Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Teror
Setelah hampir tiga jam berdiskusi, akhirnya mereka sepakat untuk menempuh jalur damai dengan BB Company yang memberikan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan mereka.
Perundingan itu tentu sangatlah alot. Mereka sempat bersitegang beberapa waktu sebelum mencapai kesepakatan.
Gian pun tampak emosi, ia beberapa kali mengepalkan tangan menahan emosi hingga terdengar suara gemerutuk dari giginya. Fey berkali - kali mengusap tangan Gian, untuk meredakan emosi Suaminya itu.
"Untung ada Bu Bos. Kalo enggak, saya pasti bakal pusing ngadepin emosinya si Bos." Ujar Martin pada Fey. Tentu tanpa terdengar oleh Gian.
"Sabar - sabar ya, Pak Martin." Ujar Fey sambil tersenyum.
"Yah, kalo saya gak sabar, gak mungkin saya bertahan jadi asisten si Bos selama lima tahun ini." Jawab Martin sambil terkekeh.
Tak langsung kembali ke hotel, Gian membawa Fey untuk berkunjung ke sebuah Mall besar yang ada di sana untuk meredakan emosinya.
"Kamu duluan aja, Tin. Nanti saya pulang jalan kaki sama Fey." Ujar Gian.
"Jangan lupa ajak yang lain makan malam di luar. Bebas kalian mau makan apa dan di mana, pakai kartu kredit perusahaan aja." Imbuh Gian kemudian.
"Bos beneran mau jalan?" Tanya Martin.
"Iya, lagian gak jauh. Gak sampe sepuluh menit jalan kaki ke Hotel." Jawab Gian.
Martin melirik ke arah Fey untuk meminta persetujuan. Fey yang mengerti maksud Martin pun langsung mengangguk.
"Baik, Bos." Jawab Martin yang kemudian pamit dan meninggalkan Gian juga Fey yang masih berada di Mall.
Puas berkeliling Mall, mereka kemudian berjalan bersama menuju ke Hotel. Suasana cukup ramai saat mereka berjalan berdua melewati deretan pertokoan dan juga taman.
Mereka berdua berjalan sambil melakukan panggilan vidio dengan Kia. Sesekali Gian dan Fey tertawa menanggapi celotehan dan permintaan Kia.
Fey memperlambat langkahnya ketika Gian mengambil alih ponselnya dan berbicara dengan Kakak Iparnya, Suami Kak Gita. Netra Fey nampak memperhatikan bayangannya dan bayangan Gian di bawah sorot lampu.
Ada sesuatu yang nampak aneh, hingga Fey mulai merasa was - was. Namun, sebisa mungkin ia tetap tenang agar tak membuat keributan di jalan yang sedikit ramai itu.
Bruugghh...!
Suara yang terdengar cukup keras itu langsung membuat Gian menoleh. Gian mematung ketika melihat apa yang terjadi di hadapannya. Pria tampan itu segera menghentikan panggilan vidio dengan Kakaknya tanpa berucap apapun.
Ia pun baru tersadar jika Fey tak ada di sampingnya. Wanita itu kini sedang menginjak punggung seorang pria dan menahan tangan pria itu ke belakang.
"Sayang..." Lirih Gian.
"Ka-Kamu yang banting orang ini?" Tanya Gian yang sampai bicara dengan terbata - bata karna cukup terkejut.
Fey sendiri tak menjawab pertanyaan Suaminya. Ia masih fokus menahan tubuh pria yang hampir dua kali lebih besar darinya.
"Kamu siapa?" Tanya Fey yang berbicara dalam bahasa Inggris.
"Kamu tidak perlu tau siapa saya." Jawab si Pria yang terus berusaha melepaskan diri.
"Jawab pertanyaan saya, atau saya patahkan tulang punggungmu." Ancam Fey.
Di tengah perdebatan antara Fey dan pria asing itu, Gian langsung menghubungi Martin dan memintanya untuk segera datang. Suasana taman yang sepi itu, membuat Gian merasa was - was.
Sialnya, pria asing itu tak sendiri. Seorang pria tiba - tiba muncul dari belakang Gian dan hendak menikam Gian dengan pisau.
"Kak Gian!" Seru Fey dengan panik.
Fey terpaksa melepaskan pria yang ia cekal dan berusaha menyelamatkan Gian. Aksi penyelamatannya memang berhasil, namun, pisau yang ia halau itu mengenai lengannya hingga darah segar pun mengucur dari sana.
Gian yang sempat di buat speechless dengan aksi Fey, kemudian berteriak ketika melihat darah yang keluar dari lengan Fey.
"Astaga, Sayang!" Seru Gian panik.
Dua pria asing itu pun berhasil melarikan diri walaupun dengan susah payah karna Fey yang sempat menghajar mereka berdua.
"Kak Gian gak apa - apa?" Tanya Fey dengan ekspresi wajah khawatir. Ia pun memeriksa tubuh Gian yang nampak baik - baik saja.
"Kamu masih sempet nanyain kondisi aku? Kamu yang luka kayak gini, Sayang." Panik Gian sembari melilitkan dasinya di lengan Fey yang terluka, berharap perdarahan itu cepat berhenti.
"Oh, iya. Pelan - pelan, Kak, sakit." Akting Fey sambil meringis saat Gian membalut lengannya yang terluka.
"Bos! Bu Bos!" Suara Martin dari dalam mobil menyapa Gian dan Fey.
"Astaga! lengan Bu Bos kenapa? Kalian kecopetan?" Tanya Martin panik saat melihat darah yang mengalir di lengan Fey.
"Ayo bawa Istri saya ke Rumah Sakit dulu." Perintah Gian.
Kedua pria itu dengan wajah panik segera membawa Fey ke Rumah Sakit terdekat. Martin mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke Rumah Sakit. Di dalam mobil pun begitu hening, Gian dan Martin terlihat sangat tegang seolah sedang bertaruh dengan waktu.
Sementara Fey? Wanita cantik itu tentu santai saja karna ini bukanlah luka pertama baginya. Ia bahkan pernah mendapatkan luka yang lebih parah dari luka sabetan pisau.
Begitu sampai di Rumah Sakit, Fey segera di tangani. Gian terlihat panik hingga membuatnya mondar - mandir di depan IGD. Ketika Fey selesai di tangani, Gian pun di persilahkan masuk.
"Nyonya Feylin kondisinya sudah stabil. Lukanya sudah kami jahit, hanya perlu di jaga agar tidak infeksi. Nonya Feylin sudah di perbolehkan pulang." Ujar Dokter yang menjelaskan kondisi Fey.
"Istri saya gak perlu di rawat? Dokter yakin dia baik - baik aja? Kalau nanti dia kenapa - kenapa saat kami sampai di Hotel, bagaimana?" Cicit Gian yang membuat Fey menepuk dahinya sendiri.
"Tuan tenang saja, kami sudah memastikan kondisi pasien dengan baik." Jawab Dokter yang tersenyum ramah, ia pun mengerti kekhawatiran Gian.
"Kalau terjadi sesuatu, bagaimana?" Tanya Gian lagi.
"Kak Gian, sudah. Aku gak apa - apa, ayo kita pulang. Lagi pula dia itu Dokter, dia juga sudah merawat lukaku dengan baik dan dia tau pasti gimana kondisiku." Fey menengahi.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Dokter." Ujar Gian yang langsung menurut dengan ucapan Fey.
Sekembalinya mereka dari Rumah Sakit, Fey langsung di giring Gian menuju ke kamar untuk beristirahat.
"Kak, aku mau mandi dulu." Ujar Fey yang tak tahan dengan badannya yang teras lengket.
"Lagian bajuku banyak darahnya gini." Imbuh Fey sambil menunjukkan bagian yang terkena darah pada kemeja yang ia kenakan.
"Ganti baju aja, gak usah mandi. Lukamu gimana? Aku takut nanti infeksi kalau basah." Jawab Gian yang masih saja khawatir.
"Ini kan udah di balut plaster anti air, Kak." Sahut Fey yang merasa gemas dengan kekhawatiran Gian.
"Yasudah kalo gitu. Mau di bantu lepas pakaiannya?" Tawar Gian kemudian.
"Gak mau! Aku bisa sendiri. Nanti kamu curi kesempatan lagi." Sahut Fey dengan cepat hingga membuat Gian terkekeh.
"O.K. Aku keluar dulu ya, Sayang. Ada sahabatku di depan." Pamit Gian sebelum meninggalkan Fey yang bersiap untuk mandi.
Gian menerima kedatangan sahabatnya di ruang tamu. Tentu bukan tanpa alasan Gian meminta sahabatnya itu untuk berkunjung.
"Bagaimana? Apa ada kaitannya dengan BB Company?" Tanya Gian.
"Dua orang itu masih bungkam. Tapi aku pastikan akan segera mendapatkan informasinya." Jawab Erik, sahabat Gian.