Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -
Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.
Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.
Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.
Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.
'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 Murka
Happy reading
Milah menundukkan wajah dan memilin ujung baju. Ingin rasanya berlalu pergi untuk menghindari kemurkaan Firman yang mungkin akan semakin meledak.
Seandainya Milah tahu keberadaan Dira saat ini, sudah pasti ia akan menyusulnya dan meminta Dira untuk membawanya turut serta.
"Mbok Milah." Suara bariton Firman membuat Milah terkesiap. Jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya bergetar hebat, selayaknya seorang nara pidana yang bersiap menghadapi jaksa penuntut.
"I-iya, Tuan," ucapnya terbata, tanpa berani menatap lawan bicara.
"Simbok tau, manusia bia-dab yang sudah menodai Dira?"
Milah menggeleng ragu dan menunduk dalam. Ia teramat takut untuk berterus terang pada sang majikan.
"Mbok, jangan berdusta! Saya yakin Mbok Milah mengetahuinya."
"Ampun, Tuan. Saya --"
"Mbok, jika Simbok tau siapa pelakunya ... tolong beri tahu kami." Nisa turut bicara. Namun dengan merendahkan suara dan memasang mimik wajah memohon.
"Saya --" Milah merasa ragu dan dilema. Bisik hati mendorongnya untuk berkata jujur. Namun sisi hatinya yang lain memaksa untuk tetap menjaga rahasia.
"Mbok, tolong beri tahu kami. Saya mohon."
"Nyonya --"
"Saya mohon, Mbok."
"Baik, Nyonya. Tapi sebelum nya ... saya minta maaf yang sebesar-besarnya pada Tuan dan Nyonya. Saya juga minta ... supaya Tuan dan Nyonya tidak murka pada saya, Mbak Dira, dan pria yang telah membuat Mbak Dira terno-da --" Milah menggantung ucapannya dan berusaha menghempas rasa takut yang masih memeluk erat.
"Cepat katakan pada kami, Mbok!" Firman sedikit membentak dan membuat Milah menciut.
"Yah, jangan seperti itu! Redam emosi Ayah! Lebih baik, kita dengarkan dulu ... apa yang ingin disampaikan oleh Mbok Milah." Nisa berusaha menenangkan Firman yang tak sanggup mengontrol emosi dengan melabuhkan usapan lembut di punggungnya.
Firman menurut. Ia berusaha meredam emosi dengan menghela napas dalam, lalu bersiap mendengarkan perkataan Milah.
"Tuan, Nyonya, sebenarnya Mbak Dira sudah melakukan khilaf terlarang bersama Mas Dariel --"
Perkataan Milah laksana petir yang menyambar. Menghanguskan raga, meremukkan segumpal daging yang bersemayam di dalam dada, dan membuat sukma serasa melayang, terpisah dengan sarira (tubuh).
Sungguh, Firman dan Nisa serasa tak percaya dengan kenyataan yang menyakitkan itu.
"Lanjutkan, Mbok!" Nisa berusaha menahan amarah dan meminta Milah untuk melanjutkan perkataannya.
Sama seperti Nisa, Firman pun turut menahan amarah yang sebenarnya ingin tertumpah dan hanya bisa melontarkan umpatan di dalam hati.
Bajing** kau, Dariel!!!
Milah meraup udara dalam-dalam, lantas kembali bertutur dan membeberkan semua rahasia yang disimpan rapi oleh Dira, tanpa ada yang terlewat.
Milah memohon pada Firman dan Nisa supaya tidak menghukum Dariel, sebab kekhilafan yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahan Dariel.
Kecewa dan teramat marah, itu yang dirasakan oleh Firman dan Nisa terhadap Dariel saat ini. Mereka juga kecewa pada Dira yang tidak bisa menjaga Marwah.
"Mbok, kenapa Simbok tega menutupi kenyataan yang menyakitkan itu pada kami?"
"Maaf, Nyonya. Sebenarnya saya ingin sekali menyampaikannya pada Tuan dan Nyonya, tapi Mbak Dira ndak mengizinkan dan meminta supaya saya merahasiakannya. Mbak Dira belum siap jika harus menghadapi kemurkaan Tuan dan Nyonya. Mbak Dira juga ndak ingin kalau Mas Dariel yang disalahkan --"
"Memang sudah sepantasnya Dariel disalahkan dan harus menerima hukuman." Firman mengepalkan tangannya kuat-kuat dan membawa tubuhnya bangkit dari posisi duduk. Ia sudah tidak sabar untuk memberi ganjaran pada Dariel.
Milah dan Nisa bergegas mencegah ketika Firman bersiap mengayun langkah.
"Tuan, saya mohon ... jangan menghukum Mas Dariel. Mbak Dira pasti akan teramat sedih kalau mengetahui Tuan seperti ini."
"Yah, redam emosi Ayah. Kita bicarakan baik-baik dengan Dariel dan keluarganya. Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin." Nisa turut memohon.
"Bagaimana bisa seorang ayah sanggup meredam emosi, jika masa depan putrinya dihancurkan? Dira sudah terno-da, Bun. Dia mengandung darah daging Dariel. Pasti ... Dira pergi karena merasa bingung dan takut. Sementara Dariel --" Firman tak sanggup melanjutkan ucapannya. Emosi yang memenuhi rongga dada membuat tenggorokannya serasa tercekat.
"Yah, kita bicarakan baik-baik ya. Setelah itu, kita cari Dira. Bunda yakin, Dira masih berada di kota ini dan tidak mungkin pergi jauh, karena Dira sedang mengandung." Nisa mengusap lembut bahu Firman dan menatap manik mata pria yang dicintainya itu dengan tatapan memohon, seperti yang sering dilakukannya untuk meluluhkan hati.
"Tapi, Bun --"
"Yah, Bunda mohon. Demi putri kita."
"Baiklah." Firman mengangguk samar dan menghembus napas kasar.
Ia mengalah. Meski sebenarnya terasa berat untuk mengamini permintaan Nisa.
"Menurut Bunda, bukan hanya Dira dan Dariel yang salah, Yah. Kita sebagai orang tua pun salah, karena membiarkan mereka terlalu dekat," tutur Nisa lirih.
Firman terdiam dan menelaah perkataan Nisa.
Memang benar, sebagai orang tua mereka pun bersalah dan secara tidak langsung telah turut andil ... mendorong Dariel dan Dira ke dalam lembah dosa.
Tidak sepatutnya seorang pria dan wanita yang telah berusia baligh berhubungan terlalu dekat, meski berstatus sebagai sahabat. Sebab bisa jadi mengundang maksiat.
Seperti yang dialami oleh Dira dan Dariel dalam kisah ini.
🌹🌹🌹
Bersambung
Terima kasih untuk Kakak-kakak Ter-love yang sudah berkenan hadir
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like ,👍🏻
Komen dan beri semangat berupa vote, jika berkenan 🙏🏻
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
apalagi aku..
itu memang nama perusahaannya..??
wawww
aku aminkan doamu, Milah
ya pastilah hasratnya langsung membuncah