NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Tertangkap Kamera Ponsel

"Hp baru tuh."

Rena menoleh saat seseorang duduk di sampingnya, "ini?" tanyanya seraya mengangkat ponsel berwarna abu-abu.

"Hm."

"Iya baru, bagus kan?" Rena menyalakan ponsel terbarunya. "Tapi lo percaya gak kalau ini gue beli bekas."

"Masa?" Fiki menatap Rena tidak percaya.

"Bener, ini bekas. Gue cuman beli dua jutaan," ucap Rena memberitahu.

"Tapi kok kaya beli baru sih? Ini gak keliatan bekasnya," ujar Fiki masih tidak percaya.

Rena mengedikkan bahunya tak acuh, "pemilik sebelumnya kayanya males main hp kali, jadinya masih kinclong begini."

"Hoki."

Rena menoleh ke arah saudaranya yang lain saat mereka semua masuk ke dalam rumah. Hari ini keluarga dari ibunya telah datang, ada acara yang akan dilaksanakan esok hari. Membuat mereka akan menginap di rumahnya malam ini.

Ia tidak masalah akan hal itu, apalagi dirinya jadi memiliki teman. Daripada berangkat dari rumah masing-masing, lebih baik berangkat bersamaan dari satu tempat.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tidak ada tanda-tanda jika saudaranya akan tertidur cepat malam ini. Menjadi hal biasa mereka tidur malam jika sedang berkumpul.

Ia menoleh ke arah para orang tua yang sedang berbicara serius. Dari tempatnya saat ini ia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Ia menghela napas pelan saat pembicaraan orang tuanya tidak jauh dari sosok yang menggemparkan warga sekitar rumahnya akhir-akhir ini. Sosok perempuan yang dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri sering menampakkan sosoknya di sekitar rumahnya.

Ia tidak percaya akan hal itu, apalagi selama ini dirinya tidak pernah merasakan hal aneh apapun. Namun desas-desus dari warga sekitar membuatnya cukup penasaran. Apakah benar sosok tersebut ada atau hanya halusinasi orang-orang yang melihatnya.

"Iya loh bener, samping rumah sering banget katanya diganggu sama kuntilanak itu."

"Dateng darimana itu? Apa kebawa?" tanya Indri pada kakak iparnya.

Ayu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak, emang katanya udah ada dari beberapa tahun lalu. Aku pernah denger kalau si perempuan ini meninggal di umur tujuh belas tahun."

"Masih muda, kenapa gitu meninggalnya?"

"Bunuh diri, katanya sih hamil di luar nikah."

Semua yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Pantas saja perempuan muda itu memilih mengakhiri hidupnya, jika masih hidup masih harus menanggung malu yang sangat besar.

Rena menghela napas pelan mendengar perkataan para orang tua di depannya. Ia juga sudah mengetahui cerita tersebut. Cerita mengenai salah satu tetangganya yang selalu diganggu oleh sosok perempuan bunuh diri itu.

"Tapi di sini aman kan?"

"Alhamdulillah aman, jangan sampai kaya tetangga deh. Gak tenang."

"Iya bener."

"Kak Rena."

"Kenapa?" tanya Rena seraya menoleh ke arah adik sepupunya.

"Mau pinjem hp boleh gak? Mau bikin video," ucap Ratna pada Rena.

"Jangan lama-lama," ucap Rena seraya memberikan ponselnya pada adik sepupunya itu.

"Gak kok," balas Ratna seraya pergi meninggalkan Rena yang kembali menyimak obrolan para orang tua.

"Kemaren katanya juga si perempuan ini muncul di depan gang. Di atas jam sepuluh dia suka nongol," ujar Ayu lagi.

"Ini udah mau jam sepuluh, sebentar lagi berarti."

Ayu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "kayanya kalau sekarang aman, apalagi kita rame-rame. Gak mungkin dia dateng ke sini."

"Bener juga."

"Itu bener Ren?" tanya Fiki yang sedari tadi juga ikut menyimak.

Rena mengedikkan bahunya tak acuh, "gak tau sih, soalnya gak pernah liat. Jangan sampe juga."

"Tapi kamu tau gak ciri-cirinya gimana?" tanya Indri yang masih penasaran dengan sosok perempuan tersebut.

"Mirip kuntilanak, rambutnya berantakan. Rambutnya kaya gimbal gitu, mengembang. Mukanya gak keliatan karena ketutupan rambut," jawab Ayu memberitahu.

"Terus-terus?"

"Udah sih, aku taunya itu. Soalnya kan aku gak pernah liat, jangan sampe deh," ujar Ayu seraya bergidik ngeri.

"Serem banget," komentar Fiki seraya bergidik ngeri.

Rena menggelengkan kepalanya dengan pelan mendengar cerita dari orang tuanya. Ia menoleh ke arah Ratna yang sibuk berfoto, bahkan bocah tersebut terkadang memfoto mereka yang saat ini sedang mengobrol bersama.

"Ratna," panggil Rena pada bocah berusia tujuh tahun itu.

"Apa?" Ratna melangkah mendekat ke arah Rena. "Hpnya mau dipake?"

Rena menganggukkan kepalanya dengan cepat, "iya, sini."

Ratna mendengus sebal seraya memberikan ponsel berwarna abu-abu pada Rena, "nih, makasih ya. Nanti fotonya kirim ke Mama aku."

"Hm."

Rena menghela napas kesal saat layar ponselnya tampak berminyak. Tangan Ratna dan sepupunya yang lain pasti yang membuat layar ponselnya tampak berminyak dan licin. Ia mengambil tisu yang berada di dekatnya, lalu membersihkan layar ponselnya agar tidak kembali berminyak.

"Tadi ada setan tau."

"Jangan ngomongin setan, ini udah malem. Kamu mau disamperin."

"Tadi ada di situ, dia cewe yang suka ketawa hihihi."

"Udah sana bocah pada tidur, bikin orang panik aja."

Rena menoleh sekilas ke arah sepupunya yang lain, lalu menyalakan ponselnya yang sudah tampak bersih. Ia membuka galeri ponselnya, mencoba memastikan tidak ada foto aneh yang Ratna lakukan.

Ia juga akan memilih beberapa foto untuk dikirim pada tantenya. Takut nanti Ratna akan terus menagih fotonya itu. Ia tidak ingin terus-terusan mendengar kebawelan Ratna karena foto dan videonya yang belum terkirim.

"Banyak banget," gumam Rena dengan kesal.

Ia menggulir layarnya ponselnya hingga bawah, menampilkan beberapa foto acak yang sebelumnya Ratna ambil. Beberapa foto yang ada di galerinya menampilkan setiap sudut rumahnya. Hasil foto tersebut tidak rapih, hasilnya tampak blur karena Ratna yang memfotonya dengan gerakan cepat.

"Dasar bocah."

Ratna mengerutkan keningnya dengan bingung saat melihat sesuatu yang tampak aneh dari salah satu foto yang Ratna tangkap. Ia sangat yakin jika sebelumnya dirinya tidak memiliki foto tersebut.

Foto seorang perempuan dengan pakaian berwarna putih dan rambut kusut sedang berjongkok di depan kamar kedua orang tuanya. Ia mengalihkan tatapannya ke arah depan kamar, mencoba memastikan jika tidak ada yang aneh saat ini.

Dengan perasaan ragu, ia membuka foto tersebut. Ia cukup penasaran dengan foto tersebut jika dilihat dengan ukuran besar. Semoga saja kecurigaannya tidak benar.

"Anjir," umpatnya.

Rena mengerjapkan matanya terkejut saat ia sudah melihat hasil foto tersebut dengan ukuran besar. Terlihat jelas jika di depan kamar kedua orang tuanya terdapat seorang perempuan sedang berjongkok di sana.

Pakaian perempuan tersebut berwarna putih, dengan rambut mengembangnya yang tampak kusut. Ia terdiam saat mengingat perkataan ibunya tadi, semua ciri-ciri sosok kuntilanak yang diceritakan ibunya sama dengan apa yang ada di ponselnya.

"Kenapa?" tanya Fiki ingin tau.

"Lo bakal takut gak Fik?" tanya balik Rena.

Fiki mengerutkan keningnya dengan bingung, "takut apa?"

Rena tidak menjawab pertanyaan yang Fiki berikan. Ia langsung memberikan ponselnya pada Fiki. Mencoba memberitahu mengenai foto seorang perempuan yang Ratna tangkap.

"Anjir, ini serius?!" Fiki menatap Rena dengan tatapan tidak percaya.

"Gue juga awalnya gitu, cuman siapa yang dari tadi pake kostum ini? Gak ada. Ciri-cirinya juga sama kaya apa yang Nyokap gue bilang," balas Rena dengan nada berbisik.

"Terus gimana?" tanya Fiki ingin tau.

Rena menggelengkan kepalanya dengan pelan, ia sama sekali tidak tau harus apa. Ia juga bingung saat ini, apa yang harus ia lakukan untuk memberitahu ibunya mengenai sosok kuntilanak tersebut.

Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah, mencoba memastikan jika sosok tersebut telah pergi. Padahal sedari kemarin ia dan keluarganya merasa aman, karena satu-satunya rumah yang belum pernah diteror oleh perempuan tersebut.

Namun, kali ini rasanya cukup berbeda. Sosok perempuan tersebut sudah berani berada di rumahnya. Bahkan memunculkan dirinya walaupun hanya bisa dilihat melalui layar ponselnya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!