Bereinkarnasi Membangun Peradaban Baru

Malam semakin larut, dan hanya aku yang masih terjaga.

Aku menarik napas dalam lalu memanggil sistem. Bola cahaya muncul melayang didepanku.

"Sistem, apa kamu punya informasi tentang dunia ini"

"Tidak tuan saya tidak memiliki informasi seperti yang Anda minta"

Aku kesulitan berbaur di dunia ini tanpa informasi, bahkan sistem pun tidak memilikinya. Tidak terlalu banyak harapan bagiku saat ini.

Aku tersenyum kecil. Yah kali ini aku berhasil mengumpulkan cukup banyak uang dalam beberapa bulan terakhir.

Cara mendapatkannya ternyata lebih mudah daripada yang kupikirkan. Dengan memanfaatkan barang-barang murah yang kubeli di satu kota dan menjualnya dengan harga lebih tinggi di kota lain, aku bisa mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

Meskipun aku masih di perbudak para pedagang tak peduli dari mana barang itu berasal selama mereka bisa mendapatkan sesuatu dengan harga murah, mereka akan membelinya.

Untuk mencukupi persiapan makanan kami. Aku berniat untuk berjalan disekitar pasar untuk mencari makanan yang lebih murah.

Aku mengernyit. "Apa-apaan harga yang mahal ini?" gumamku pelan.

Ini bahkan setara dengan kerja kerasku selama seminggu hanya untuk menukarkan satu potong roti. Aku bertanya apakah mata uang disini sangat rendah atau memang harga bahan makannya yang tinggi.

Tanpa pikir panjang aku langsung membelinya daripada mati kelaparan di perjalanan.

Untuk saat ini, aku harus lebih banyak menabung dan menunggu saat yang tepat untuk menggunakannya disaat penting.

•••

Aku menatap langit malam yang terlihat dari celah atap gudang. Di kejauhan, suara deburan ombak terdengar samar.

Besok adalah hari yang penting, hari di mana kami akan berlayar dan menyeberang ke wilayah barat. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi satu hal yang pasti…

Aku tidak akan selamanya menjadi budak.

Suara ledakan menggema di seluruh pelabuhan, mengguncang tanah di bawah kakiku.

DUARRR!

Asap mulai mengepul di luar, diiringi suara jeritan dan langkah kaki yang kacau. Lian terlonjak ketakutan, merapatkan diri ke tubuh Lumin yang berusaha menenangkannya.

"Apa yang terjadi?" Lumin bertanya dengan nada khawatir, tangannya erat memeluk Lian.

Dari luar terdengar teriakan panik.

"Serangan penyihir! Semuanya, lindungi diri kalian!"

Mataku membelalak. "Serangan penyihir?"

Lumin segera berdiri, ekspresi wajahnya berubah serius. "Kalian semua tetap di sini, jangan keluar. Aku akan melihat apa yang sedang terjadi!"

Tapi sebelum Lumin bisa keluar, pintu gudang tiba-tiba terbuka.

Seorang pria berjubah hitam berdiri di ambang pintu, menatap kami dengan tatapan tajam. Aku bisa merasakan hawa yang berbeda darinya yang tenang, tapi berbahaya.

Lumin refleks berdiri di depan kami, tangannya terangkat dalam posisi bertahan. "Kalian tetap di belakangku!"

Tapi hal tak terduga terjadi.

Pria berjubah hitam itu tiba-tiba menundukkan kepala dan memberi salam.

"Salam tuan. Maafkan ketidaksopananku."

"APA?!"

Aku, Zephyr, dan yang lainnya menatap Lumin dengan penuh keterkejutan.

Lumin mengepalkan tangannya. Raut wajahnya menunjukkan campuran antara keterkejutan dan rasa tidak nyaman.

"Ceritanya panjang," kata Lumin, suaranya terdengar berat. "Aku akan menjelaskan nanti. Sekarang, kalian semua ikut denganku. Aku akan menyelamatkan kalian."

Zephyr melangkah maju, matanya penuh dengan kewaspadaan. "Tunggu. Bagaimana dengan kutukannya? Jika kami mencoba kabur, kami akan mati seketika!"

Pria berjubah hitam itu tersenyum, lalu melepas topi jubahnya, memperlihatkan wajahnya. "Tenang saja," katanya dengan nada yakin. "Kami sudah mengurus bagian itu."

Aku bisa merasakan tubuhku menegang.

Apakah ini benar-benar kesempatan untuk bebas dari sini.