Tuan D seorang Pangeran dari bangsa Drakula, ia harus menikah dengan seorang gadis dari bangsa manusia yang lahir di Bulan Purnama.
Hingga pada suatu malam, Tuan D bertemu dengan Liana. Seorang gadis cantik yang kebetulan juga lahir di bulan purnama. Saat itu Liana tengah berlari dari kejaran dua orang penjahat yang hendak membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Liana meminta pertolongan dari Tuan D, karena tidak ada orang lain yang ditemuinya pada malam itu.
Akankah Tuan D mau membantunya? Adakah Syarat yang Tuan D berikan pada Liana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Rey
Kakek Ye marah besar, saat dirinya menunggu terlalu lama di bandara. Liana yang di beri tugas menjemput kakeknya, tidak datang menjemput. Setelah itu Yuan Ye meminta Arin dan Istrinya untuk pergi menjemput. Tetapi mereka saat itu sedang ada di salon dan baru saja dilayani. Akhirnya Yuan Ye juga lah yang menjemput kakek di saat dirinya ada rapat penting.
Sesampainya di rumah Yuan Ye mencari keberadaan Liana tetapi tak sosoknya di rumah itu. Rumah terlihat sangat sepi.
"Kenapa rumahnya sepi sekali, kemana semua orang?" tanya Nenek Anie.
"Aku juga tidak tahu Ma. Aku masih di kantor saat menjemput kalian tadi," jawab Yuan Ye yang duduk dan kemudian memanggil asistennya. Begitu asistennya datang Yuan Ye bertanya padanya.
"Kemana semua orang?"
"Sedari pagi tadi, semuanya belum ada yang kembali ke rumah Tuan," balas asisten rumah tangganya.
"Ya sudah buatkan kami minum ya, untuk Papa tidak usah diberi gula." perintah Yuan Ye yang masih ingat jika Papanya tidak suka minum manis.
"Kamu ini bagaimana, sebagai Ayah seharusnya kamu tahu dimana mereka. Jangan hanya kerja saja tahunya. Perhatikan mereka, tanyakan kabarnya, dekati mereka agar mereka menganggapmu seperti temanmu," ucap Kakek Ye menasihati.
"Ya Pa, Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Bisnis kami sedang berkembang pesat. Biasanya juga aku terus mengontrol mereka." jawab Yuan Ye dan berusaha menelepon Liana yang masih belum ada kabarnya.
Begitu sambungan terhubung, Yuan Ye malah mendapatkan kabar jika Liana masuk rumah sakit.
"Pa, Aku harus kerumah sakit. Sebastian mengabari ku jika Liana masuk rumah sakit," ucap Yuan Ye dengan nada terburu-buru ingin lekas pergi meninggalkan rumah.
"Aku ikut Yuan," pekik Kakek Ye.
"Tidak sebaiknya papa tetap dirumah, papa baru saja datang, aku takut kesehatan papa akan berkurang. Aku pergi.." ucap Yuan Ye yang langsung mengambil kunci mobil dan menuju rumah sakit yang lokasinya telah di share.
***
Liana berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Saat itu malam pukul 7 adalah waktu berkunjung pasien. Keadaan rumah sakit jauh lebih ramai sehingga membuat Liana kesulitan untuk berlari.
"Hah hah hah, kemana jalan keluarnya, rumah sakit ini terlihat sama setiap lorongnya. Aiihh kenapa aku bisa lupa," ucap Liana yang berhenti berlari seraya mengatur napas. Ia kebingungan mencari jalan keluar karena terlalu banyak lorong dan juga sangat padat pengunjung.
Tiba-tiba ada yang menarik Liana hingga ke tepi dinding.
"Aah...lepaskan om..." pekik Liana dan langsung berbalik melihat siapa yang menariknya. Ia mengira yang menariknya adalah Sebastian.
"Rey, kamu.."
"Om? kamu kenapa? dan kenapa wajahmu?" ucap Rey seraya membelai wajah Liana.
Liana menepisnya, ia tidak bisa menerima sentuhan dari pria yang akan menjadi tunangan kakaknya nanti.
"Bukan apa-apa hanya saja aku menghindar dari om Sebastian, ayahnya Tri. Kamu masih ingat kan, dia ingin mencelakai ku." ucap Liana
"Hah? om Sebastian? kenapa dia ingin mencelakai mu, katakan pada ku," ucap Rey yang kemudian menjadi marah seraya mengguncangkan kedua bahu Liana.
"Ceritanya panjang, sebaiknya antarkan aku pulang." pinta Liana.
"Ayo, akan ku antar," jawab Rey kemudian menggenggam tangan Liana.
Liana melepaskan genggaman itu tetapi Rey meraihnya lagi.
"Rey, kita bisa berjalan tanpa harus bergandengan kan?" ucap Liana
"Tidak untuk sekarang, jika kamu tertangkap mereka bagaimana, pikirkanlah. Ayo cepat kita," ucap Rey dengan menarik tangan Liana.
Liana menurut, langkah kaki Rey besar, jika mereka tidak bergandengan pasti Liana akan tertinggal.
Sesampainya di mobil Rey, terlihat Liana masih mengamati rumah sakit dari balik kaca mobil berharap Sebastian tidak membuntutinya.
"Huhh syukurlah, terimakasih Rey. Hmm sebentar kenapa kamu bisa tahu kalau aku ada disini? atau kamu sedang mengunjungi seseorang?" tanya Liana mencoba menerka.
"Entahlah Lian, sedari siang perasaan ku tidak enak. Tiba-tiba saja aku teringat dirimu dan aku takut jika sesuatu terjadi padamu." ujarnya
Liana mengernyitkan dahinya hingga alisnya berkerut di tengah.
"Kamu khawatir pada ku? hal terakhir yang ku ingat saat kamu memutuskan hubungan kita adalah bahwa kamu sudah tidak peduli pada ku lagi. Dan sekarang?" ucap Liana
"3 tahun kita menjalani kasih, aku tidak bisa berbohong jika sebenarnya aku masih peduli. Aku mengatakan tidak peduli saat itu, itu agar kamu bisa melupakan ku dengan segera,"
"Jika masih peduli kenapa kamu memutuskan ku?" batin Liana.
"Ya kamu berhasil dan sekarang aku sudah melupakan mu, melupakan kenangan kita," ucap Liana dengan ketegasan.
Rey tertawa, dia bahkan mengelus kepala Liana.
"Ya hubungan kita akan semakin dekat, karena nanti kamu akan jadi adikku. Oh ya kata Arin kamu sudah memiliki pacar, mana pacarmu?" ucap Rey yang sebenarnya hatinya sangat sesak. Ia juga tidak tahu kenapa dia melepaskan Liana hanya untuk seorang Arin.
"Pacar? pacarku sangat tampan, jauh lebih tampan dan lebih hebat dari mu," ucap Liana yang menyombongkan diri padahal ia baru saja membuka hati untuk Tuan D. Liana mengatakan itu karena ingin membuktikan pada Rey karena ia telah salah menyia-nyiakan dirinya.
"Oh ya, kalau begitu aku tidak sabar untuk bertemu dengannya," ucap Rey seraya mengepalkan tangannya di setir kemudi. Jauh di lubuk hatinya Rey sangat dongkol.
Tiga tahun bersama Liana sangat menyenangkan dan tidak pernah sekalipun mereka bertengkar. Namun satu kesalahannya adalah saat Rey ke rumahnya sore itu. Liana masih tidur, Rey lantas ingin memberi kejutan dengan membangunkannya tiba-tiba.
Tetapi justru Rey lah yang terkejut karena saat itu, Liana mengigau menyebut nama seorang pria lain. Rey hanya mendengar 'Tuan, aku janji akan selalu setia padamu' . Rey cemburu dan menceritakan hal itu pada Arin. Arin lalu mengambil kesempatan dan berkata jika Liana telah selingkuh.
Saat Rey ingin memutuskannya, Liana terus saja berdalih jika dirinya tidak pernah selingkuh. Tetapi Rey terlalu pencemburu sehingga langkah putus adalah yang terbaik baginya. Kini Rey menyesal. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, ia terus berdoa semoga acara pertunangannya batal dan hubungannya dapat kembali seperti dulu.
Sebenarnya Liana pernah bertemu Tuan D bahkan jauh sebelum saat kejadian dirinya di kejar oleh preman hidung belang. Tetapi wanita itu tak pernah menyadarinya, karena itu hanyalah mimpi. Dan Liana tidak pernah mengingat mimpi itu.
***
Sesampainya di rumah sakit, Yuan langsung bertanya pada suster tempat kamar Liana di rawat.
"Maaf tuan, tidak ada pasien bernama Liana?" ucap suster
"Apa? ini benar rumah sakit Sehat dan Bahagia kan?" tanya Yuan.
"Benar tuan, tetapi tidak ada pasien yang anda sebutkan barusan," ujar suster itu.
"Coba cari lagi mungkin suster salah baca, Liana Evelyn Ye, L-I-A-N-A," jelas Yuan Ye yang juga seraya mendikte suster.
Suster itu hanya menggelengkan kepala. Pasalnya mereka bisa mencari dengan fungsi Find pada komputer sehingga jelas sekali tidak ada nama Liana yang terdaftar di sana.
Sebastian yang sedari tadi mencari Liana malah bertemu Yuan Ye di depan ruang informasi. Seketika pikiran jahatnya keluar, ia pun tersenyum.
"Haha Liana Liana, tanpa ku suruh pun kau pasti akan datang menemui ku sendiri." ucap Sebastian.
Ayah Tri lantas menghampiri Yuan Ye, ia menepuk pundaknya pelan dan menyapanya
"Yuan, Akhirnya kau datang juga, aku sempat khawatir." ucap Sebastian yang berpura-pura agar Yuan ikut khawatir.
Meskipun sikap Yuan selalu terlihat pilih kasih tetapi dia selalu memikirkan anak-anaknya dan menyayanginya.
"Sebastian, kenapa dengan Liana? apakah dia baik-baik saja?!" tanya Yuan Ye dengan nada tinggi.
"Tenanglah kawan, sebaiknya kamu lihat sendiri. Mari ikut aku akan ku tunjukkan kamarnya," ucap Sebastian seraya merangkul Yuan dan mengantarnya ke kamar yang telah ia persiapkan sebelumnya.
"Aku tadi mencari kamarnya dengan menanyakan pada suster, tetapi suster tidak mendapatkan namanya memangnya kamu mendaftar kan Liana dengan nama siapa?" tanya Yuan.
"Sebenarnya aku tidak pernah mendaftar kan namanya," jawab Sebastian.
Yuan menatap Sebastian heran, sambil berjalan ia pun bertanya, "Apa maksudmu tidak pernah mendaftarkannya? lalu Liana dimana?" pekik Yuan Ye.
Sebastian mengambil alat setrum yang selalu ia bawa dan dari belakang ia menusukkan alat setrum itu ke punggung Yuan Ye. Seketika Yuan tersetrum dan pingsan
"Untung saja alat setrum ini selalu ku bawa, kecil mungil dan sangat ampuh, hahaha" ucap Sebastian seraya mencium alat setrumnya
Awas Sebastian jangan cium alat setrum nanti bibirmu kesetrum jadi ndower 🤣🤣🤣