Menikahi Anak Sopir

Rasanya aku akan tidur dengan tenang jika Arsen ada di sampingku. Walaupun petir sudah tidak lagi menyambar, tetapi di luar masih hujan deras. Jika Arsen tidur di kasur lantai, dia pasti akan kedinginan.

"Udah, kamu di sini aja temani aku, lagian aku juga nggak akan ngapa-ngapain kamu." Aku naik ke ranjang dan duduk di sisi sebelah kiri.

Lalu, Arsen menyusulku dan aku segera menarik selimut yang akan menghangatkan tubuh kami. Entah mengapa aku bahagia, ada Arsen di sisiku, meski aku membenci pernikahan ini.

"Kamu kenapa diem aja? Kamu lebih suka tidur di kasur lantai yang tipis itu dari pada seranjang sama aku?" tanyaku yang melihat Arsen hanya diam memperhatikanku.

"Ya nggak lah, aku suka banget kok tidur sama istriku, malah aku mau berdoa terus, semoga musim hujan nggak cepat berlalu,” Arsen terkekeh pelan.

Laki-laki di sampingku ini terlihat sangat bahagia. Cara Arsen tertawa begitu mempesona, dan aku menyukai tawa itu.

Ya Tuhan, ada apa dengan perasaanku? Kenapa aku jadi mengagumi Arsen begini?

“Kenapa petir nggak datang setiap hari ya?” gumamnya.

Saat ini, kami sedang duduk di ranjang dan bersandar di headboard.

“Memangnya kamu bahagia ya kalau aku ketakutan.” Aku menoleh pada Arsen untuk menatap wajahnya.

“Nggak lah, tapi aku seneng bisa tidur sekamar sama kamu,” kata Arsen.

“Apa kamu akan merelakanku, jika nanti kita berpisah?” tanyaku.

Arsen menunduk, aku tahu pertanyaanu pasti akan menyinggung perasaannya. Namun, aku sendiri tidak yakin apa aku bisa menerima Arsen dengan sepenuh hatiku.

“Empat tahun itu waktu yang lama, ‘kan? Aku tidak mau memikirkan hal buruk yang belum tentu terjadi,” jawab Arsen.

“Arsen, maaf ya, kalau selama ini aku terlalu jahat sama kamu.” Aku mengatakannya dengan tulus.

Arsen memiringkan tubuhnya hingga menghadap padaku. Lalu, tangannya mengusap kepalaku dengan lembut.

“Kimmy, sikapmu selama ini bukanlah kesalahanmu. Aku tidak pernah mempermasalahkannya, karena aku tahu kamu begitu terkejut dengan pernikahan ini. Entah kita akan bersama atau tidak, entah cinta akan tumbuh di hati kita atau tidak. Kita akan menjalani empat tahun itu bersama, setelahnya biarkan Tuhan yang menentukan jalan untuk kita.” Arsen tersenyum.

“Kamu juga terpaksa ‘kan saat menikahiku?” tanyaku.

“Aku tidak pernah bermimpi untuk benar-benar menjadi suamimu, tapi saat Tuan Ardy memberiku kesempatan itu, aku tidak berpikir dua kali dan langsung menyetujuinya.” Arsen tersenyum lalu memegang tanganku.

“Kamu pasti tertekan dengan sikap Papa makanya kamu langsung setuju. Maafkan papaku ya, permintaan Papa pasti membuatmu tertekan dan nggak bisa menolak sampai kamu harus meninggalkan orang yang kamu cintai.”

Aku sangat mengenal Papa, apa yang diinginkan Papa pasti akan diwujudkannya, bagaimanapun caranya itu.

“Jangan kasihan sama aku, Kimmy. Bersikaplah seperti biasanya,”

“Aku biasa aja, jangan baperan deh,” ucapku dengan ketus.

Aku membelakangi tubuh Arsen dan segera tidur.

...❤❤❤M.A.S🚗🚗🚗...

Pagi mulai menyapa, seperti pagi pertamaku bersama Arsen dua bulan lalu, hari ini aku terbangun di pagi buta. Semalam, Arsen pasti mematikan lampu kamarku, karena keadaan sekarang menjadi gelap.

Arsen masih memelukku dari belakang, dengkuran halusnya terdengar bagai irama melodi yang mengacaukan perasaanku. Kuusap-usap tangan kekarnya yang menimpa perutku, rasanya aku begitu nyaman tidur sambil dipeluknya.

Aku tak ingin dia terbangun dan membuatku malu, karena aku begitu menikmati momen pagi ini bersamanya. Arsen, apa aku mulai menyukaimu saat ini?

Arsen menggeliat, dan seketika aku langsung pura-pura tidur.

“Selamat pagi, my lovely wife.” Arsen mencium kepalaku dengan mesrah dan cukup lama. “Untung aku bangun lebih dulu, jadi bisa cium kamu. Jangan marah ya, Sayang,” bisiknya.

Aku masih pura-pura tidur, entah apa yang dilakukan Arsen. Namun, laki-laki itu tetap tidak bangkit dari posisinya. Aku menjadi penasaran dan memilih pura-pura bangun.

“Arsen, kamu udah bangun?” tanyaku saat kulihat Arsen tengah memandangiku.

“Udah, baru aja. Kalau gitu aku ke kamarku dulu ya.” Arsen bangkit dari posisinya, lalu segera keluar dari kamarku.

***

Aku dan Arsen sampai di kampus bersama-sama, karena kami berangkat bersama walau menggunakan kendaraan kami masing-masing. Aku melihat Arsen yang tengah memarkir motornya dari kejauhan. Tiba-tiba seorang gadis datang menghampiri Arsen.

Gadis itu adalah Yumna. Dari kejauhan, aku melihat mereka tengah berbincang-bincang. Sejak kapan mereka kembali akrab? Dua bulan lalu, Arsen seperti menghindari mantan kekasihnya itu. Apa sekarang mereka telah kembali bersama?

Saat mata kuliah pertama selesai, aku dan Nana pergi ke kantin seperti biasa. Namun, saat tiba di kantin, aku begitu terkejut setelah melihat Arsen yang tengah berbincang santai dengan Yumna dan Dion. Nana menarik tanganku untuk bergabung bersama mereka.

“Hai Kak, boleh gabung nggak?” tanya Nana.

“Boleh dong.” Dion yang menjawab disertai senyumnya. “Hai Kim, udah selesai kelasnya?” sapa Dion padaku.

“Udah, Kak. Satu jam lagi kelas berikutnya,” jawabku.

Aku melirik Arsen yang mulai menjaga sikap di hadapanku. Namun, Yumna tetap terlihat bahagia, wajahnya begitu berseri-seri. Apa yang tidak aku ketahui tentang mereka? Dua bulan ini apa yang telah aku lewatkan?

“Kak, kalian balikan ya?” tanya Nana yang langsung pada intinya.

“Ah, doain aja ya, aku lagi berusaha mendapatkan hati Arsen lagi,” kata Yumna yang ternyata mampu mengiris hatiku.

Dadaku sesak sekali mendengar kata-kata Yumna. Kenapa denganku?

“Bukannya kalian putus karena Arsen sudah menikah?” tanyaku.

“Selama Arsen tidak bisa membuktikan dan selama aku belum bertemu dengan istrinya, aku tidak akan mempercayai gosip itu,” jawab Yumna.

Sial, aku adalah istrinya Arsen, Yumna.

“Ya, ya, ya. Aku juga sependapat sih, tapi aku yakin di sana nanti kalian pasti akan saling jatuh cinta lagi,” kata Dion.

Di sana? Di mana? Mereka akan ke mana?

“Memangnya kalian akan ke mana?” tanya Nana yang sepertinya sama penasarannya denganku.

“Kami akan KKN di tempat yang sama,” jawab Yumna, gadis itu tak sanggup menyembunyikan rasa bahagianya.

Kenapa aku tiba-tiba jadi takut melihat kebersamaan mereka. Kenapa Arsen mau KKN di tempat yang sama dengan Yumna? Kenapa Arsen diam saja? Apa mereka benar-benar akan kembali merajut hubungan mereka?

“Kimmy, kamu baik-baik saja, 'kan? Wajah kamu kelihatan pucat begitu.” Dion menyentuh wajahku, sepertinya ia begitu khawatir.

“Kimmy, kamu sakit?” Arsen berdiri lalu memeriksa dahiku dengan telapak tangannya.

“Aku baik-baik aja kok, aku nggak sakit.”

🌹🌹🌹

Yang sakit bukan tubuhnya bang, tapi hatinya. Huuu, kesian kamu Kim.

Maapkan aku yang telat doble up, tapi setidaknya aku tetap up kan ya 😂😂😂

Oke lah, jangan lupa, ritual jejaknya. Like, komen, hadiah, dan vote. Terima kasih Gengs.

See U tomorrow 😘😘😘