Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan ke Hatimu-1
Jenaka tertawa lepas melihat ulah Genta dan teman-temannya yang sedang saling lempar dari pinggir kolam renang. Semua terlihat jelas dari jendela kamar Mandala.
Mandala menyilangkan tangannya di dada. Melihat Jenaka jadi pusat perhatian teman-temannya Genta, ada rasa tak suka dalam diri Mandala.
Tanpa Jenaka sadari, Genta dan Bu Yuli mengangkatnya lalu melemparinya dari pinggir kolam sampai tercebur dalam kolam. Basah semua baju yang Ia kenakan.
"Kak Genta rese!" teriak Jenaka yang disambut gelak tawa Genta.
Kini gantian Genta yang diangkat teman-temannya dan diceburkan ke dalam kolam. Jenaka balas menertawakan Genta. Jenaka menciprati Genta air kolam yang lalu dibalas oleh Genta. Mereka tertawa lepas seperti dua anak kecil sedang perang air.
Mandala yang awalnya merasa tindakan Jenaka dan Genta amat kekanakkan malah tanpa sadar berjalan mendekat dan melihat apa yang dilakukan Jenaka dan Genta. Saling menyiprati air.
Tawa Jenaka amat lepas, tak ketinggalan lesung pipinya selalu menemani di setiap tawanya. Gigi pitihnya membuat senyumnya terlihat makin cantik saja. Jenaka sendiri sudah lama sekali rasanya tidak tertawa lepas seperti ini.
Genta dan Jenaka memang semudah itu dekat. Dimulai dari obrolan di depan rumah, Genta merasa kasihan dengan Jenaka. Ia merasa harus membantu Jenaka. Kini mereka bagai dua sejoli yang kompak.
Genta sadar, Mandala sudah keterlaluan. Membawa Jenaka dalam konflik rumah tangganya. Memanfaatkan keluguan Jenaka yang sejak dulu sudah mengidolakannya agar mau masuk dalam rencananya dan Kinara.
Genta mungkin tak bisa berbuat banyak, namun sebisa mungkin Ia berusaha membantu Jenaka. Dengan ikhlas tentunya. Tak mau Jenaka terus menerus bersedih.
"Eh ada Bapak!" tegur Putra, teman seruangan Jenaka yang sadar keberadaan Mandala di dekat mereka.
Mandala menyunggingkan seulas senyum. "Seru banget kayaknya!" sindir Mandala.
"Iya dong seru! Mau ikutan? Gue suruh anak-anak nyeburin lo nih!" sahut Genta. Memang Genta suka seenaknya dengan Mandala, kadang memanggil Bapak dan tak jarang gue lo aja sama Mandala. Hubungan persaudaraan mereka yang dekat membuat mereka tak canggung jika bertemu, meski di dalam kantor sekalipun.
"Enggak. Mau lihat pemandangan aja!" jawab Mandala.
"Justru berenang biar bisa lihat pemandangan indah." sindir Genta sambil melirik ke arah Jenaka.
"Betul itu!" sahut teman Genta yang berkulit gelap.
Jenaka baru sadar kalau semua mata menatap ke arahnya. "Kenapa liatin aku sih?" Jenaka yang bingung mencari jawaban dari Mandala yang malah acuh tak acuh. Jenaka tak menyadari bajunya yang basah membuat lekuk tubuhnya yang seksi semakin kentara saja. Kemolekkan tubuhnya terlihat begitu jelas, membuat kaum Adam segar melihatnya.
"Enggak, Jen. Enggak ada apa-apa kok!" sahut teman Genta. Barulah Jenaka menyadari kalau dirinya perempuan sendiri yang berenang bersama teman-temannya Genta. Bu Yuli sehabis menceburinya malah pergi entah kemana.
Mandala terus menatapnya, Jenaka pelan-pelan berenang ke tepi dan keluar dari kolam renang. Tatapan Mandala tak lepas sedikitpun. Memandangi istrinya yang kabur ke kamarnya.
Pesta di kolam renang berakhir karena kedatangan Mandala. Semua bisa tau Mandala marah, namun hanya Genta yang tau apa penyebab Mandala marah. Apalagi kalau bukan istri nakalnya yang selalu jadi pusat perhatian?
****
Tok...tok.... tok....
Mandala membuka pintu kamarnya. Genta?
"Kenapa?" Mandala masuk ke dalam kamarnya diikuti Genta.
"Lo marah?" tanya Genta yang sudah mandi dan berganti baju. Ia duduk di sofa dalam kamar Mandala yang terlihat nyaman tersebut.
"Marah kenapa?" Mandala duduk di samping Genta dan menyalakan TV. Menggonta ganti siaran TV yang menurutnya tidak ada yang menarik.
"Karena Jenaka ikut bergabung sama gue dan anak-anak di kolam renang."
Mandala tersenyum sinis. "Enggak ada urusannya sama gue! Gue kan udah bilang sama lo, kalo lo mau ambil aja! Gue udah punya Kinara!"
Jawaban Mandala membuat Genta makin geram. Genta yang sudah akrab dengan Jenaka dan tau bagaimana sifat Jenaka merasa tak terima Jenaka diperlakukan seperti itu.
"Tenang aja Sob, nanti bukan gue yang ambil Jenaka. Tapi Jenaka sendiri yang akan pergi ninggalin lo! Jenaka anak baik dan menyenangkan. Seksi pula." Genta bangkit dari duduknya dan hendak meninggalkan kamar Mandala.
Langkah Genta terhenti sebelum keluar pintu kamar. "Sebenarnya, Jenaka yang rugi dapetin lo. Tuh anak-anak aja antri mau PDKT sama Jenaka! Jangan sampai lo jilat ludah lo sendiri!"
Mandala mengepal tangannya dengan kencang. Genta baru saja keluar kamarnya. Perkataan Genta seperti menampar dirinya. Mandala tambah kesal dibuatnya.
****
Selepas makan siang, acara dilanjutkan dengan materi berisi pengembangan karyawan. Mandala didapuk sebagai pembuka acara dan pengisi materi.
"Tujuan dari acara kita kali ini bukan hanya untuk jalan-jalan semata. Selain untuk refreshing, juga untuk membangun ikatan antar karyawan. Memupuk kerjasama antar bagian. Next project kita, memperluas cabang toko kue milik Prabu Group. Diharapkan, acara kita kali ini dapat membangun kerjasama kalian. Demi kemajuan perusahaan kita juga." pidato Mandala panjang lebar.
"Sebelum saya menempati posisi saya saat ini, saya juga pernah merasakan jadi karyawan. Pernah mengalami rasanya diomelin atasan. Pernah mengalami kesalahan. Namun yang terpenting bukan menyalahkan, namun mencari jalan keluar terbaik dalam setiap permasalahan kita. Ada yang mau ditanyakan?"
Sesi tanya jawab pun dibuka. Beberapa karyawan mengajukan pertanyaan sekalian cari muka depan Mandala. Biasalah, depan atasan harus banyak menjilat agar dikenal.
Jenaka mengangkat tangannya, Ia juga hendak bertanya.
"Iya, silahkan!" Mandala mempersilahkan Jenaka bertanya.
"Pak, tujuan jalan-jalan ini tadi Bapak bilang membangun ikatan antar karyawan. Kalau membangun ikatan atasan dan bawahan boleh enggak Pak?" Jenaka tersenyum penuh maksud pada Mandala.
"Cieeee..... Cie..... Bisa aja Jen!" Genta dan teman-temannya menggoda Jenaka.
"Sama aku aja Jen bangun ikatannya!" goda salah seorang teman Genta yang membuat Jenaka tersipu malu.
"Sama aku juga boleh, Jen! Aku siap!" sahut teman Genta yang lain. Pertanyaan Jenaka memancing tawa dan saling goda. Memang itu yang Jenaka inginkan. Membuat Mandala kesal, salah satu tujuannya.
"Ehem!" Mandala berdehem membuat suasana yang semula ramai menjadi terkendali lagi. "Pertanyaan Jenaka sangat bagus. Antara atasan dan bawahan juga harus terbangun ikatan, karena tanpa bawahan yang baik tak akan tercipta atasan hebat, begitu pula sebaliknya. Kalau ikatan antar atasan dan bawahan terbangun maka pekerjaan akan semakin mudah dilakukan."
"Boleh Jen artinya." ledek Genta yang disambut tawa teman-temannya. "Ha...ha... ha..."
"Wah sama Pak Genta boleh tuh kalo Jenaka mau membangun ikatan yang erat." goda Bu Yuli.
"Ah Bu Yuli, saya kan enggak bisa nolak kalo Jenaka yang mau membangun ikatan sama saya ha....ha...ha... " Genta menambahkan, membuat suasana semakin riuh saja.
Jenaka tertawa mendengar celetukan Genta. Tanpa Ia sadari Mandala menatapnya tajam.
*****
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak