Adhya Kadhita Megantari,
sedang menikmati masa jomblonya,tenang tanpa ada gangguan dari para pria.
Nyatanya ketenangan hidupnya harus diganggu oleh playboy macam Hasabi Laka Abdullah.
Tiba-tiba tanpa ada aba-aba.
Gimana gk tiba-tiba, kalau pada pertemuan pertama Papa Desta memaksa menikahkan Adhya dengan Laka.
mau gk yaa?
Yuk, baca cerita pertama saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayidah Syifaul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merayu tuhan
Mama Vina memburuk. Setelah merasa sesak semalam, ia tak sadarkan diri hingga siang ini. Papa Desta dan renata panik, apalagi Adhya. Dan pilihan terbaiknya adalah, membawa Mama Vina ke rumah sakit. Sekarang tidak penting entah ia setuju atau tidak, yang terpenting adalah ia mendapatkan perawatan yang semestinya, karena menurut Adhya penyakit ini, bukan hanya diabetes Mama Vina yang kambuh. Dari kondisi yang ia amati, Mama Vina sepertinya lebih sakit dari kelihatannya. Renata juga setuju soal itu. Mereka meminta pemeriksaan lengkap untuk Mama Vina.
Benar, penyakit Mama Vina sudah tak sesederhana itu, ternyata fungsi ginjalnya, pun juga sudah tak stabil, hingga jantungnya tenggelam oleh air karena ginjal yang sakit itu. Mungkin itu sebabnya ia merasakan sesak.
Dan lagi, ada luka di bahu yang tidak ia rasakan, mungkin lebih tepatnya berusaha tidak ia rasakan, dan tak ia ceritakan pada siapapun. Harusnya Mama Vina sudah menjalani kemoterapi sebelum fungsi ginjalnya semakin memburuk , tapi mungkin ketidak percayaannya pada dokter membuatnya memilih abai pada apa yang ia rasakan selama ini.
Dari luka yang baru diketahui itu, Mama Vina harus menjalani operasi ringan untuk mengangkat luka yang sudah melebar di dalam. Sebelum semakin lebar lagi.
Adhya mengabari Laka, menangis padanya, bahkan sebelum Laka ada di hadapannya. Dan Laka tak tega, tak kuat mendengar tangis Adhya. Dan ingin segera menghampirinya. Memeluknya, membawa ia kedalam dekapannya.
Laka langsung meluncur, ia tak mau menunggu lama lagi.
"Adhya," itu suara Laka, suara suaminya yang baru saja datang dengan masih memakai setelan kerjanya.
"Laka.., hiks, hiks," Adhya berlari begitu melihat Laka. Berlari ke dalam pelukannya . Meluapkan segala perasaan sedihnya saat ini.
"Aku harus gimana...? Hiks,"
"Udah, kamu diem dulu, ya? Tenangin diri dulu. Kamu juga nggak boleh banyak pikiran," Adhya masih menenggelamkan wajahnya dalam dada suaminya.
Laka menuntun Adhya untuk kembali duduk di depan IGD. Sementara Papa Desta dan Renata ada di dalam.
"Kapan mama dipindah ke ruang inap?"
"Belum tau," Adhya sudah mengatakan keadaan sepenuhnya Mama Vina pada Laka. Dan bagaimana mamanya bisa pingsan, dan ternyata karena kadar gulanya yang tidak stabil dan mendadak rendah sekali.
"Aku akan disini nemenin kamu,"
Adhya mengangguk, punya suami yang sangat perhatian begini, Adhya begitu bersyukur. Bahkan pada Mama Vina, pun Laka tak tanggung tanggung baiknya. Setelah Mama Vina yang begitu jelas menampakkan ketidak sukaan padanya.
"Adhya..., silahkan minta bantuan aku kalau perlu," Laka memegang tangan Adhya.
Laka sepertinya tau kalau Mama Vina tak segera dipindahkan karena Adhya belum mengurus administrasinya.
"Kenapa?" Adhya masih pura pura nggak tau.
"Sini," Laka menggandeng Adhya, untuk membayar administrasi awal.
...****************...
Adhya sudah tenang semenjak mamanya dipindahkan ke ruang rawat. Meski hatinya masih deg deg an menunggu operasi esok hari.
Laka menepati ucapannya, bahkan ia belum pulang sejak datang tadi. Dan memilih tidur di luar ruangan. Tak mungkin, kan kalau ia masuk. Karena ia tau bagaimana nantinya.
Adhya yang baru keluar, melihat suaminya meringkuk begitu ia jadi kasihan. Papa Desta masih terjaga di dalam, nanti gantian. Untuk sekarang, Adhya ingin menemani suaminya ini di luar.
Adhya duduk di depan Laka yang tertidur di atas kursi, ia memandangi puas puas wajah suaminya ini. Lalu tertidur tanpa sadar.
Setelah beberapa saat, ia terkejut dengan sendirinya, ia harus menggantikan Papa Desta untuk menjaga Mama Vina. Ia beranjak, namun sebelum itu,
Cup!
Adhya mengecup singkat pipi suaminya. Baru kemudian ia masuk.
Cklek!
Pintu sudah tertutup, dan Laka bangun.
Sebenarnya ia sudah bangun sejak tadi, sejak Adhya duduk di depannya. Tentu saja Laka jadi bangun karena ditatap seperti itu. author kalo lagi tidur terus ditatap lekat lekat gitu juga bangun.
Tapi Laka mempertahankan matanya tetap tertutup. Hingga Adhya tertidur.
Dan setelah Adhya masuk, Laka benar benar bangun.
"Laka," sekarang ayah mertuanya yang keluar.
"Pulang, saja. Sudah malam. Kamu bukannya nggak kerja, kan? Mending istirahat yang nyaman,"
"Eh, iya, pa," Laka mengambil jasnya. Lalu menyalimi papa mertuanya.
"Laka pamit, pa. Titip salam buat Adhya sama mama. Besok Laka kesini lagi sebelum mama operasi."
Papa Desta mengangguk, menerima uluran tangan Laka. Lalu menepuk bahunya
...****************...
Ya Allah.... aku begitu mencintai istriku, karena cinta itu kau hadirkan untukku. Maka dari itu, kebahagiaan Adhya sangat penting untukku. Aku tau, ini ujian untuk menambah ketakwaan padamu, tapi sebagai hamba yang lemah ini, aku meminta kekuatan darimu. Kami sudah mengusahakan yang terbaik, dan kami memasrahkan segalanya sekarang. Hanya ini yang kami mampu. Kesembuhan Mama Vina kami serahkan pada kuasamu. Amiin....
