Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Bertemu Putri
❤️❤️❤️
"Fokuskan matamu ke titik sasaran, tembak
dengan penuh keyakinan.!"
Kembali Aaron berbisik sambil mempererat
lingkaran tangan kirinya di perut Raya. Hal itu
justru malah membuat Raya semakin tegang
dan tidak bisa mengontrol rasa takutnya.
Tubuhnya mengirimkan sinyal penolakan
dengan bergetar hebat setengah menggigil.
Aaron mengetatkan rahangnya menyadari
hal itu. Dia menarik tubuh Raya agar lebih
merapat padanya.
"A-Aaron.. apa yang kau lakukan.?"
Raya semakin panik, dia meronta mencoba
untuk melepaskan diri. Namun penguasaan
tubuh Aaron membuat dia sudah tidak punya
kesempatan untuk keluar dari kurungannya.
"Aku akan membantumu mendapatkan hadiah
kecil itu. Rileks, tenangkan dirimu sejenak.."
Aaron kembali berbisik berusaha untuk
menenangkan Raya yang masih bergerak
kasar ingin keluar dari kurungan tubuh Aaron
dan hal itu membuat sesuatu di bagian bawah
tubuh Aaron terbangun tanpa ampun.
"Aku sudah tidak menginginkan nya lagi.
Aku ingin kembali ke kamar sekarang juga."
Desis Raya masih dengan suara yang sangat
pelan dan bergetar. Bibir Aaron kini mendekat
ke tengkuk leher Raya, menghirup pelan aroma
menenangkan yang menguar di sana. Jiwanya
semakin gelisah dan meronta. Saat ini area itu
sudah steril, tidak ada lagi pengunjung di sana.
Hanya ada Griz dan beberapa penjaga yang
membalikkan posisi badan membelakangi
Tuan dan Nona mereka.
"Bukankah kau sangat menginginkan nya.?
Kalau kau mau aku bisa memberimu satu
pabrik langsung..!"
Aaron kembali berucap dengan suara yang
sudah sangat berat. Aliran darahnya terbakar,
tubuhnya kini memanas. Raya memutar bola
matanya, jengah mendengar bualan Aaron
yang sangat tidak masuk akal.
"Kau sangat tidak masuk akal. Tolong, biarkan
aku pergi sekarang juga."
"Aku tidak pernah membual. Aku bahkan bisa
memberimu kapal pesiar ini sebagai hadiah.!"
Raya terhenyak, jantungnya bergelombang
dengan hebat. Ada sesuatu yang menembus
masuk ke dalam relung hatinya, perasaan yang
entah apa tidak di sadari nya. Perlahan getaran
di tubuhnya kini mulai berkurang. Aneh, saat
ini dia mulai merasa lebih tenang dan rileks
walaupun ketegangan itu tetap menguasai
dirinya karena kedekatan fisik mereka.
"Sekarang cobalah untuk kembali fokus. Kau
harus bisa mendapatkan yang kau inginkan
dengan usahamu sendiri.!"
Ujar Aaron sambil meluruskan posisi tangan
Raya dan membenarkan letak titik fokusnya.
Raya menarik napas dalam-dalam, dia melirik
kearah wajah Aaron yang ada di sebelahnya.
Mata mereka untuk sesaat saling menatap
hingga akhirnya Raya kembali berpaling ke
depan. Dia mencoba untuk memfokuskan
perhatian nya ke sasaran sesuai dengan
instruksi laki-laki itu.
"Good.. sekarang cobalah untuk menembak
sasaran nya.!"
Titah Aaron dengan tatapan mata yang tidak
lepas dari wajah Raya yang ada di depannya,
begitu dekat dan menggoda, pipi bening mulus
di hiasi rona kemerahan itu tampak sangat
menggemaskan membuat jiwanya semakin
meronta. Tapi tangannya masih berada di
pergelangan tangan Raya yang kini bersiap
melakukan tembakan.
Dengan yakin Raya melancarkan tembakan
ke titik fokus sasaran, namun wajahnya
tampak kecewa karena masih gagal.
"Sekali lagi, ingatlah.. pikiranmu tidak boleh
kemana-mana.! fokus pada satu tujuan.!"
Bisik Aaron sambil mendekap erat tubuh Raya
karena sudah tidak bisa lagi menahan gejolak
perasaannya. Dan hal itu membuat Raya
spontan menembak sasaran beberapa kali
dan semua tepat sasaran.
"Aaa...aku berhasil..!!"
Raya reflek berseru keras di telan kesenangan
karena berhasil memperoleh keinginannya.
Dan ketika Aaron melonggarkan dekapannya
tanpa sadar dia membalikan badannya lalu
melompat memeluk erat pria itu yang sontak
membeku dan menegang kaku. Mata Aaron
mengerjap beberapa kali dengan getaran
hebat yang kini menerpa jantungnya.
Raya tersentak kaget saat menyadari apa
yang di lakukannya, wajahnya kini berubah
memerah seperti kepiting rebus.
"Ma-maaf..aku terlalu senang..!"
Ucap nya seraya dengan cepat melepaskan
pelukannya di tubuh gagah Aaron yang terlihat
bereaksi aneh, wajahnya yang teramat tampan
itu terlihat memerah. Raya segera menjauh,
dengan cepat meraih boneka beruang yang
sudah tergeletak di atas boks. Aaron berdiri
terdiam, ada kehangatan yang mengaliri hati
dan jiwanya saat melihat raut wajah bahagia
terpendar dari wajah cantik wanita yang
berstatus sebagai istrinya itu.
"Aku akan kembali ke kamar.! Terimakasih."
Ujar Raya sambil kemudian melangkah pergi
namun sesaat kemudian dia membulatkan
matanya saat Aaron menarik tangannya lalu
melingkarkan lengannya di pinggang ramping
wanita itu, menarik tubuhnya dengan cepat
agar merapat, hingga kini keduanya saling
menatap lekat dengan debaran jantung yang
seolah bermarathon dan napas yang tiba-tiba
saja terasa berat.
"Kau harus memberiku hadiah untuk ini.!"
Mata indah Raya langsung melebar tidak
percaya, dia berusaha menjauhkan dirinya
dengan menekan dan mendorong dada liat
pria itu seraya menjadikan boneka kecil di
tangan nya sebagai penghalang wajah
mereka yang berjarak beberapa inchi saja.
"Aku tidak punya apapun untuk di berikan
padamu. !"
Dengan gerakan cepat Aaron mengambil
boneka kecil itu dari tangan Raya membuat
wanita itu melotot dan berusaha meraihnya
kembali, tapi Aaron menjauhkannya.
"Berikan aku madu di bibirmu itu.!"
Gerakan Raya terhenti seketika, ketegangan
kembali menguasai dirinya. Mata mereka
tampak saling menatap kuat.
"Dasar konyol.! kau bisa mendapatkan nya
dari wanita manapun yang kau inginkan.!"
Decak Raya sambil kembali berusaha meraih
boneka dari tangan Aaron yang mengangkat
tinggi ke udara hingga Raya terpaksa harus
berjingjit agar bisa menjangkaunya.
"Yang aku inginkan hanya madu di bibirmu.!
Aku tidak menginginkan yang lain.!"
"Dasar gila.! berikan boneka itu, cepat.!"
"Berikan dulu apa yang aku inginkan.!"
"Aku tidak akan memberikan nya.!"
"Aku bisa mengambilnya sendiri..!"
"Coba saja kalau berani.!"
CUP !
Tubuh Raya membeku seketika saat bibir hangat Aaron mendarat mulus di bibirnya, menciumnya lembut dan kuat. Wajah Raya merah padam, dia mengambil bonekanya dengan gerakan kasar.
Tatapan nya terlihat kesal dan tidak terima atas
apa yang di lakukan Aaron. Sementara pria itu
tampak santai dan ada seringai kepuasan yang
terlihat dari raut wajah tampannya.
"Dasar manusia licik.!"
Desis Raya sambil kembali mendorong kuat
dada Aaron yang kini mendekatkan wajahnya.
"Siapkan dirimu untuk nanti malam. Tempat
ini sangat layak di jadikan sebagai tempat
spesial untuk malam pertama kita..!"
Kembali.. wajah Raya seketika memucat.Dia menggeleng kuat mulai di kuasai ketakutan.
"Kembalilah ke kamar sekarang juga..Dan
jangan keluar tanpa seizinku..! Di luaran
sangat berbahaya untukmu.!"
Desis Aaron sambil kemudian mengecup
lembut kening Raya tanpa permisi. Untuk
sesaat Raya memejamkan matanya mendapat serangan tak terduga pria menyebalkan itu.
Matanya kembali terbuka ketika laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Tubuh Raya lemas seketika kehilangan tenaga,
pikirannya saat ini seolah mengawang. Dasar
laki-laki aneh, selalu saja seenaknya !
"Kita kembali ke kamar sekarang Miss.."
Raya tersadar, dia melirik kearah Griz. Tanpa
kata lagi dia mulai melangkah meninggalkan
wahana itu yang kini sudah kembali di datangi
pengunjung lain. Mereka tampak memandang
kearah Raya dengan sorot mata penuh tanda
tanya dan ketertarikan. Raya menyadari hal
aneh itu tapi dia berusaha untuk tidak peduli.
Mereka berdua berjalan cepat menuju keluar
dari wahana itu, namun tiba-tiba saja ada
seorang anak perempuan sekitar umur 3
tahunan berlarian dengan tawa riang dan
mulut yang berusaha di tutupnya. Sesekali
anak itu melihat ke segala arah kemudian
kembali berlari sambil tertawa. Kali ini dia
berlari lebih kencang hingga menyebabkan
tubuh nya kehilangan keseimbangan dan
akhirnya terpeleset tepat saat melintas di
hadapan Raya yang langsung terkesiap.
Dengan cepat dia menangkap tubuh anak
kecil tersebut dan mengangkat nya ke dalam
pangkuan. Akibatnya dia jatuh terduduk di
atas lantai dengan hentakan yang cukup keras.
Tubuh anak kecil itu berada dalam dekapan
kuatnya. Griz membelalakkan matanya dan
spontan berseru kaget bersamaan dengan
teriakan beberapa orang dari arah lain yang
berlarian panik kearah keberadaan Raya dan
anak kecil tadi.
Untuk sesaat Raya dan anak perempuan
berparas cantik jelita itu saling pandang
kuat di telan keterkejutan dan ketegangan.
Namun tidak lama mereka tertawa bersama
masih di posisi Raya yang duduk di lantai.
"Ceroboh sekali ya kamu..!"
Raya mencubit halus dan menciumi pipi
mungil gadis kecil itu yang terkekeh geli
mencoba menghindari ciuman gemas Raya.
"Princess Alluna...!!"
Seseorang memekik tertahan sangking panik
dan kagetnya. Raya menoleh, wajahnya kini
berubah memerah saat menyadari mereka
berdua saat ini sudah di kurung oleh beberapa
sosok yang tidak di kenal. Ada seorang wanita
cantik dengan aura yang sangat berkilau, juga
beberapa wanita berpakaian rapi khas pelayan
dan pengawal kerajaan.
"Mommy..!"
Gadis kecil tadi beranjak dari pangkuan Raya
kemudian melompat ke dalam pelukan wanita
cantik nan elegan tadi yang terlihat sangat
khawatir dengan kondisi gadis kecil itu.
"Are you okay baby..?"
" I am okay Mom.."
Wanita elegan itu mengusap sayang rambut
kecoklatan gadis kecil itu sambil menciumi
pipi gembilnya yang menggemaskan.
"Miss Raya.. anda tidak apa-apa..?"
Griz mendekat membantu Raya berdiri. Raya
tersenyum lembut walaupun sebenarnya dia
merasakan sakit di bokong nya.
"Aku tidak apa-apa Griz, tidak perlu cemas."
Ujarnya sambil membenahi pakaiannya dan
meraih boneka beruang yang tadi ikut jatuh.
Griz kini berpaling pada wanita elegan tadi
yang berdiri menggendong gadis kecil itu
dan kini perhatian nya beralih pada Raya.
"Selamat sore Princess Arabella.."
Griz menyapa dengan penuh hormat seraya
membungkuk setengah badan. Karuan saja
hal itu membuat Raya terkejut seketika.
Princess Arabella.? Apakah wanita yang ada
di hadapannya ini seorang putri raja.? Wanita
elegan tadi mengangkat tangannya tenang
memberi isyarat pada Griz yang langsung
mengangkat badannya.
"Terimakasih.. anda telah membantu putri
saya.. Itu sangat berarti bagi saya.!"
Ujar wanita itu pada Raya dengan suara yang
sangat halus dan lembut serta senyum manis
terkembang di bibir merah merona nya. Dia
menatap lekat wajah cantik Raya yang sedikit
berbeda dan cukup menarik perhatiannya itu.
"Sama-sama..Itu hanya kebetulan saja."
Raya membalas dengan tersenyum lembut dan menundukkan kepalanya sopan. Gadis kecil
tadi kini turun dari pangkuan sang ibu
kemudian mendekat kearah Raya yang
langsung berjongkok di hadapan nya.
"Terimakasih aunty.."
Ucap gadis kecil itu sambil kemudian dia
mengecup lembut pipi kemerahan Raya yang
tampak tersenyum dan mengelus lembut
rambut gadis kecil itu.
"Sama-sama sayang..lain kali harus lebih
hati-hati lagi ya. Jangan bermain dan berlari
tanpa pengawasan Mommy mu..!"
"Okay aunty cantiikk.."
Gadis kecil itu kembali mengecup pipi Raya
dengan wajah yang berbinar cantik.
"Ini..ambil untukmu.."
Raya mengulurkan Boneka beruang di tangan
nya pada gadis kecil itu yang langsung menutup
mulutnya dengan ekspresi yang sangat lucu
dan menggemaskan. Namun sebelum dia
menerima boneka itu kepalanya menoleh ke
arah Sang ibu yang mengangguk tenang
sambil tersenyum manis .
"Thank you aunty.."
Dengan antusias gadis kecil itu menerima
boneka beruang tadi dan memeluknya posesif.
Kemudian sang ibu kembali menggendong
dan memeluknya erat.
"Terimakasih Miss..."
"Anda bisa memanggil saya Raya.."
"Oke.. terimakasih Raya.. sampai jumpa.."
Wanita elegan itu tersenyum kemudian mulai
melangkah pergi meninggalkan tempat itu di
iringi oleh rombongan pelayan dan pengawal.
"Good bye aunty.."
Gadis kecil itu tampak melambaikan tangan
dengan tatapan tidak lepas dari sosok Raya
yang membalas lambaian tangannya.
"Siapa wanita itu Griz.?"
"Beliau adalah Princess Arabella Miss..
putri bungsu Raja Williams dan Ratu Virginia..
Gadis kecil tadi adalah putrinya.. Princess
Alluna.."
Raya terdiam, jadi benar mereka berdua itu
anggota keluarga kerajaan.?
"Ya sudah..kita kembali ke kamar sekarang."
"Baik Miss.."
Mereka berdua melangkah pergi meninggalkan
tempat itu untuk kembali ke lantai paling atas
yang ada di dalam kapal pesiar mewah ini.
***
Seusai sholat magrib, Raya berusaha untuk
rileks sebentar. Dia berdiri di sisi ruangan
yang paling di sukainya, menatap hamparan
samudra yang terlihat sangat memukau.
Entah berada di mana sekarang posisi kapal
pesiar ini. Raya menarik napas panjang, pria
itu seharian ini benar-benar tidak pernah
kembali ke dalam kamar. Ada kelegaan tapi
juga ada sejumput pertanyaan yang kini
bersarang dalam pikiran Raya. Sebegitu
sibukkah dia sampai tidak ada waktu untuk
melihat keadaannya.? Tapi.. kenapa dirinya
harus peduli tentang itu. Bukankah lebih
baik begini, dia jadi bisa bernapas lega.!
"Selamat malam Miss."
Lamunan Raya buyar, dia menolehkan kepala
kearah suara. Ada dua orang pelayan yang
lagi-lagi berpenampilan tomboy yang kini
sedang berdiri di dekat tempat tidur dengan
membungkukan badan.
"Tuan menyuruh kami membawakan gaun
malam untuk anda kenakkan malam ini."
"Gaun malam.? Memangnya akan ada acara
apa malam ini.?"
Raya berjalan menghampiri mereka dan
menatap satu boks besar serta kotak kecil
di tangan mereka yang kini di letakkan di
atas kasur. Ada sebuah gaun cantik warna
maroon dan satu set perhiasan mewah.
"Anda akan menghadiri acara ulang tahun
pernikahan Raja dan Ratu di bawah. Tuan
memerintahkan kami untuk membantu
anda mempersiapkan diri."
"Ulang tahun pernikahan Raja dan Ratu..?"
"Benar Miss.."
Raya tertegun, jadi inilah alasannya kenapa
laki-laki jahat itu membawanya ke tempat ini.
Rupanya dia akan menghadiri undangan dari
orang yang sangat penting.
"Baiklah.. kalian tunggu saja di luar. Aku akan
bersiap-siap sendiri. Nanti kalau kalau butuh
bantuan aku akan memanggil kalian."
"Baik Miss..kami permisi."
Mereka membungkukan badan serempak,
setelah itu berlalu keluar ruangan, dan kini
tinggallah Raya yang masih berdiri menatap
gaun dan perhiasan itu bergantian..
***
Happy Reading...
pasti lebih seru