NovelToon NovelToon
Dia Bukan Janda

Dia Bukan Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Cintamanis / Duda / Anak Kembar / Tamat
Popularitas:33.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: emmarisma

Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.

Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.


Dilarang plagiat Ok!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DBJ 29. Kamu Gadis Yang Hebat

******

"Saya benar-benar memohon pada anda nyonya ... " Ibu Zidan mulai membungkukkan badannya Lusi langsung menahannya.

"Apa yang anda lakukan nyonya?" tanya Lusi berang. Pasalnya di sana ada kedua putranya. Mana mungkin dia akan membiarkan wanita itu bersujud di kakinya.

"Saya mohon maafkan saya. Saya single parent jika saya di pecat, saya tidak bisa menghidupi anak saya." Lusi mendesah berat dan memijat pelipisnya. Dia tahu betul, bagaimana sulitnya hidup sendirian dan menghidupi anak.

Lusi menatap Delano dalam, pertanyaan yang tadi bercokol di otaknya masih memerlukan jawaban. Apa maksud dari pernyataan Delano tadi?

"Jangan pecat dia. Biarkan dia belajar dari kesalahan ini." Ucap Lusi pada Delano. Pria itu mengangguk meskipun sebenarnya ia enggan mengampuni wanita yang telah berani menghujat putranya. Tapi dia juga tidak ingin terlihat kejam di mata Lusi.

"Kau sudah lihat nyonya? tuan Delano tidak akan memecatmu, jadi bangunlah, jangan mempermalukan dirimu sendiri. Bukankah tadi harga dirimu sangat tinggi? lalu kemana sekarang perginya?" sarkas Lusi. Dia menggandeng kedua putranya keluar dari ruangan itu. Lusi langsung masuk ke ruang kepala sekolah sedang Devan dan Davin menunggu di luar.

"Saya ingin memindahkan sekolah Devan dan Davin. tolong berikan berkas anak-anak saya." Kata Lusi, Namun tanpa di duga kepala sekolah itu sudah menyiapkan berkas Devan dan Davin.

"Maafkan saya nyonya, saya tidak tahu jika tuan Delano adalah suami anda." Lusi hanya diam tak ingin menyahut ucapan kepala sekolah itu. Devan sudah berada dalam gendongan Delano sedangkan Davin di gandeng oleh Diana.

.

.

.

"Tante, tuan Delano saya akan membawa mereka pulang." Ujar Lusi.

"Sayang Lusi, ada yang ingin kami sampaikan. Sekarang Lusi dan twins ikut kami sebentar ya." Akhirnya mau tak mau Lusi pun ikut masuk ke dalam mobil Delano. Diana dan si kembar masuk di pintu belakang. Namun saat Lusi akan ikut masuk Diana melarang dia meminta Lusi menemani Delano duduk di depan.

Lusi pun menurut. Tapi entah kenapa suhu di dalam mobil itu terasa panas menurut Lusi. Ia berulangkali mengusap keningnya dengan sapu tangan.

"Rileks, seperti yang sudah-sudah. Tarik nafasmu dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Aku tidak akan menyakitimu." Ujar Delano, Lusi mengikuti kata Delano. Dia sendiri pun merasa aneh dengan dirinya padahal dia paling tidak suka di atur bahkan oleh ibunya sendiri pun Lusi sering berselisih paham. Setelah sedikit tenang, Lusi dibuat salah tingkah kembali saat ingatannya seolah sedang memutar kembali kejadian memalukan tempo hari. Lusi lantas membuang pandangan matanya keluar jendela. Ia memilih melihat keruwetan jalan yang ada di sekitarnya.

Beberapa saat suasana di dalam mobil hanya di dominasi oleh dua bocah itu. Namun suara Davin membuyarkan lamunan Lusiana

"Bunda, kita nanti pindah sekolah dimana?"

"Bunda besok akan carikan sayang, sementara kalian libur dulu ya." kata Lusi.

"Regan sudah mengurus kepindahan mereka. Aku sendiri yang akan memastikan keamanan dan kenyamanan mereka. Kau tenang saja."

Lusi seketika menatap Delano, namun suara klakson Delano justru mengejutkannya ternyata mereka sudah tiba di kediaman Delano.

"Masuklah bersama mama, aku akan menitipkan Devan dan Davin pada maid dulu. Ada hal yang perlu kita bicarakan." ucap Delano meskipun itu sebuah perintah tapi Delano mengucapkannya dengan tutur kata yang lembut.

.

.

.

Mau tak mau Lusi pun menuruti permintaan Delano. Dalam hati Lusi mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan? apa semua ada hubungannya dengan si kembar? apakah hasil tes DNA yang pernah tante Diana katakan sudah keluar hasilnya?

Tiba-tiba saja kepala Lusi berdenyut sakit. Lusi mencengkeram sandaran kursi dengan erat seraya memejamkan matanya.

"Lusi kamu kenapa nak?" tanya Diana cemas.

Lusi menggeleng lemah, "tidak apa-apa tante hanya pusing sedikit tadi." Ucap Lusi tersenyum pada Diana.

"Bik Yani .... " Diana berteriak memanggil pembantunya.

"Iya nyah, ada apa?"

"Bik, tolong bawakan teh hijau dua kemari. Jangan manis-manis."

"Iya nyah .... "

Setelah pembantu itu keluar Delano memanggil mamanya dan Lusi untuk berdiskusi di ruang kerjanya.

"Tunggu minuman Lusi dulu Lano, sepertinya gula darah Lusi turun." Diana membuka pintu dan menghampiri bik Yani. Lalu membawa masuk nampan yang di atasnya bertengger dua cangkir porselen yang cantik.

"Minum dulu sayang." Ucap Diana menyerahkan satu cangkir pada Lusi. Gadis itu langsung meneguknya.

Setelah melihat Lusi meletakkan cangkirnya, Delano mulai membuka suara.

"Maaf Lusi jika sebelumnya aku bertindak tanpa meminta persetujuanmu terlebih dahulu."

"Apa ini mengenai tes DNA Devan dan Davin?" tanya Lusi, Delano terkejut darimana Lusi tau hal ini? apakah si kembar yang mengatakannya?

"Iya Lusi, tante sudah meminta Delano melakukan tes, dan hasilnya hari ini keluar." Diana langsung menyela ucapan Delano. Ia tak ingin putranya ketahuan jika sudah mencuri kesempatan melakukan tes terlebih dahulu.

Jemari Lusi saling bertaut, tangannya terasa dingin entah mengapa perasaan Lusi semakin yakin jika Delano adalah ayah anak-anak itu.

"Lalu hasilnya?" tanya Lusi tidak sabar. Delano menatap mamanya dan Lusi dengan tatapan bingung.

"Seperti dugaan kamu, mereka adalah anak-anak Delano. Mereka cucuku Lusi."

Entah saat ini Lusi harus bahagia atau bersedih. Dia terlihat hanya mematung tanpa ekspresi.

"Lusi apa kamu baik-baik saja?" tanya Diana cemas,

Lusi tersenyum canggung lalu mengangguk. Mata Delano terus memburu Lusi. Namun gadis itu seakan enggan menatapnya.

"Syukurlah tante ... Lusi ikut senang. Setidaknya mereka tidak perlu merengek meminta ayah lagi pada Lusi." Ujar Lusi, sebisa mungkin dia tidak menunjukkan wajah sedihnya di hadapan Diana dan Delano. Tidak mungkin dia akan menunjukkan wajah sedih saat keluarga itu sedang bahagia.

"Terimakasih Lusi, jika bukan karenamu entah bagaimana nasib mereka sekarang." Kata Diana tulus.

"Tapi karena Lusi pula lah kalian harus berpisah dari mereka selama 5 tahun. Seandainya waktu itu Lusi memiliki keberanian melaporkan mereka ke kantor polisi. Mungkin mereka sudah tumbuh besar bersama kalian." Ujar Lusi seraya menunduk. Delano masih belum bersuara. Dia tahu betul jika ini tidaklah mudah bagi Lusi, Delano tahu gadis itu sedang berusaha tegar disaat dihadapkan dengan kenyataan ini.

"Jangan berbicara seperti itu Lusi, seperti yang sudah tante katakan semua ini sudah takdir. Kau harus yakin bahwa Allah yang sudah menuntun jalannya memang harus seperti ini." Diana menggenggam jemari Lusi yang bertaut resah. Lusi mengangguk namun masih tak mau mengangkat kepalanya. Air matanya jatuh membasahi punggung tangan Diana.

Diana membawa Lusi masuk kedalam pelukannya.

"Kamu adalah gadis yang hebat Lusi. Kamu menghabiskan masa mudamu untuk merawat mereka. Kamu benar-benar gadis berhati lembut. Kau membesarkan cucu-cucuku dengan didikan yang baik. Tante tidak tau lagi bagaimana cara berterimakasih pada Lusi. Tante hanya bisa mendoakan kebahagiaan untuk kehidupan Lusi kedepannya." Tutur Diana, matanya menatap sendu kearah Delano seakan memberi isyarat pada putranya, namun tangannya terus mengusap punggung Lusi yang bergetar hebat.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Selamat membaca .... like nya jangan lupa di tekan. komentar juga biar othor ga merasa sendirian. 🤭🤭

Selagi nunggu baca juga kisah dari teman othor karyanya kak Redwhite berjudul Cinta Buta

1
Opung Nava
setia dong thoor
Bunny🥨: “Ketika tubuh jadi taruhan untuk keadilan. Mampir juga yu di ceritaku berjudul "kesepakatan di Atas Ranjang.” ditunggu kehadirannya ❣️
total 1 replies
Priskha
aq heran dech kok si Lusi dan Delano isinya main aja ya ndak capek apa ya 🤭🤭🤭🤭
Chu Shoyanie
pingin bgt kisahku kyk Mitha...tp Suryo utkku sudah tidak ada...Allah lbih syg dia...
Priskha
jebloskan saja ke penjara biar emaknya tau bgmn anak yg dibangga2kan sdh mempermalukan klg nya
Retno Palupi
kembaran nya yg buat masalah
Priskha
itulah klau dr awal tdk bicara jujur skrg bingung sendiri kan
Priskha
good job boys klian berdua sdh bs diajak bekerjasama utk meluluhkan hati bundamu 🤭🤭🤭🤭
Opung Nava
apa nanti hukuman untuk boca yg2ini dibuat ayhny
Opung Nava
dsar otaknya oleng sudh tua gk nydr
Priskha
wach dunia ini mmg sempit ya ternyata ortunya Delano dan ortunya Lusi berteman baik....wach wis jodoh ini
Opung Nava
gila y seorg guru bisa2nya berbuat spertu
Priskha
Nach kan spt yg sdh aq duga
Priskha
aq kok curiga ya jgn2 si Karina dpt ancaman dr Karisa mangkanya dia bertindak membuang anaknya biar tdk dijahati sm Karisa mengingat klau Karisa sptnya juga menyukai Delano
Priskha
apa kbrnya Karisa yg ada di dpn ruangannya Delano
Opung Nava
mkn segala kel otthor dan semangt
Priskha
ketawa sendiri lihat sifat bar2nya si Lusi 😂😂😂
Priskha
bagus ceritamu thor ndak bertele2, bahasanya mudah dimengerti buat pembaca....tetap semangat utk karya2 selanjutnya thor 💪💪💪💪
Opung Nava
untung Delano waras dan baik
Opung Nava
knp kl iri tdk bisa jauh dr manusia moga trungkp spa dalng kematian karia
Opung Nava
gk bisa nahan gk nangis betul2toor serubanget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!