Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan Tari
Tari segera kembali setelah jam kerjanya usai, Ia mengingat Ibunya tidak ada yang menjemput.
" Dok, buru buru amat sih. Tungguin dong " Risma mengejar Tari
" Ikut nebeng dong, motor ku masuk bengkel tadi pagi "
Tari mengangguk mengiyakan dan mereka pun pulang bersama-sama, Tari menurunkan Risma di halaman rumahnya. Jalan yang searah memudahkan mereka pulang bersama.
" Benar nih nggak mau ikut ke rumah "
" Nggak Dok, nanti saja "
Tari menghela nafas berat, sahabatnya ini sangatlah susah. Berulang kali di nasihati namun tetap tidak mau menurut.
" Coba kamu itu panggil nama saja, aku berasa orang lain yang tidak berarti bagimu "
Risma terkejut mendengar ucapa Tari
" Justru aku menyayangimu menghargaimu makanya aku panggil Dokter "
" Tapi aku risih Ris, ini sudah di luar kerjaan tapi kamu masih saja manggil dengan sebutan itu "
Akhirnya keduanya mengambil jalan tengah
" Baiklah, aku akan memanggil mu dengan panggilan nama saja ketika kita berada di luar ataupun ketika kita sedang berdua saja di dalam ruangan. Jangan paksa aku untuk mengubahnya lagi. "
***
Setelah menemui Maudy dan mengambil hadiah dari sang Mama kini Tari kembali ke kamarnya. Ia mematut dirinya di depan cermin, semenjak bertemu Pria di masa lalu nya Ia mulai gelisah.
Bukan karena perasaan nya yang masih tersisa namun semua di karenakan rasa takut tentang keberadaan Putra semata wayangnya.
" Tidak, aku sudah tidak mengganggu mereka. Aku juga tidak membebani mereka dengan apapun, seharusnya mereka juga tidak memisahkannya dariku. "
Berulang kali Ia menghela nafas dan memgusap wajahnya kasar.
" Nak, apa kamu baik baik saja, apa ada masalah "
Meskipun Tari sudah berusaha bersikap baik baik saja di depan Maudy tapi Maudy itu tetap merasakan kalau anaknya itu tidak baik baik saja.
Tari ingin menceritakan kejadian kemarin pada sang Ibu namun Ia ragu.
" Nak, Mama tahu ada yang kamu pikirkan saat ini dan Mama tahu itu sangat berat "
Tari akhirnya memutar tempat duduknya dan duduk berhadapan dengan Maudy.
" Tari bertemu dengan Pria itu Ma " Suaranya hampir tak terdengar.
Maudy menarik tangan Tari tak tertinggal juga senyum yang mengembang di bibirnya.
" Kapan dan dimana, bukankah kamu bilang kalau dia pergi keluar kota hampir delapan tahun yang lalu dan kalian belum pernah bertemu setelah itu "
Tari mengangguk
" Mungkin dia baru kembali Ma, atau sudah lama tapi baru bertemu saja "
Maudy mengangguk pelan pertanda Ia mengerti akan situasi saat ini.
" Lalu apa masalahnya sayang, apa yang membuat kamu bersedih seperti ini " Tanya Maudy pelan sembari mengelus jemari Tari.
Tari menatap foto dirinya dan sang putra yang terpanjang di dinding kamarnya.
" Aku hanya takut mereka merebut Arka dariku kalau mereka tahu siapa Arka sebenarnya. Ma, Tari tidak bisa kehilangan Arka, dia adalah nyawa Tari, separuh nafas Tari, bagaimana bisa mereka mengambilnya dari Tari "
Air bening menetes di sudut mata Tari begitu juga Maudy yang mulai berembun.
" Sayang, tidak ada yang akan memisahkan kamu dengan Arka. Mama berani jamin itu, kita akan memperjuangkannya bersama-sama. Percaya sama Mama ya Nak "
Tari menatap mata Ibunya, memastikan kalau tidak ada kebohongan disana. Merasa kalau Ibunya berkata jujur akhirnya Ia memeluk nya erat.
...----------------...
Seperti biasa Tari bangun pagi pagi, Ia menyiapkan sarapan dan juga semua keperluan Putra semata wayangnya. Ia baru berangkat ke rumah sakit setelah Arka berangkat kesekolah di antar Pak Ardi.
Sekolah yang berlainan arah membuat Arka lebih sering berangkat di antar sopir.
Setelah parkir Tari turun dari mobilnya, Ia terkejut bukan kepalang setelah mengangkat wajah dan melihat siapa yang juga baru turun dari mobil.
Hal yang sama juga berlaku pada seorang Pria yang tak lain adalah El.
" Kamu, kamu juga bekerja disini "
El bisa melihat seragam yang di gunakan Tari, matanya fokus pada sesuatu.
" KL, jadi kamu Dokter wanita yang di bangga banggakan Om Bayu "
Tari hanya menyinggung kan senyum tipis di sudut bibirnya dan tidak mengindahkan pertanyaan pria itu.
" Maaf, saya harus segera pergi Permisi, Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikumussalam salam "
El masih memandangi punggung Tari tanpa berkedip, meskipun sudah pernah melahirkan tapi penampilan Tari sungguh membuat ileran setiap lawan jenis yang melihatnya.
Belum juga habis terkejutnya di luar, kini di dalam ruangan nya Ia kembali di kejutkan dengan hadirnya Risma.
" Ris, untuk apa pagi pagi sudah ada disini " Tanya Tari.
" Aku baru datang Dok dan langsung kemari. Siapa tahu ada yang Dokter perlukan " Risma mencari alasan.
Tari tersenyum
" Wah kebetulan Ris, mumpung kamu tidak ada kerjaan. Gimana kalau kamu bantu aku buat bungkus kado ultah, kalau kamu semuanya ada di meja sana " Tari memberitahu lewat kode.
" Wah kado ultah, memangnya siapa yang ultah Dok " Tanya Risma begitu antusias.
" Mama Ris, rencananya aku ingin kasih kejutan buat Mama nanti sepulang kerja. Pagi tadi aku pura-pura lupa "
Risma geleng-geleng kepala dan berdecak.
" Dokter ini, dapat the best gitu di godain mulu. "
" Sudahlah Ris, kamu mau bantuin apa mau ngomel saja disitu "
Risma mengangguk dan duduk di kursi mengerjakan tugas yang di berikan Tarik untuk nya.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰