(S1)
"Gabisa, pokonya gue gamau hamil sampe gue lulus SMA" - Dini
"idihh siapa juga yg nafsu liat lo yg kerempeng" - Raka
bagaimana kisah pernikahan terlalu (Dini) mereka.
(S2)
"Cowo ngeselin, tapi aku suka"- Mela
"Nona aneh yang punya banyak kejutan" - Bima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dillah Dillot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Perkumpulan Ibu Sosialita
Seminggu lebih setelah kunjungan Raka dan Dini kerumah orang tua mereka.
Hari ini adalah hari Sabtu dimana yang dijadwalkan acara perkumpulan wali murid dan pembagian Rapot siswa. Dini dan Raka telah terlebih dahulu sampai disekolah, karena mereka berangkat dari apartemen sedangkan para ibu akan menyusul dari kediaman masing-masing.
"Yangg udah telpon mamah? Jam berapa katanya kesini?" tanya Dini yang sudah berkumpul bersama teman-teman nya di kantin.
"Udah lagi di jalan, bunda udah berangkat?"
"Katanya sebentar lagi sampai"
"Eh bentar ya gengs, ibu ku udah di parkiran katanya duluan ya" pamit Mela
"Mel ikut, mamih juga udah di depan" Dewi mengikuti Mela dan melambaikan tangan ke yang lain.
"Eh Di, calon mertua lu tuh samperin gih" celetuk Dea yang menunjuk kearah Dewi yang menggandeng tangan seorang wanita cantik dengan tas bermerek di tangannya.
"Malu gue"
"Punya malu juga lu?"
Semua yang ada di meja kantin itu tertawa, kecuali Adi yang merasa malu ia hanya senyum dan menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangan.
"Hai gengs, kenalin ini mamih aku" Dewi datang dan memperkenalkan sang ibu pada teman-teman nya.
"Mih ini sahabat- sahabatku"
"Hai, tante aku Dini" ucapnya sambil berdiri dan mengulurkan tangan untuk menyalimi.
"Winda, jadi kamu Dini putri nya Risa? Wah ternyata anak sama ibu sama-sama cantik nya" ujar nya tersenyum
"Makasih tante, oh iya yg ini Raka, Dea, Bima dan yg itu Adi"
"Hai semua, temen kamu cakep-cakep ya, Dew"
"Iya lah mih, kalo gak cakep mana mau aku berteman sama mereka" balas nya tertawa.
Tak lama Mela dan sang ibu juga datang menghampiri mereka, mereka memperkenalkan diri masing-masing. Bunda Risa dan Mamah Lita juga sudah tiba dan bergabung dengan para ibu yang lain di meja kantin yang berdampingan dengan anak-anak mereka.
Winda, Risa dan Lita adalah teman semasa kuliah. Wajar mereka telah akrab satu sama lain, berbeda dengan ibu dari Mela, Dea, Bima dan Adi yang baru bertemu dengan ibu-ibu sosialita itu. Sebetulnya para ibu itu juga para ibu sosialita namun baru bertemu jadi belum terlalu akrab.
"Eh jeng, katanya dirimu udah nikahin anak mu ko gak ngundang kita-kita sih" tanya Winda pada Risa
"Oh iya aku emang gak nyebar undangan jeng. Tapi kamu tau ko siapa besan ku"
"Wah siapa tuh?"
"Ini si Lita"
"Wah ini sih bakal jadi pesta pernikahan yang megah ini"
"Haha jeng bisa aja deh"
"Aku juga ada rencana katanya buat nikahin anakku, tapi calon mantu ketemu aku malah diem aja dari tadi" ujar Winda dan membuat Adi yang mendengar itu tersedak minuman yang sedang ia minum.
Maria (ibu Adi) kaget mendengar anak nya terbatuk-batuk, iya mengambil tissue di tas nya lalu berlalu menghampiri sang anak.
"Kamu kenapa Di? Pelan-pelan dong kalo minum"
"Mamah kan khawatir kalo anak semata wayangnya mamah ini kenapa-kenapa" omel sang ibu membuat Adi di tertawa kan oleh teman-temannya
"Mah ih malu"
"Haha dasar Adi, wajah nya aku yg badboy tapi anak mamih" ledek Bima pada teman nya itu
"Berisik kalian itu"
"Oh jadi itu calon mantuku, wah kebetulan nih jadi ketemu juga calon besan"
"Hehe iya tante, aku Adi pacarnya. Dewi"
"Wah jeng, jadi kapan nih kita nikahin mereka. jeng tau kan kelakuan anak jaman sekarang mending di nikahin buru-buru deh daripada kebablasan"
"Ide bagus tuh jeng, kita perlu pertemuan keluarga setelah ini"
"MAMAH" "MAMIH"
teriak Adi dan Dewi yang bersamaan untuk menghentikan obrolan sang ibu. Akhirnya obrolan para ibu itu berhenti karena sudah ada panggilan bahwa para wali murid diharuskan kumpul di aula secepatnya karena pertemuan akan segera di mulai. Perkumpulan para wali murid dilakulan cukup memakan waktu hingga 2 jam lama nya, para orangtua sudah merasa bosan dan lapar karena sudah waktunya makan siang. Para wali murid sudah keluar ruangan aula satu persatu.
"yangg, mamah sama bunda kemana dah. Yang lain udah pada bubar ini sih mereka kemana?" Dini dan Raka yang menunggu orangtuanya itu merasa bosan karena mereka tidak kunjung datang.
"coba aku telpon sebentar" Dini mengangguk
tutttt...tutttt...tuttt
Hingga dering berhenti, namun sang ibu tak kunjung menjawab panggilan Raka.
"gimana yangg?"
"gak dijawab"
"aku coba telpon mamah" kini Raka yang mengangguk
tutttt.....tutttt.....tutttt
Raka menatap Dini seraya bertanya namun yang ditanya malah hanya menggelengkan kepala. Akhirnya Dini dan Raka memutuskan untuk menghampiri para ibu itu.
"bu bagaimana sih,, punya mata tuh di pake untuk melihat tas mahal mamih saya jatuh"
"Iya, bagimana sih anda emang bisa ganti. hah?"
"Iya, iya maaf saya minta maaf,, kami gak senggaja" jawab seorang wanita paruh baya yang berusaha membangunkan teman nya yang jatuh terduduk di lantai. Yang tak lain adalah Lita yang membantu menarik tanggan Risa.
"Bunda" teriak Dini berlari menghampiri sang ibu yang sedang berusaha bangkit.
"Ada apa ini? " tanya Raka kepada seorang gadis muda dan wanita paruh baya yang terlihat sedang mengintimidasi ibu dan mertua nya itu.
"bunda gak apa-apa kan?" tanya nya lagi dengan raut muka yang sedikit khawatir.
"gak apa-apa nak, bunda cuma lutut lecet sedikit karna ga sengaja jatuh pas menabrak ibu dan gadis itu"
"bohong, tadi gadis itu yang mendorong bunda kamu" kini Lita bersuara
Gadis itu kaget mendengar Raka memanggil wanita itu bunda. Sifat nya tiba-tiba berubah dan seditit demi sedikit melangkah mendekati Raka. Ia berpikir bahawa Risa adalah ibu dari Raka
"oh itu sayang bunda kamu nabrak mamih aku sampe tas mamih jatuh, maaf ya tante aku gak sengaja tadi. " ucap gadis muda itu dengan tangan yang bergelayutan di pundak Raka. Raka merasa jijik pada gadis itu dan malah mendorong hingga ia mundur beberapa langkah. Ya itu adalah Ratna Agatha dan mamihnya.
"heh kamu berani-beraninya kamu dorong anak saya". Wanita paruh baya itu berteriak pada Raka.
"kenapa tidak berani? Anda dan anak anda yang sudah buat bunda saya sampai terluka"
"mamih udah dong, tadi kan ibu itu sudah minta maaf juga" wanita paruh baya itu mengeryitkan alis nya, ia heran kenapa anak nya tiba-tiba berubah setelah kemunculan laki-laki ini. Ratna mendekati ibu nya lalu berbisik
"mih, itu putra tunggal Wijaya Kusuma yang aku sering bilang dan ternyata itu adalah ibunya"
Seakan mengerti dengan perkataan anaknya, ia akhirnya berakting sok baik didepan Raka dan meminta maaf atas perkataannya tadi. Lita geram dengan dengan perubahan mendadak dari gadis dan wanita paruh baya itu saat melihat anak nya ia pun larut pada pikiran nya. "sebenar nya apa yang dibisakan gadis itu"
"minggir sana, ngapain dekat-dekat calon mertuangue" Ratna mengahmiri Dini yang sedari tadi disamping sang bunda lalu mendorong Dini agar menjauh.
Arrrgghhhh
*
*
*