Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Hari Pertama
Pagi itu, Zidan berdiri di depan cermin dengan ekspresi seperti siswa baru yang hendak masuk sekolah. Dasi biru mudanya tampak miring, rambutnya berdiri tak jelas, dan sepatu barunya terlalu mengilap.
“Kenapa aku kelihatan kayak penipu yang nyamar jadi pegawai?” gumamnya sambil memiringkan kepala.
Nova, yang sedang sibuk di dapur menyiapkan kopi, menoleh dan hampir tersedak. “Astaga, Zidan… kau mau kerja atau ikut audisi komedi?”
“Apa yang salah?” tanya Zidan polos.
“Pertama, dasimu simpulnya kebalik. Kedua, lengan kemejamu belum kau buka dari labelnya. Dan ketiga--” Nova mendekat, menatap tajam. “Kau masih ada tag harga di belakang kerah!”
Zidan buru-buru memutar badannya, panik. “Apa? Mana?”
Nova menahan tawa. “Tenang, aku cabut. Tapi serius, kalau kau berangkat begini, orang-orang bakal pikir kau hasil undian amal kantor.”
“Yah, setidaknya aku nggak disangka pewaris perusahaan,” balas Zidan jujur. “Itu kan tujuan penyamaran ini.”
Nova menghela napas sambil tersenyum tipis. “Benar juga. Tapi tolong, jangan buat masalah besar di hari pertama.”
“Masalah besar? Aku bahkan nggak tahu cara bikin masalah di kantor,” sahutnya dengan percaya diri.
Nova hanya bisa menggeleng. Ia tahu ucapan itu pasti akan menjadi kutukan.
Satu jam kemudian, Zidan berdiri di depan pintu kaca besar bertuliskan Nugroho Property Group. Napasnya berat. Kartu identitas di dadanya bertuliskan Zidan Aditya, tanpa embel-embel Nugroho.
“Baik, ini cuma kerja biasa,” gumamnya. “Aku bukan anak bos. Aku cuma pegawai baru yang biasa saja.”
Begitu pintu otomatis terbuka, ia langsung dihadapkan pada lautan manusia dengan wajah serius, printer yang meraung, dan tumpukan berkas seperti menara. Seorang pria berpostur tinggi menyapanya dengan ramah.
“Zidan, ya? Aku Raka, seniormu di divisi proyek. Sini, kuantar ke meja.”
“Terima kasih, Mas Raka.”
“Panggil aja Raka. Di sini kita santai. Tapi jangan sampai santai kebablasan, bisa langsung dipecat.”
Zidan tersenyum canggung. “Haha… iya, santai tapi tidak terpecat. Catat.”
Setelah duduk, Raka menaruh setumpuk dokumen di mejanya. “Nah, tugas pertamamu gampang. Ketik ulang laporan progres proyek minggu lalu. Tapi jangan ubah formatnya, ya.”
“Baik,” jawab Zidan penuh semangat. Ia membuka laptop kantor dan mulai mengetik. Lima menit kemudian, wajahnya sudah tegang.
“Eh… format yang mana ya?” bisiknya sendiri. Ia mencoba meniru gaya laporan sebelumnya, tapi entah bagaimana, semua tulisan justru berubah jadi font Comic Sans ukuran 20.
“Waduh… kenapa font-nya kayak undangan ulang tahun anak TK?” desisnya panik.
Tak sengaja, ia menekan tombol Ctrl + A lalu Delete. Dan hilanglah semua isi laporan.
“Hah?!” Zidan menatap layar kosong. “Astaga… baru lima belas menit kerja, aku udah bikin bencana.”
Ia buru-buru mencari tombol undo, tapi malah menekan Ctrl + S. File kosong itu pun tersimpan.
“Hebat, Zidan. Kau baru saja menghapus sejarah proyek orang lain,” gumamnya putus asa.
Raka yang duduk di meja sebelah menoleh. “Kau kenapa, bro? Kok mukamu kayak baru lihat setan?”
Zidan buru-buru menutup layar. “Ah, nggak, Mas. Aku cuma… terharu lihat hasil kerjaku sendiri.”
“Bagus! Semangat gitu dong.” Raka menepuk bahunya sambil berlalu.
Begitu Raka pergi, Zidan langsung mengirim pesan cepat ke Nova:
Zidan: Aku baru aja hapus seluruh laporan proyek Bekasi. Gimana cara balikin?
Nova: Astaga. Hari pertama, dan kau sudah melakukan ‘revolusi data’? Coba buka File > Version History.
Zidan: Versi apa?
Nova: Klik aja!
Zidan: Oke… oh! Ketemu! Data balik lagi!
Nova: Luar biasa. Lima belas menit kerja, dan aku sudah lima kali jantungan.
Zidan tertawa kecil di kursinya, lalu menatap sekeliling, berusaha tampak sibuk.
Menjelang siang, ia mulai merasa lapar. Kantor begitu besar, dan semua orang sibuk sendiri. Melihat beberapa rekan membawa kotak makanan ke pantry, Zidan ikut-ikutan.
Namun nasib buruk belum berhenti. Saat membuka microwave, ia salah pencet tombol. Yang seharusnya memanaskan, malah menyalakan mode grill. Asap tipis mulai mengepul dari dalam.
“Zidan! Kau bakar makan siang siapa itu?!” teriak Raka panik sambil membuka pintu microwave. Di dalam, nasi goreng milik seseorang sudah gosong sebagian.
“Aduh, maaf banget! Aku pikir tombol ‘Quick Start’ itu artinya cepat makan!”
Seketika semua orang di pantry tertawa. Bahkan Raka yang awalnya kesal ikut terkekeh. “Kau ini aneh, tapi lucu juga. Biasanya karyawan baru takut-takut, kau malah hampir bakar pantry.”
Zidan tersenyum malu. “Anggap saja itu… pemanasan semangat kerja?”
Seorang staf wanita nyeletuk, “Atau semangat membakar perusahaan?”
Gelak tawa pecah di ruangan itu. Dan sejak hari itu, Zidan dapat julukan baru: Si Grill Boy.
Meski hari pertamanya berantakan, Zidan pulang dengan senyum lebar. Ia duduk di halte, memandangi matahari sore yang mulai turun.
Teleponnya berbunyi. Nova mengirim pesan:
Nova: Jadi, hari pertamamu sukses besar?
Zidan: Kalau ‘besar’ maksudnya hampir membakar pantry, maka ya, sukses banget.
Nova: Hahaha. Tapi setidaknya kau nggak kabur, kan?
Zidan: Tidak. Aneh, tapi aku malah senang. Rasanya seperti beneran hidup. Aku gagal, panik, ketawa, semua dalam satu hari.
Nova: Bagus. Itu artinya kau mulai jadi karyawan sejati.
Hari pertama mungkin berantakan, tapi satu hal pasti, Zidan tidak lagi merasa seperti anak yang disembunyikan. Ia merasa menjadi dirinya sendiri, meski dengan dasi miring, nasi gosong, dan julukan baru yang aneh.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.