NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:92.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 KHASIAT PIL KULTIVASI HABIS

Seluruh siswi bersorak keras saat perkelahian terjadi di kantin akademi.

Gisela berhasil mengalahkan tiga gadis muda itu dengan begitu mudahnya tanpa perlawanan yang berarti.

Ketiga gadis muda itu terkapar di lantai tanpa bersuara, wajah mereka membeku pasif saat memandang ke arah Gisela.

Gisela tersenyum simpul dengan berdiri diam ke arah ketiga gadis muda itu.

"Gisela, kau tidak apa-apa ?" tanya Susan terlihat panik saat dia mendekat ke arah Gisela.

"Ya, aku baik-baik saja", sahut Gisela dengan anggukkan kepala.

"Syukurlah, kau tidak kenapa-napa, aku sempat mengkhawatirkanmu", kata Susan sembari melihat miris ke arah Valeria dan dua temannya yang mengadu kesakitan.

"Jangan khawatirkan aku karena aku baik-baik saja", kata Gisela.

"Lihatlah, makan siangmu berantakan dan tumpah semua, kau tidak bisa makan siang sekarang, Gisela", kata Susan prihatin.

"Ya, harus bagaimana lagi, aku juga tidak tahu lagi sekarang, apa yang harus kulakukan", kata Gisela.

Gisela tampak pasrah saat melihat makan siangnya tumpah dan tercecer di lantai kantin akibat ulah Valeria dan dua temannya yang mengganggunya tadi.

"Aku akan berbagi makan siang denganmu, kau bisa makan jatah makan siangku, kuharap kau tidak merasa keberatan", kata Susan.

"Tidak usah, Susan. Aku tidak akan makan siang, makanlah makan siangmu saja, terimakasih", sahut Gisela.

Gisela menoleh kembali ke arah Valeria dan dua temannya, dipandanginya mereka bertiga dengan penuh amarah.

Tanpa bersuara sedikitpun, diangkatnya baki makan siangnya yang telah kosong ke atas lalu ditahannya sejenak.

"Gisela...", panggil Susan.

Panggilan Susan langsung menyadarkan Gisela sehingga dia urung menghantamkan baki yang dia pegang kepada Valeria.

"Cih... !" umpatnya kesal.

Sempat Gisela mengayunkan baki di tangannya hendak dipukulkannya ke arah Valeria.

"Aaahhhkkk !!!" jerit Valeria ketakutan lalu menundukkan kepalanya.

"Jangan pernah sentuh aku lagi !" kata Gisela kemudian melemparkan baki ditangannya ke arah lantai kantin hingga terhempas keras.

"PLANG... !!!"

Setelah Gisela meluapkan kekesalannya lantas dia pergi dari ruangan kantin tanpa berkata-kata lagi.

Kekesalannya terlihat jelas dari cara langkah kakinya saat dia pergi.

Semua mata tertuju kepada Gisela tanpa bersuara namun pandangan mereka terlihat sangat kagum akan keberanian gadis unik itu terhadap perundungan yang terjadi di akademi Soleram oleh tiga gadis muda yang bermaksud mengganggunya tadi.

...***...

"Sial... !" umpat Gisela kesal.

Gisela melintasi area koridor akademi Soleram yang sepi.

Wajahnya berubah emosi karena kekacauan yang terjadi di kantin akademi oleh Valeria dan dua temannya.

"Keterlaluan sekali...", gumamnya sesak.

Gisela terus melangkahkan kakinya melewati jalan di koridor.

Tiba-tiba dadanya terasa sakit sehingga nafasnya berubah berat dan membuatnya tersengal-sengal.

Gisela menyandarkan badannya ke dekat tembok sembari berpegangan kuat.

"Hosh... ! Hosh... ! Hosh... !" desah nafasnya tak beraturan.

Pandangan Gisela berubah nanar sedangkan badannya mulai limbung dan kepalanya terasa pusing.

"Apa yang terjadi denganku ???" tanya Gisela mulai diserang rasa cemas saat mengetahui perubahan pada suhu tubuhnya yang meningkat tajam.

Keringat panas mulai bercucuran dari arah kening Gisela sedangkan suhu badannya berubah demam.

"Aku merasa pusing...", kata Gisela gemetaran.

Gisela sekuat tenaga tetap bertahan namun panas tubuhnya membuatnya tak mampu lagi bertahan, pelan-pelan pandangan matanya mulai berubah samar.

Tubuhnya menggigil kencang sedangkan wajahnya berubah memucat.

"Uhk... ?!" ucapnya tertahan namun tetap bertahan dengan berusaha berdiri tegak.

Kuku jari jemari tangannya berubah membiru, suhu tubuhnya terus meningkat naik hingga Gisela membeku.

Kedua kakinya mendadak lumpuh, sulit sekali dia gerakkan meskipun dia berusaha memaksa untuk menggerakkannya.

Hampir terjatuh namun Gisela masih sempat menahan tubuhnya supaya tidak ambruk.

"Aku harus segera pergi dari akademi ini", ucapnya masih bisa bersuara meskipun itu sangatlah sulit baginya.

Tiba-tiba Gisela melihat badannya mulai berubah dari langsing menjadi gemuk.

Terutama bagian jari-jemari tangannya yang mulai menampakkan perubahan, membulat dan membesar berisi.

Melihat perubahan bentuk tubuhnya yang berangsur-angsur pulih ke bentuk semula, Gisela mulai diserang ketakutan dan panik.

"Oh, tidak...", bisiknya cemas. "Aku berubah...!"

Gisela berdiri menatap gelisah ke arah kedua tangannya yang menggembung gemuk lalu beralih ke arah bagian badannya yang perlahan-lahan mengalami perubahan.

"Khasiat pil kultivasi telah habis, jika aku tidak menyembunyikan diriku cepat-cepat maka aku akan ketahuan oleh yang lain", kata Gisela.

Gisela merasakan tubuhnya terus berubah dan tanpa dia sadari bel masuk kelas berdering-dering keras di seluruh area akademi Soleram.

Mau tak mau, Gisela terpaksa berlari, mencoba menyembunyikan dirinya dari siswi di akademi Soleram ini agar mereka tidak mengetahui siapa dia sejatinya.

Seandainya mereka melihat hal ini maka seluruh siswi disini akan tahu bahwa dirinya adalah Gisela yang memiliki tubuh gemuk.

Gisela tidak ingin mendengar cacian maki dari bibir seluruh siswi di akademi Soleram Internasional ini tentang dirinya bahkan dia tidak ingin melihat tatapan hina yang ditujukan kepada dirinya jika dirinya berubah gemuk lagi.

"Tap... ! Tap... ! Tap... !"

Gisela terus berlari cepat, ekspresi wajahnya terlihat kebingungan serta perasaannya diselimuti oleh rasa ketakutan yang mendalam pada dirinya.

Terlihat Gisela masih berlarian di area halaman akademi menuju pintu gerbang keluar.

Nafasnya berat bahkan dia tidak mampu lagi menggerakkan badannya yang berubah menjadi gemuk seperti semula.

Trauma berat telah membuat diri Gisela berubah menjadi seorang gadis yang kurang percaya diri, dia kehilangan seluruh kemampuan sosialnya serta kepribadiannya.

"Bruk... !"

Gisela jatuh duduk bersimpuh, tertatih-tatih seraya berusaha bangun.

Berjalan pelan dengan tubuh sempoyongan melewati jalan trotoar yang ada disana.

Dadanya berdetak kian kencang seakan-akan tercabik kuat ketika bereaksi, mungkinkah pil kultivasi menyebabkan masalah berat ini terjadi pada diri Gisela.

"Uhk... Sakit... !" keluhnya tertahan dengan memegangi dadanya yang sakit.

Gisela terus melangkahkan kaki mengikuti arah jalan di trotoar sembari memegangi dadanya yang nyeri.

"Tubuhku berubah seperti semula dan ini sangat sakit sekali...", ucapnya bergumam pelan.

Gisela terus berjalan bahkan berusaha tetap terjaga penuh meski dirinya sangat sulit melakukan hal itu.

Gedung akademi Soleram Internasional telah jauh dia tinggalkan, dengan langkah terseok-seok namun Gisela tetap memilih bertahan kuat agar sampai ke rumah.

Gisela menuruni jalanan landai menuju tempat tinggalnya yang jauh dari keramaian kota meskipun kawasan tinggalnya terletak di pemukiman padat penduduk, tetap rumah miliknya sangat sepi dari keramaian.

Rumah bercat kuning telah tampak di depan matanya, hanya butuh beberapa langkah kaki, dia akan tiba disana.

Keringat terus bercucuran membasahi wajah Gisela, salah satu tangannya meraih pegangan pintu rumah, hendak membuka pintu.

Tiba-tiba tubuh Gisela berubah ringan sedangkan seluruh pandangan matanya menjadi gelap gulita.

Dan...

Sedetik kemudian, Gisela ambruk, jatuh tersungkur ke lantai rumahnya serta tak sadarkan kembali.

Seluruh ruangan disekitarnya menjadi hening serta sunyi.

...***...

"Gisela... Gisela... Gisela... !"

Panggil suara mencoba menyadarkan Gisela dari pingsannya.

"Gisela... Gisela... Gisela... !"

Suara itu kembali terdengar sayup-sayup didekat telinga Gisela.

Gisela mulai mendengarkan suara itu meski dia masih belum terbangun dari pingsannya, dia menggeliat pelan.

"Uhk ?!" gumamnya lirih sembari menolehkan kepalanya.

Suara lembut itu terdengar lagi menggema pelan di samping sisi Gisela yang masih terpejam matanya.

"Gisela... Gisela... Gisela... !"

Panggil suara itu berulang-ulang sehingga menarik kesadaran Gisela.

Dengan tersentak kaget, Gisela terbangun cepat sembari terbatuk-batuk lalu duduk tegak.

"Dimana aku ?" tanyanya.

Gisela mengedarkan pandangannya ke sekeliling sekitarnya, dengan bertanya-tanya tak mengerti.

Tampak Amur dan kucing miliknya sedang duduk di hadapannya.

"Gisela, kau baik-baik saja ?" tanya Amur.

Gisela yang masih belum pulih kesadarannya hanya melirik ke arah Amur tanpa merespon.

"Gisela...", panggil Amur.

Amur menjilati wajah Gisela supaya gadis gemuk itu sadar sepenuhnya.

"Hai, hentikan !" pekik Gisela dengan menahan tubuh Amur agar menjauh darinya.

"Sadarlah, Gisela !" kata Amur.

"Ya...", sahut Gisela.

"Sepertinya khasiat pil kultivasi yang kuberikan padamu telah habis sehingga kau berubah kembali seperti Gisela yang dulu", kata Amur.

Gisela masih tertegun, duduk diam dan hanya memperhatikan dirinya seperti linglung, tanpa mengucapkan sepatah katapun sembari berpikir serius dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!