NovelToon NovelToon
Suara Dari Balik Sajadah

Suara Dari Balik Sajadah

Status: tamat
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Trauma masa lalu / Cintapertama / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:21.7k
Nilai: 5
Nama Author: Caeli20

Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Akulah Penyebab Kekuranganmu

Fadlan memarkirkan motornya di dekat tulisan 'parkir' di depan toko buku itu. Hana turun dari motor dan menyerahkan helmnya pada Fadlan.

Pemandangan itu membakar hati Maheswara. Ditambah kedua orang itu yang dipenuhi dengan tawa canda sejak tadi di jalan menambah bahan bakar di hati Maheswara.

Fadlan dan Hana menaiki tangga toko dan masuk ke dalam.

"Apa yang kamu lakukan Mahes. Menguntit wanita itu sampai ke sini," Maheswara berbicara pada dirinya sendiri.

"Kamu bodoh," gumamnya, "Ya, bodoh, kalau kamu berdiam diri di sini. Susul mereka," Maheswara bergegas mematikan mesin mobilnya yang sudah parkir di tempat parkir mobil. Tidak lupa memakai kacamata hitamnya, melangkah masuk ke dalam dan tetap menjaga jarak.

"Ini bagus bukunya, Ustadzah. Filsafahnya ngena banget, ujar Fadlan sambil menunjuk sebuah buku.

"Oh ya," Hana mengambil buku itu dari tangan Fadlan. Membukanya dan membaca bagian prolognya. Fadlan merapat sedikit ke arah Hana untuk bisa membaca prolognya sama-sama.

"Bagus kan?," tanya Fadlan

Hana mengangguk sambil terus membaca.

Berani sekali dia mencuri kesempatan untuk mepet-mepet pada Hana. (Maheswara).

Hana mengangkat wajahnya selesai membaca,

"Kalau Ustadzah menyukai sastra Arab, ini bagus banget," Fadlan menyodorkan satu buku lagi.

"Iya, aku suka," Hana tersenyum pada Fadlan.

Ada dua hati yang tersentuh senyuman itu. Fadlan yang berbunga-bunga dan Maheswara yang makin membara.

Beraninya dia memberikan senyuman pada laki-laki lain. (Maheswara).

Lama mereka berdua di rak tengah itu. Mereka melangkah lagi ke beberapa rak lainnya. Tidak lupa mereka saling tertawa. Ada juga momen Fadlan berbisik dan Hana terkekeh.

Kita lihat sampai di mana aku bisa menahan diriku tidak memukul mu, laki-laki pengganggu. (Maheswara).

Ternyata, bukan hanya Maheswara yang sedang membara. Di sudut lain ada mata yang terus mengikuti gerak-gerik Fadlan dan Hana.

Lagaknya seperti yang pacaran saja kalian. (Zahra).

"Ustadzah mau lihat buku-buku psikologi? Ada di bagian sini," ajak Fadlan.

"Ehmm, itu...," Fadlan sudah berjalan ke arah yang dituju. Hana mau tidak mau mengikutinya.

"Buku ini berisi tentang bagaimana jiwa seseorang yang berjuang melawan penyakit mental dari trauma masa lalu yang hebat,"

Hana mematung. Raut wajahnya berubah. Tapi Fadlan tidak memperhatikan hal itu. Hatinya sedang berbunga-bunga sekarang. Tidak ada waktu memperhatikan hal lain. Dia terus berbicara.

"Kisah tokohnya tragis banget. Sampe divonis tidak bisa sembuh, tapi akhirnya bisa sembuh. Ini sih recom untuk dibaca," ujar Fadlan.

Fadlan kaget melihat tangan Hana bergetar dan Hana berdiri kaku.

"Ustadzah.. Ada apa?,"

Napas Hana mulai tersengal-sengal. Dia telanjur kambuh sebelum berlari ke toilet.

Fadlan mulai panik. Dia meletakan buku tadi di rak nya kembali.

"Ustadzah, kita cari tempat duduk dulu," Fadlan hendak merangkul pundak Hana tiba-tiba sebuah tangan menghempasnya dengan kasar.

"Maaf, tolong jangan sembarang sentuh, calon istri saya," suara itu terdengar berat dan berwibawa.

Fadlan menoleh dengan kaget. Seorang pria berperawakan lebih tinggi dari dirinya dengan tubuh yang atletis berdiri tepat di belakangnya.

Pria itu maju dan menggeser Fadlan dengan bahunya. Fadlan minggir.

Pria itu mengambil tangan Hana, menggenggamnya dan menaruh di dadanya.

Fadlan kebingungan melihat apa yang pria itu lakukan.

Bukankah Ustadzah bilang dia belum punya pacar, lalu siapa pria ini. (Fadlan).

"Tenang, ada aku di sini. Kamu tidak akan kenapa-kenapa,"

Dia bahkan berani membelai kepala Ustadzah. (Fadlan).

Perlahan getaran tangan Hana berkurang. Hana mengatur napasnya.

Di sudut sana, Kana, Sena, Kio sudah bersiap untuk bergulat tapi hati Hana sudah diliputi kembali dengan ketenangan saat Maheswara memegang tangannya dan mengusap kepalanya.

"Maaf mengganggu waktu baca kalian, tapi calon istri saya tidak boleh kelelahan. Kalau kelelahan sakit saraf di tangannya bisa kambuh," tanda Maheswara seraya menoleh pada Fadlan yang masih kebingungan menatapnya.

"Oh ya, apalagi tadi dia naik motor ya. Pasti kena angin. Dia tidak bisa naik motor sebenarnya. Karena sudah begini, saya harus bawa dia pulang. Takutnya dia akan lebih sakit,"

Maheswara tidak memberikan kesempatan Fadlan berbicara. Tangan satunya tetap memegang satu tangan Hana, sedangkan tangan yang lain merangkul pundak Hana. Persis seperti seorang suami yang menuntun istrinya.

Wajah Fadlan menjadi pias. Tadi dia serasa di taman bunga, sekarang seperti ada di Padang pasir. Perasaannya campur aduk.

"Fadlan, mau lanjut cari buku?," Zahra muncul setelah melihat semua adegan tadi dengan bahagia.

Fadlan menoleh,

"Saya harus pulang sekarang," Fadlan menepis tangan Zahra yang hendak merangkul lengannya.

"Kalau begitu, kita sama-sama," seru Zahra tapi Fadlan terlihat sudah menuruni tangga menuju keluar.

"Iiiissh...dasar laki-laki! tidak ada kepekaan sama sekali!," Zahra menghentakan kakinya ke lantai.

**

Maheswara menaruh tangannya di atas kepala Hana agar tidak terantuk saat masuk ke dalam mobil.

Wajah Hana sudah lebih tenang dibanding tadi. Maheswara memasang seat belt untuk Hana. Sambil curi-curi kesempatan menghirup bau parfum melati yang semalam sangat dia rindukan. Setelah memastikan Hana duduk dengan baik, Maheswara menutup pintu dan pindah ke pintu sebelah untuk menyetir.

Maheswara melirik wajah Hana yang masih pucat. Dia memutuskan menepi untuk memastikan keadaan Hana.

"Hei," sapa Maheswara lembut, "Apa yang kamu rasakan? Apa ada yang sakit?,"

Hana menggeleng lalu menundukan wajahnya.

"Maaf, sudah merepotkan," gumam Hana pelan.

"Ssttt, apanya yang merepotkan. Sudah kewajiban ku untuk menjagamu,"

Hana mengangkat wajahnya,

"Kenapa? Kenapa itu jadi kewajiban? Kita berdua adalah orang asing. Kita tidak saling mengenal dengan baik. Kenapa kamu berkewajiban menjagaku?," wajah Hana pias. Dia benar-benar bingung dengan pria di sampingnya ini.

"Hana, kamu percaya love at the first sight?," Maheswara memperhatikan mimik Hana, "Itu sepertinya terjadi padaku saat pertama melihatmu di klinik itu. Aku harus jujur padamu. Pertemuan kita membuat satu bagian dari trauma masa lalu ku sembuh. Dan itu hanya saat bertemu denganmu. Itu yang membuatku nekat mencarimu,"

Hana terkejut.

"Ya, mungkin kamu tidak percaya. Tapi dokter Priska tahu semuanya. Psikiater kita kan sama. Sejak saat itu, aku memutuskan mengejarmu sampai kau menerima cintaku," tukas Maheswara.

"Hah, hidupku terlalu unik ternyata. Pertemuan kita sangat unik. Kita hanya bertemu secara tidak sengaja dan sekarang kamu menyatakan perasaan mu," Hana tersenyum getir.

"Kamu memang unik, Hana. Semua tentang mu unik dan itu membuatku tergila-gila," Maheswara mulai mengungkapkan isi hatinya.

Jantung Hana tiba-tiba berdetak kencang.

"Aku menyukai semua tentangmu, Hana. Pribadimu, senyuman mu, caramu berbicara, semuanya. Tidak ada yang terkecuali,"

Hana menatap Maheswara,

"Tapi kamu tidak mengenalku dengan baik, Maheswara," kamu akan menyesal.

Maheswara tersenyum sinis,

"Menyesal? Menyesal karena kamu mengidap penyakit mental, iya? Kamu pikir aku tidak menderita penyakit itu juga? Hana, come on, kita berdua sama-sama pejuang mental. Kita tidak ada bedanya,"

Hana menggeleng,

"Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari ku, Mahes. Aku tidak sebaik yang kalian lihat dari luar. Aku ini punya masa lalu yang kelam. Kamu akan malu ketika menikahi ku nanti,"

Ada sesuatu perih terasa di ulu hati Maheswara ketika Hana menyebut masa lalu. Rasa bersalah itu muncul kembali. Hana membawa rasa malu karena peristiwa delapan tahun lalu itu hingga saat ini.

"Apa kamu pikir aku juga sempurna, Hana?,"

"Kamu sempurna sebagai laki-laki. Tapi aku perempuan, aku banyak kelemahannya,"

Hana, kamu tidak tahu aku kehilangan kelaki-laki-an ku selama delapan tahun. (Maheswara).

"Apa kelemahanmu yang tidak bisa aku terima. Semua kelemahanmu aku terima sebagaimana kamu mau menerima kelemahan ku," suara Maheswara agak meninggi.

"Jangan gunakan kelemahanmu untuk membatasi cintaku padamu, Hana,"

"Bukan seperti itu. Aku pastikan kamu akan kecewa padaku, Mahes. Cari wanita lain saja. Banyak wanita yang sempurna di luar sana,"

Maheswara mendengus.

"Kamu benar-benar keras kepala Hana. Sudah aku katakan, apapun kelemahan dan kekurangan mu aku akan menerimanya. Menerimanya. Kau dengar?,"

Mata Hana berkaca-kaca menatap Maheswara,

"Jangan kamu pikir aku akan mundur karena kekurangan mu, Hana, tidak akan,"

"Aku sudah tidak perawan. Mundurlah," Hana berucap dengan suara pelan seraya membuang wajahnya.

Maheswara hening. Hana penasaran ekspresi wajah Maheswara yang kecewa mendengar pengakuan Hana itu. Hana menoleh.

Maheswara tersenyum,

"Aku tetap menerimamu, mencintaimu, dan tidak akan meninggalkanmu," ucap Maheswara dengan mantap.

Hana terperanjat. Dia tidak menduga tanggapan Maheswara seperti itu.

"Boleh aku memelukmu?," tidak menunggu Hana menjawab, Maheswara langsung memeluk Hana dari samping.

"Aku menerima kekurangan mu. Sangat menerimanya dan tidak mengubah perasaan ku padamu," bisik Maheswara.

Hana mematung. Tapi di hatinya ada seperti aliran air yang tenang. Sejuk. Di mana delapan tahun kesejukan itu tidak pernah dia rasakan.

Aku menerima kekurangan mu, Hana. Karena akulah yang menyebabkan kekuranganmu itu. Akulah pria brengsek dan pengecut delapan tahun lalu yang mengambil paksa kesucianmu. Kamu wanita baik-baik. Aku yang brengsek Hana. (Maheswara).

Maheswara merasakan air matanya jatuh.

Untuk pertama kali dia menangisi seorang wanita seperti ini.

Tangan Hana bergerak. Dia membalas pelukan Maheswara dengan ekspresi yang masih bingung.

1
Ruben
terbaik. ini baru karya.
Caeli: makasih supportnya kak ruben😍🙏

jangan lupa mampir di karyaku yang lain ya kak🙏 sedang on going :
- Pada Ibu Pertiwi Kutitipkan Cintaku
- Ketika Matahari Terbenam

makasih kak🙏
total 1 replies
Sri Wahyuni
kak kasih ending yang g sad donk..... masyaallah 💪💓
Caeli: hehehe.. masih ada kelanjutannya kak Sri di Suara dari Balik Sajadah 2. terbit bulan depan. Kasih jalan berliku dulu untuk Mahes supaya jadi pembelajaran bagi orang di luar sana agar mikir2 dulu sebelum melakukan sesuatu🤗

Sambil tunggu kelanjutannya, mampir juga di novelku yang lain ya kak, yang lagi on going :
- Kutitipkan Cintaku Pada Ibu Pertiwi
- Ketika Matahari Terbenam.

makasih sudah berkontribusi dalam karya2ku kak😍🤗🙏
total 1 replies
Wiwi Mulkay
ini masih ada lanjutan lagi ngak
Caeli: terbaik kak wiwi😍🤗
total 6 replies
Syafrinel Edi Bote
lanjut dong,,,, aqu suka karyamu thoor,, lanjut ya, ya, ya..... 😄
Caeli: gaskeeunn kak syaf🙏😍
total 1 replies
charista
akhrnya brnapas stlh baca novel ini 3hri.endingnya gantung tapi suka.aku ikuti novel barumu thorrr.ganbatte
Caeli: makasih supportnya kak😍🙏
nanti kelanjutannya ya🤗

mampir juga di novelku yang lain ya kak, yang lagi on going sekarang:
- Pada Ibu Pertiwi Kutitipkan Cintaku
- Ketika Matahari Terbenam 🤗🙏
total 1 replies
Trifosa Property
Baru berani kasih komentar setelah baca endingnya ini. satu kata : keren💪
ini bukan karya picisan.dari hati banget nulisnya.
ada unsur syiar agama tapi tidak monoton.menyatu dgn cerita. pembahasan mudah dimengerti. aku curiga Thor nya udah banyak nulis buku nih.
Trifosa Property
Thoorr lanjutkan karyamu aku suka tulisanmu😍🙏
Caeli: Gaskeeunn kaknl Rini😍 tunggu seru dua Suara dari Balik Sajadah tahun depan ya. sambil menunggu, mampir di novel ku yang lain juga ya kak Rin. sementara on going, ada Pada Ibu Pertiwi Kutitipkan Cintaku dan Ketika Matahari Terbenam 🤗🙏
total 3 replies
Trifosa Property
Keren sih. Gaya penulisannya beda. Ini bukan karya picisan. Ide ceritanya brilian. Lanjutkan karya karyanya thor
Caeli
tamat di bab 98 ya kak🤗
Wiwi Mulkay
masa udh tamat
Asriani Rini: Iya ko tamat suh ceritanya masih gantung
total 1 replies
Wiwi Mulkay
kapan up lagi
Wiwi Mulkay
ini kapan up lagi
Wiwi Mulkay: sdh di baca ini ngak ada lanjutannya
total 2 replies
Wiwi Mulkay
ini tdk ada lagi lanjutannya
Wiwi Mulkay
knp belum up lagi
Wiwi Mulkay
Thor ini belum up lagi ya
Wiwi Mulkay
hari ini ngak ada lanjutan lagi
Wiwi Mulkay
lanjut
Wiwi Mulkay
lanjut lagi dong
Wiwi Mulkay
oke 🫰🫰
Wiwi Mulkay
lanjut lagi
Caeli: gas kak Wiwi😍..
sudah ada 2 bab yang dipost, masih sedang direview🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!