NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:293
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 02 Alka Korban, Bukan Pelaku

Lampu-lampu cafe kini sudah gelap. Pintu di tutup rapat. Tapi aroma minuman dan makanan masih menggantung di sekitar. Tiga orang lelaki remaja berjalan ke arah parkiran cafe.

"Ka, gue sama Cakra duluan ya," ucap Athar sambil naik ke atas motor sport miliknya.

Dari belakang, Cakra segera naik ke atas motor Athar. "Ka, lo juga pulang, jangan nginep di cafe."

"Nggak, bentar lagi gue pulang." jawab Alka yang masih duduk di kursi depan cafe.

Motor sport itu meraung, meninggalkan Alka sendirian di cafe yang gelap itu.

Tak lama Alka bangkit dari duduknya, berjalan ke arah mobil listrik kecil berwarna hitam. Lalu mobil itu segera melaju di jalanan malam yang tenang.

Dia, Keandra Alkaezar. Tapi orang-orang memamnggilkan, Alka. Sekarang usianya baru enam belas tahun, tapi tubuhnya menjulang 175 cm dengan postur tegap dan wajah bersih khas remaja yang belum kehilangan polosnya. Putih, tampan, tapi tegas. Sorot nya tajam, tapi lembut.

Di dalam mobil mata Alka mulai terasa berat, tapi ia masih berusaha fokus. Jalanan sudah mulai sepi, hanya suara radio yang mengisi kabin mobil berpadu dengan gerimis di luar. Cahaya lampu-lampu di jalan memantul di kaca mobil.

Begitu lampu merah menyala, Alka menepi dan berhenti. Ia menarik napas pelan, menepuk-nepuk pipinya agar tetap terjaga.

"Sedikit lagi sampai rumah," gumamnya kecil.

Tapi dalam seperkian detik, Suara rem berderit sekaligus dengan suara klakson yang bersahutan. Alka sempat menoleh ke jendela. Tapi kini, suara benturan keras memecah malam. Mobilnya terguncang hebat, tubuhnya terlempar ke depan, disusul bunyi kaca pecah dan jeritan dari belakang.

Mata Alka masih terbuka, ia meringis kecil. Menahan rasa sakit di tubuhnya. Dari pelipis darah menetes. Tapi kini, semuanya terlihat gelap, Alka kehilangan kesadaran.

Suara panik perawat, napas terengah dan langkah tergesa memecah lorong rumah sakit malam itu. Dua ranjang roda di dorong menuju UGD, satu orang pria dewasa mengikutinya dari belakang dengan khawatir.

Fellisya tahu, itu korban kecelakaan, di tempat kejadian yang sama dengan Alka. Dia cepat-cepat mengikuti.

"Permisi, apa bapak juga salah satu korban kecelakaan di jalan Melati?" tanya Fellisya, wajahnya di buat khawatir.

Pria dewasa itu langsung menoleh. "Bukan, tapi anak istri saya." jawabnya panik. Napasnya terengah.

"Sama, Pak. Anak saya juga salah satu korbannya. Tapi... saya tidak tahu siapa yang lalai dalam berkendara." katanya, suaranya semakin pelan.

Pria yang bernama Edgar itu langsung menatapnya. "Saya benar-benar minta maaf, Bu. Menurut saksi setempat, istri saya yang ugal-ugalan dan nerobos lampu merah." ia sedikit menunduk, perlahan napasnya mulai tenang.

Fellisya tersenyum miring, merasa ini kesempatan untuk kembali menekan mental Alka. "Saya akan buat semua media diam. Tapi dengan satu syarat..." bisiknya pelan.

Edgar sempat terdiam, bingung. Ia tahu, esok pagi media pasti akan ramai menyiarkan kecelakaan yang di akibatkan istrinya. Dan ia takut, anak gadisnya yang akan jadi sasaran di salahkan oleh orang-orang.

"Apa itu?" tanyanya ragu.

Lorong rumah sakit terdengar sunyi, seolah ikut menunggu jawaban dari Fellisya.

"Syaratnya mudah. Saya yakin, anak saya pasti datang menemui, Bapak. Dan cukup katakan, jika ini kelalaiannya. Keluarga Bapak yang jadi korban." Fellisya menatap Edgar, nada suaranya ia turunkan.

Belum sempat Edgar menjawab, pintu UGD terbuka, dokter muncul dari dalam, memberikan kabar yang harus di sampaikan.

Cahaya putih di langit-langit rumah sakit menjadi hal pertama yang Alka lihat saat matanya terbuka. Bau obat-obatan menusuk hidung. Kepalanya terasa berat dan nyeri, tapi tubuhnya masih bisa di gerakkan.

"Masih hidup, kenapa nggak mati aja?" Fellisya berdiri di samping ranjang, melingkarkan tangan di depan dada.

Alka hanya menoleh sebentar, tak menghiraukan ucapannya. Tapi kata-kata itu seperti pisau dingin yang menusuk tanpa darah.

"Masih di bawah umur, pulang udah berani larut malam. Ngapain aja?" tanya Fellisya, tatapannya semakin tajam.

"Kerja, latihan." jawab Alka singkat, suaranya masih lemah.

"Sudahlah, nggak pantas juga kamu dance, apalagi jadi idol. Udah gagal beberapa kali, kan?"

"Gagal bukan berarti harus berhenti," jawab Alka, ia membalas tatapan Fellisya.

"Kamu tahu, kamu merenggut nyawa seseorang akibat kelalaian mu. Pembunuh." katanya sebelum ia pergi meninggalkan Alka.

Lontaran kata dari Fellisya memang selalu tak pantas di dengar. Degup jantung Alka berdetak cepat, ingatannya mencoba memutar ulang saat kejadian. Begitu Fellisya menyebutnya sebagai pembunuh.

Tapi kepala Alka terlalu berat, pelipisnya berdenyut nyeri. Ia menggeleng cepat. "Nggak, saat itu gue masih sadar." bisiknya pelan.

Suara pintu UGD kembali terbuka. Renata masuk sambil mendorong Nadira yang duduk di kursi roda.

"Alka, Ya Tuhan! Kamu sadar juga, Nak..." suara itu bergetar, antara lega dan panik.

Alka hanya menoleh, tersenyum tipis.

"Kamu kecelakaan, Ka. Tapi untungnya tak ada luka serius, hanya robekan di kepala." Nadira meraih tangan Alka yang dingin itu.

"Oma, katanya Alka yang nabrak?" tanyanya pelan.

"Kamu nggak usah mikirin itu," jawab Nadira, sambil menggenggam tangan cucu kesayangannya itu.

Hati Alka masih benar-benar belum tenang. Ia gelisah, menunggu setiap informasi yang di sampaikan dokter.

Beberapa jam kemudian, waktu sudah menunjukan pukul lima pagi. Perlahan, Alka turun dari ranjang. Ingin mencari tahu kondisi seseorang yang ia tabrak.

"Kaa, mau kemana?" suara lembut itu terdengar dari arah sofa.

"Ibu udah bangun, aku mau cari orang yang aku tabrak. Mau lihat kondisinya." jawab Alka sambil berjalan pincang menuju pintu.

Renata langsung bangun, membantu Alka berjalan.

"Bu, biar Alka sendiri aja ya. Ibu istirahat," Alka sempat menolak, ia menatap Renata. Wajahnya selalu tenang, tapi sorot matanya terlihat lelah.

"Nggak apa-apa, sekalian Ibu anterin kamu ke ruangannya. Kamu nggak tahu, kan?" ia meraih lengan Alka, membantunya dengan lembut.

Beberapa ruangan telah mereka lewati. Kini Renata membuka salah satu pintu UGD.

Begitu pintu di buka, seorang gadis tengah berbaring di sana. Wajahnya pucat, tubuhnya di tutupi selimut hingga dada. Cairan infus terus menetes.

"Bu, dia lagi tidur." kata Alka, matanya menatap sendu gadis itu.

"Yasudah, nanti kita balik lagi ke sini, ya." Renata kembali membantu Alka untuk pergi dari ruang UGD.

Tapi begitu ia hendak mendoring pintu. Seorang pria dewasa masuk. Mengenakan kaos polos dan celana pendek. Wajahnya terlihat menyimpan kesedihan yang mendalam.

"Pak Edgar, gimana kondisi, Alesha sekarang?" tanya Renata. Menatap Edgar dengan senyum tipis.

Edgar hanya mengangguk. "Alesha sudah sadar, hanya saja dia masih shock. Karena kondisinya sekarang." nada suaranya pasrah.

"Pak, apa dia mengalami luka serius?" sahut Alka, menatap Edgar dengan sorot khwatir dan bersalah.

"Sangat serius. Cedera tulang belakangnya cukup parah, sehingga menyebabkan kelumpuhan pada kakinya." Edgar menatap dalam Alka.

Sesak. Rasa itu tiba-tiba menyergap dada, Alka. Rasa bersalahnya benar-benar mendalam. "Pak, apa ada kemungkinan untuk sembuh?" suaranya bergetar.

Edgar tersenyum tipis, lalu mengangguk ragu. "Kalau terapinya berhasil. Alesha bisa sembuh."

Suara bincangkan mereka menusuk masuk ke pendengaran Alesha, ia terbangun.

"Ayah, ada siapa?" tanya Alesha, suaranya serak.

Alka langsung berjalan mendekat. Ia berdiri di samping ranjang. Renata dan Edgar ikut mendekat.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!