Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LUNA DAN JEBAKAN YANG TERSEMBUNYI (PART 2)
Beberapa hari kemudian, ketika Ferdo sedang berada di rumah sakit menjaga Luna, tuan Antonio dan nyonya Isabella menemui Gadis di kamar tunggu tanpa sepengatahuan Ferdo.
Gadis terkejut melihat mereka berdua menghampirinya dengan mimik serius.
“Ada hal serius yang harus dibicarakan denganmu, Gadis,” kata tuan Antonio dengan suara dingin.
Gadis berdiri, hatinya penuh dengan rasa takut. “Iya, Pa.. apa yang mau dibicarakan?”
“Kita tahu keadaan Luna. Dan kita siap mengobatinya ke luar negeri, agar dia bisa sembuh sepenuhnya,” kata nyonya Isabella. “Tapi ada syarat.”
“Apa syaratnya, Ma? Apa saja yang harus aku lakukan, aku akan lakukan untuk Luna.” Gadis sangat senang, walau hatinya ada rasa takut akan syarat yang diajukan mertuanya. Ia takut disuruh mundur dari kehidupan Ferdo.
“Kamu harus menceraikan Ferdo secepatnya,” kata tuan Antonio dengan tegas.
“Dan kamu harus menandatangani surat pernyataan yang sudah kami buat.” Dia membuka tasnya dan mengambil selembar kertas.
“Isinya, kamu yang sudah bosan hidup dengan Ferdo yang selalu miskin. Kamu akan mencari pria lain yang kaya raya, dan kamu tidak mau susah mengurus anak yang akan jadi cacat, buta, dan lumpuh," jelas tuan Antonio.
Tentu saja mendengar itu hati Gadis merasa hancur, dia terkejut setengah mati. " "Tapi Pa… Ma... aku mencintai mas Ferdo. Kami adalah keluarga.”
“Atau Luna akan mati karena tidak bisa diobati,” ucap nyonya Isabella dengan suara kejam. “Pilih, Gadis. Anakmu, atau Ferdo.”
Gadis menangis. Dia tidak punya pilihan lain. Untuk Luna, dia rela melakukan apa saja. “Baiklah… aku akan menandatangani surat ini.”
Tuan Antonio memberikan pensil kepada Gadis. Dengan tangan gemetar, Gadis menerima pulpen dari tangan tuan Antonio.
Gadis menandatangani surat tersebut di atas materai, dengan hati yang sangat berat.
Setelah itu, nyonya Isabella memberikan tas ke tangan Gadis. "Gadis, didalamnya ada satu milyar rupiah sebagai kompensasi. Pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di kehidupan Ferdo.”
Gadis menerima tas dengan tangan masih gemetar. Dia melihat surat yang sudah ditandatangani, kemudian melihat kearah kamar Luna..
Dia ingin mengatakan selamat tinggal pada anaknya dan Ferdo, tapi dia tak berani karena di ancam kedua mertuanya.
Dengan sedih dan menangis, dia keluar dari rumah sakit dan pergi meninggalkan semua yang dia cintai.
Tapi dia tidak tahu bahwa itu semua adalah jebakan. Atas usul Elena, nyonya Isabella telah menyelipkan berkas perusahaan milik tuan Antonio ke dalam tas uang itu. Semua direncanakan dengan matang untuk memfitnah Gadis.
Ketika Ferdo mengetahui tentang surat yang ditandatangani Gadis dan membacanya, hatinya terasa hancur. Dia tidak bisa percaya bahwa Gadis bisa melakukan hal semacam itu padanya, menceraikannya dan meninggalkan Luna yang sedang sakit hanya karena dia miskin.
"Gadis! Tak ku sangka kamu punya pikiran busuk! Aku benci kamu, Gadis!" Ferdo meremas kertas itu dan melemparnya ke sembarang arah.
Beberapa hari kemudian, Ferdo dibantu Elena berangkat ke luar negeri guna mengobati Luna.
Elena selalu berada di sisinya, berpura-pura menyayangi Luna dan menjaganya selama di rumah sakit. Dia berusaha semaksimal mungkin agar Ferdo jatuh cinta padanya.
"Ayo Ferdo, kita harus cepat berangkat ke bandara." Elena sudah bersiap Menggendong Luna dipelukannya. Semua barang bawaan sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil.
Ferdo yang baru selesai membereskan segala sesuatunya yang berhubungan dengan masalah finansial, bergegas menghampiri Elena, "Oke, semua sudah ready.." Keduanya berjalan menuju mobil yang sudah ditunggui oleh supir pribadi mereka.
Sementara itu, setelah kepergian Elena dan Ferdo ke luar negeri, Nyonya Isabella langsung mendatangi kantor polisi.
“Pak, tolong tangkap menantuku yang bernama Gadis! Dia telah membawa kabur uang perusahaan suamiku sebanyak satu milyar rupiah!” kata Nyonya Isabella dengan suara panik yang dipalsukan.
Nyonya Isabella memberikan poto Gadis dan catatan barang yang dicuri Gadis, berupa tas besar warna biru berisi uang satu milyar, juga berkas keuangan yang terbawa didalam tas.
"Baik, Bu.. pencarian akan segera kami laksanakan," jawab Kapolsek yang ada di kantor tersebut.
Dia segera menginstruksikan pada beberapa bawahannya untuk segera mencari Gadis, dengan bukti berupa Poto Gadis dan catatan dan ciri-ciri barang curian.
Polisi segera mengeksekusi perintahnya. Mereka mencari keberadaan Gadis ke mana-mana.
Setelah beberapa hari, Gadis ditemukan di penginapan kecil di kota lain. Dia sedang menangis, memikirkan Luna dan Ferdo.
"Maaf, Pak, salah saya apa?.. Saya tak merasa mencuri uang dari mertua saya sendiri. Justru dia yang memberikannya pada saya sebagai kompensasi penanda tanganan atas surat kesepakatan darinya," jawab Gadis gugup.. Ia seakan disambar geledek di siang bolong.
"Maaf Bu Gadis, kita hanya menjalankan tugas. Itu bisa Bu Gadis sampaikan di persidangan nanti. Sekarang, di mohon kerjasamanya," kata salah satu polisi, dia memborgol pergelangan tangan Gadis.
Sementara polisi yang lainnya membawa tas yang dikasih nyonya Isabella untuk Gadis.
Polisi menangkapnya tanpa ada perlawanan. Gadis yang tidak tahu apa-apa dan belum sempat membuka tas uang dari nyonya Isabella langsung dipenjara, karena barang bukti yang dituduhkan terbukti ada di tasnya.
Kini, Gadis meringkuk di sel penjara, terkurung oleh fitnahan dari nyonya Isabella dan Elena. Dia menangis setiap hari, memohon agar Tuhan memberinya kesempatan untuk bertemu kembali dengan Luna dan menjelaskan semua yang terjadi.
" Ya Allah.. Kenapa mertuaku selalu menindasku? Apa salahku? Aku sudah meninggalkan Ferdo, tapi mereka masih terus menindasku dengan fitnahan yang kejam!" rintih Gadis.
"Tuhan, aku ikhlas dengan ujian seberat apapun, tapi tolonglah Tuhan.. segeralah sembuhkan anakku... Aku ingin agar Luna tahu kalau aku, ibunya, selalu mencintanya," jerit hati Gadis.
Dia tak peduli dengan apa yang terjadi padanya, yang penting adalah Luna bisa sembuh dan tahu bahwa ibunya selalu mencintainya.
Di luar negri, Elena dikabari nyonya Isabella tentang penangkapan Gadis. Hatinya sangat senang. Dia tersenyum lebar sambil melihat Ferdo yang sedang menjaga Luna di ranjang rumah sakit.
“Sekarang, tidak ada yang bisa menghalangi aku untuk mendekati Ferdo,” ucapnya sendiri. “Semua sudah berjalan sesuai rencanaku.”
Elena berjalan mendekati Ferdo, " Fer, kamu makan dulu.. dari pagi kamu belum makan lho! Aku sudah beli makanan kesukaanmu. Nasi Padang." Elena memberikan bungkusan kertas coklat yang dikemas rapi.
"Aku gak selera makan sebelum anakku sembuh, El," sahut Ferdo. Ia tak melihat bahkan sampai menyentuh bungkusan yang disodorkan Elena. Ia terus memandangi wajah anaknya yang masih dalam keadaan koma.
"Ayo dong Fer.. aku sudah susah-susah lho cari restoran khas Indonesia disini. Susah lho carinya. Kamu kan gak mau makanan orang luar, jadi aku susah payah cariin ini untuk kamu. Masa sih kamu gak mau hargain usahaku? Kalau kamu gak mau makan terus sakit, kasihan dong Luna.." bujuk Elena.
Tanpa segan dia membuka bungkusan itu dan mulai beraksi menyuapi Ferdo. Akhirnya Ferdo mau makan dari suapan tangan Elena.
"Kamu terjebak dalam sandiwara ini Ferdo, lambat laun kamu akan jatuh hati padaku akan perhatianku padamu," suara hati Elena menertawakan Ferdo.
Ferdo, yang masih dalam kesedihan dan kebencian terhadap Gadis, tidak menyadari bahwa dia sedang terjebak dalam jebakan yang besar.
Dia hanya berharap Luna bisa sembuh secepatnya, tanpa menyadari bahwa orang yang selalu ada di sisinya adalah orang yang sama yang menyebabkan semua penderitaan keluarganya.