Squel Cinta Setelah Pernikahan
21+
“Gimana mau move on kalau sering berhadapan dengan dia?”
Cinta lama terpendam bertahun-tahun, tak pernah Dira bayangkan akan bertemu lagi dengan Rafkha. Laki-laki yang membuatnya tergila-gila kini menjadi boss di perusahaan tempat ia bekerja.
“Tolong aku Ra, nikah sama aku bisa?” ucap lelaki itu. Dira bingung, ini lamaran kah? Tak ada kata romantis, tak ada cincin, tiba-tiba lelaki itu memintanya menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Menit
Sabtu pagi, Dira terlihat super sibuk. Bangun lebih awal, padahal malam tadi ia tidur sangat larut. Tidur terlambat karena tak bisa memejamkan mata, membayangkan hari ini. Hari yang ia takutkan akhirnya datang juga, Dira tidak tahu harus bagaimana menggambarkan suasana hatinya saat ini. Bahagia, sudah pasti. Tapi tetap dirundung rasa cemas, karena harus bertemu lagi dengan orang tua Rafkha-calon mertuanya.
Mereka baik, Rafkha yang berasal dari keluarga yang baik pasti di didik dengan cara yang sangat sempurna. Dira merasa kurang percaya diri dengan latar belakang keluarganya yang... berantakan, hancur tidak utuh. Untuk saat ini, Dira harus bersiap-siap, harus siap jika semua keadaan berbalik. Jika rencana dan impian bahagiannya hancur karena orang tua Rafkha yang tak setuju menjadikannya menantu mereka, karena latar belakang keluarga. Dira sudah siap akan hal itu.
Sekarang, sudah pukul sepuluh. Satu jam lagi, Rafkha akan datang menjemputnya. Ia bergegas mandi, setelah menyiapkan pakaian mana yang akan ia kenakan. Hari ini, ia harus benar-benar tanpil sempurna.
🌸🌸🌸
Satu jam berlalu, Dira sudah siap rapi dan cantik. Dress biru muda dibawah lutut, menjadi pilihannya. Bagian atas tertutup penuh, lengan dress itu juga menutupi lengan Dira hingga sesiku. Menurut Dira pakaian ini sudah cukup sopan. Sebelum keluar kamar, ia menghela napas kasar.
Berdo’a dalam hati semoga hari ini berjalan dengan lancar dan hal yang ia takutkan tidak akan terjadi.
Rafkha tengah duduk bersandar di sofa, ia sudah menunggunya di ruang TV, lelaki itu datang menjemputnya dua puluh menit lebih awal. Untung saja Dira sudah mengenakan pakaiannya saat itu, hanya saja ia belum memoles wajahnya.
“Kamu gugup ya? keliatan banget,” Rafkha menoleh ke Dira yang baru keluar kamar. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku kemejanya.
“Dikit,” jawab Dira. ”Aku takut,” lanjutnya.
“Takut kenapa? kamu cantik,” Rafkha berdiri, menyambut Dira yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
Pertama kalinya mendapat pujian dari lelaki pujaannya, kegugupan Dira bertambah dua kali lipat. Rasanya seperti terbang di awan.
“Makasih,” tertunduk malu. “Aku takut, orang tua kamu nggak bisa nerima keadaan aku,” Dira berkata jujur tentang apa yang ada di benaknya dari kemarin-kemarin.
“Tenang aja, aku udah cerita semuanya ke mereka. Tentang kamu,” mereka berbincang sambil berjalan menuju pintu utama apartemen Dira.
“Oh ya? terus gimana?” semakin penasaran, namun sedikit lega.
“Kata mamaku, itu cuma masa lalu. Papaku juga nggak mempermasalahkan, masa lalu itu di jadikan pelajaran dan pengalaman, ambil hikmahnya,” Benar memang, Rafkha sudah menceritakan semua, tanpa sisa. Apa yang Dira ceritakan padanya, tentang bagaimana orang tuanya dan akhirnya harus bercerai.
Panji dan Rizka tak mempermasalahkan, yang terpenting adalah kebahagiaan Rafkha. Dugaan mereka benar, Rafkha dan Dira memang mengaku hanya teman tapi dengan perasaan. Mereka yakin ada rasa yang tersimpan diantara keduanya.
Alhamdulillah. Untuk saat ini, Dira bersyukur dalam hati. Sangat bersyukur.
“Begitukah?” seulas senyum mengembang dibibir Dira.
“Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan,” lanjut Rafkha.
“Kamu sendiri gimana? orang tua kamu udah tau tentang kita?”
“Aku... aku juga udah bicara ke Papa, kata Papa nggak masalah, Papa nyerahin semuanya ke aku, karena aku yang bakal ngejalaninya.”
Di dalam lift, mereka hanya berdua. Berdiri tanpa jarak, hingga lengan mereka saling bersentuhan. Rafkha memberanikan diri untuk menyentuh jari-jari Dira, menautkan dengan jari tangan kanannya.
“Izinkan, lima menit... aja Ra, biar kamu nggak gugup lagi,” ucapnya kemudian, tidak hanya Dira yang dentuman jantungnya berantakan, begitu juga dengan Rafkha.
“Iya,”
jangan kan lima menit, lima jam, lima hari juga nggak apa-apa Bang, asal jantung aku nggak bermasalah aja.
Gadis itu membatin, mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tersenyum kecil, sembunyi-sembunyi. Hingga sampai ke parkiran, tangan mereka masih bergandengan. Terpaksa harus lepas karena akan masuk mobil. Jika tidak, mungkin akan lebih dari lima menit seperti yang di janjikan Rafkha.
“Mau lagi?” Sambil melajukan mobilnya, Rafkha mengulurkan tangannya lagi, menawarkan pada gadis disampingnya.
Ragu-ragu Dira menggerakkan tangan kanannya. Perlahan tapi pasti hingga, tangan mereka kembali bersatu. Hangat, telapak tangan Dira yang awalnya dingin karena rasa cemas dan gugup. Kini perlahan mulai menghangat. Sesekali, Rafkha menoleh ke arah Dira.
Sabar, Rafkha. Lo nanti bisa ngelakuin lebih dari ini, setelah halal.
Rafkha menahan diri, untuk saat ini biarlah hanya sekedar menggenggam tangannya, walau sebenarnya ingin sekali mengecup punggung tangan mungil itu. Perlahan, Rafkha tak ingin tergesa-gesa, semua ada masanya, ada waktunya.
🌸🌸🌸
Besok nggak up ya, up lagi senin nanti. Jadi, jangan di tungguin. Thankyou 🥰
Binatang saja ga segitu kejamnya kok Sama anak sendiri...
Ga Ada roman2 nya Blas..