh hormat pada mereka.”

Pangeran Kedua menimpali, “Dan jangan lupakan, Fa Niangli kini pemimpin terpilih. Dia bukan lagi wanita yang dulu engkau hina di belakang istana.”

Kaisar memejamkan mata sejenak. Tangannya mengetuk lengan singgasana dengan pelan namun penuh tekanan.

“Kita tidak bisa memaksa mereka... Tapi kita juga tidak bisa membiarkan Lembah Langit Tertinggi berdiri sendiri terlalu lama.”

Seorang pejabat tua, Penasehat Kekaisaran, maju ke depan dengan hormat. “Paduka Kaisar, boleh jadi ini saatnya pendekatan baru. Jika tekanan tak berhasil, mungkin kebaikan bisa membuka jalan. Kita bisa mengirim utusan yang lebih netral.”

Pangeran Ketiga mendesis, “Atau kita kirim pasukan rahasia untuk melemahkan lembah itu diam-diam.”

Kaisar membuka matanya, menatap tajam. “Kita bukan pengecut, pangeran ketiga. Jika perang yang kau inginkan, maka musuh akan datang bukan hanya dari lembah itu, tapi dari seluruh penjuru sekutu mereka.”

Hening lagi.

Namun tiba-tiba, kasim utama masuk dengan tergesa.

“Paduka Kaisar! Surat lain tiba! Dari kediaman Guru Besar Suku Emas dari utara!”

Semua mata menoleh. Kaisar menerima surat itu dan membacanya cepat. Matanya menyipit.

“Sepertinya... Fa Niangli dan Lembah Langit Tertinggi bukan satu-satunya yang menolak tunduk. Dunia akan segera berubah.”

---

Bersambung

1
Oi Min
sembilan ma Tong Lian
Nur Hasanah
ceritanya bagus...semangat ya thor
Nana Niez
jdi oleng,, krnbtb2 ada kata kakanda,, knp g gege aja,, kan ini settingnya di cino kuno,, atau jgn jgn ini chindo
Nana Niez
aq bs bayangin kl di jadikan drama kolosal,, pasti campuran komedi, action bumbu romantis
Nana Niez
benar benar sat set set set,, buang laki yg g setia
Nana Niez
wooooowww,,,, lanjuuttt Thor,, aq. suka kl g ribet dan MC ceweknya Badas poll
kriwil
ayah nya mantan permaisuri apa blm tau keluarga nya menghilang
Wulan Sari
Yeah tidak terasa sudah tamat ya,.... padahal critanya menarik lho imajinasi bisa ke mana2 bayangin critanya ..
trimakasih ya Thor 👍 semangat buat karya lainnya💪❤️🙂🙏
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Osie
iyuuhh jgn sok arigan pangeran ketiga..ntar dihempas ap remuk sm fa niangli baru dah nyahok ente
Wulan Sari
cip Thor semangat 💪 salam sehat selalu ya Thor 👍🙂❤️🙏
Nitnot
penulis kesayanganku ga pernah gagal.. sukaaa
inda Permatasari: terima kasih bunda 🌹
total 1 replies
Osie
makin seru dna perjalanan masih panjang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Eehh si tong lian nih aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhmm kirain udah mulai buka gerbang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Baguuss ada lucuna juga 💞💞
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Joyful//Facepalm//Facepalm/ Aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Rasana beda dari novel2 mu sebelumna thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!