NovelToon NovelToon
Detektif Kerajaan

Detektif Kerajaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi / Putri asli/palsu / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / TimeTravel
Popularitas:80
Nilai: 5
Nama Author: Staywithme00

"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Dari kejauhan, Nares memandangi perilaku Yarana alias detektif dimasa depan. Ia melihat, sepertinya Yarana lebih mirip orang yang bekerja di lembaga sosial. Sebab Yarana terlalu memperhatikan lingkungan dan keadaan orang lain. Nares sebetulnya sedikit kagum dengan niat baiknya, hanya saja terlalu baik juga tidak lah bagus.

Setelah merasa cukup mengamati Yarana bersama dua bocah laki-laki itu dipasar, Nares memutuskan untuk kembali terlebih dahulu ke kastil. 

Nares memutuskan mereka akan kembali keesokan hari, tugas penyelidikannya didaerah ini telah usai. Nares juga tak berniat memberitahu yang mulia raja tentang informasi yang ia dengar hari ini. Ini hanyalah bagian kecil saja, Nares harus mendapatkan bukti yang lebih akurat. Terutama senjata yang digunakan untuk membunuh. Kalau benar perdana menteri yang membunuh, maka tidaklah mudah mengalahkan siasat dan taktik sang perdana menteri. Nares memegangi pelipisnya yang terasa pusing.

“Nares.” Yarana tidak pernah memanggil Nares dengan awalan pangeran, karena ia tahu Nares bukanlah pangeran sesungguhnya. Jadi, Yarana memanggilnya dengan nama saja.

Nares hanya menoleh ke sumber suara dengan wajah yang lesu. Ia yakin, Yarana pasti telah berbuat sesuatu. 

“Nares, aku tahu siapa pelakunya!” Yarana berseru dengan semangat. Kini ia telah menemukan sebuah bukti kuat mengenai pembunuh sesungguhnya. Sebelumnya, dirinya meminta Vello meninggalkannya berdua bersama Nares, dengan alibi ada hal penting yang hanya boleh diketahui mereka. Vello dengan senang hati mempersilahkan mereka untuk berbicara 

“Benarkah?” Nares mengucap tak percaya. Ia saja harus membaca beberapa informasi mengenai korban, baru bisa mengetahui siapa pembunuh sesungguhnya. Jadi menurut Nares, rasa-rasanya tak mungkin gadis ini bisa mengetahui sang pelaku dengan akurat.

“Iya? Pelakunya adalah perdana menteri.” Ujar Yarana dengan nada suara yang dipelankan.

“Ba-bagaimana kau bisa tahu?” Nares melotot tak percaya. 

“Aku bisa tahu karena ini.” Yarana menunjukkan dua sapu tangan yang memiliki motif yang sama. Hanya saja terdapat noda di salah satunya.

“Maksudmu?” Nares tak mengerti apa yang ingin dijelaskan Yarana.

“Begini, aku dapat sapu tangan bernoda ini saat korban pertama kali ditemukan. Dan yah,setelah aku menyelidiki asal usul orang yang memesan sapu tangan, aku tahu perdana menterilah yang memesan motif ini.” Ujar Yarana dengan suara pelan namun menggebu-gebu.

“Pengrajin sapu tangan hanya membuat motif sesuai dengan permintaan dari bangsawan. Jadi sudah sangat bisa dipastikan kalau perdana menteri lah pelakunya.” Yarana menjelaskan dengan panjang nan lebar pada Nares. Yang mendengar hanya bisa shok sekaligus bertanya-tanya mengapa gadis aneh ini bisa tahu sang pelaku hanya dengan sebuah sapu tangan.

“Aku juga menemukan hal yang sama. Korban memiliki luka tusuk sekitar 20-25 cm, dan perdana menteri pernah memesan pisau dengan desain seperti itu.” Nares menyatukan informasi temuannya dengan temuan Yarana. Sepertinya makin valid lah, kalau perdana menteri yang melakukannya.

“Apa lagi yang kita tunggu?” Yarana bertana dengan semangat.

“Ayo kita lekas kembali ke istana, dan memberitahu raja mengenai hal sebenarnya.” Yarana ingin beranjak pergi mengemas barang-barangnya.

“Tunggu Yarana,” Nares menghentikan langkah detektif dengan memegang pergelangan tangannya, lalu berkata,

“Bukti yang kita miliki tidak sekuat itu hingga mampu menjatuhkan perdana menteri.”

“Kita harus mengumpulkan bukti-bukti yang kuat. Karena perdana menteri bukanlah orang yang lemah. Ia bahkan lebih mempercayai perdana menterinya ketimbang putri Yarana asli.” Sambung Nares. Perkataan Nares membuat Yarana teringat kejadian saat di ruang makan.

“Heem, sepertinya benar yang kau katakan. Kita harus mengumpulkan bukti-bukti yang lebih kuat.” Yarana berujar sambil menurunkan tangan Nares dari lengannya. 

“Besok kita akan kembali ke istana. Jadi beristirahatlah.” Nares kemudian berlalu masuk kedalam kastil. Sementara Yarana masih diluar, ia masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi nanti. Tapi apapun yang akan terjadi, detektif yang terjebak ini akan melakukan usaha terbaiknya.

*****

Hari keesokannya.

Yarana, Nares, Vello dan beberapa prajurit sudah bersiap untuk kembali ke kota Bellvana. Mereka berangkat pagi sekali, agar siang hari sudah sampai disana. 

Kereta kuda mereka berjalan dengan cepat sekali, menyusuri hutan-hutan sekaligus pemukiman warga. Jam demi jam berlalu, tak terasa mereka telah sampai di kerajaan Bellvana.

Baru saja Yarana dan Nares turun dari kereta kuda masing-masing, mereka sudah mendengar sebuah berita dari beberapa bangsawan yang sedang mengumpul didepan istana. 

Ada beberapa pelayan yang diangkat menjadi bangsawan tingkat 1, mereka diberi keistimewaan bisa berkeliling ke penjuru istana, sebab telah dipercaya oleh anggota kerajaan.

“Putri Yarana, anda darimana saja.” Salah seorang bangsawan laki-laki menegurnya.

“A-aku dari kota Cillvana.” Jawab Yarana yang tidak mengenal sama sekali pria yang ada di hadapannya.

“Lupakan, aku punya berita penting.” Bangsawan laki-laki ini ingin menyampaikan sebuah kabar.

“Raja Bellvana telah menemukan pelaku pembunuhan. Ternyata seorang pelayan juga. Sekarang ia akan diberi hukuman di ruang pertemuan.” Tanpa aba-aba bangsawan ini langsung memberitahukan kabar buruk tersebut. Yarana dan Nares saling adu tatap, kemudian mereka berlari menuju ruang pertemuan.

“Putri tunggu.” Vello mengejar Yarana yang berlari tergopoh-gopoh sembari mengangkat gaunnya.

Benar saja, begitu sampai diruang pertemuan, Yarana dan Nares melihat seorang pelayan sedang diadili diruang pertemuan rapat.

“Aku sama sekali tidak membunuh siapapun yang mulia.”

“Sungguh aku berkata jujur.” Seorang pelayan pria menangis tersedu-sedu sambil menundukkan kepala.

“Kalau begitu kenapa pisau dengan noda darah itu ada di kamarmu?” Ratu Reviya terus saja menyudutkan pelayan ini. 

“Tidak yang mulia, pelayan kelas bawah sepertiku tak akan berani melakukan hal sekeji itu.” Pria yang dituduh terus saja menangis sambil berusaha menepis tuduhan yang tidak benar mengenai dirinya.

“Aku tidak mau mendengar apapun. Prajurit, bawa pelaku ke penjara dan eksekusi esok hari.” Raja Bellvana memberikan titah.

“Maaf atas kelancanganku yang mulia raja Bellvana.” Yarana menyela perintah orang nomor satu di kota Bellvana. Seluruh bangsawan dan  menoleh ke arahnya. 

“Apa yang kau lakukan.” Nares berbisik kecil disamping Yarana.

“Percayakan saja padaku.” Yarana menjawab Nares, kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tengah tempat pelayan ini berada.

“Aku rasa, kalau hanya sekedar bukti seperti itu tidaklah cukup untuk membuktikan kesalahannya.” Yarana menghadap raja dengan berani.

“Apa yang kau maksud, nak?” Raja Bellvana sedikit mengerungkan dahi melihat tingkah putrinya.

“Sama seperti kemarin saat di ruangan makan bersama, aku telah dituduh. Dan untung saja perdana menteri datang memberitahukan kejadian sebenarnya.” Yarana tersenyum sinis kepada perdana menteri.

“Apa yang akan dilakukannya?” Nares bergumam dalam hati.

“Maka hari ini pun sama. Kerajaan harus mencari bukti-bukti lengkap serta saksi, baru boleh menghukum pelayan ini.” Yarana mengajak yang mulia raja untuk bertindak lebih baik dari sebelumnya. Raja Bellvana mengerti maksud dari putrinya, hanya saja kalau membiarkan pelayan ini berkeliaran, akan membahayakan.

“Apa pekerjaanmu selama diistana?” Yarana mengajukan pertanyaan yang membuat orang-orang bingung.

“Pekerjaanku membersihkan istana, Putri.” 

“Cobalah kau pegang pisau ini. Dan potonglah ini.” Yarana memberikan sebuah pisau dan buah. Pelayan tersebut mengambil pisau yang diberikan dan mulai memotong buah.

Semua yang hadir mencoba memahami apa yang dimaksud Yarana. 

“Lihatlah Yang Mulia, memegang pisau saja, ia tak bisa. Jadi mana mungkin ia membunuh orang lain.” Yarana memberi pengertian pada semua orang.

“Dan perhatikan caranya memotong buah apel ini.” Yarana mengambil potongan buah apel yang dipegang pelayan.

“Potongannya bahkan tidak sempurna dan tak memiliki bentuk yang rapi. Jadi, bagaimana bisa ia membunuh orang lain?” Ketika dikota Cillvana, Yarana meminjam gulungan mengenai korban yang dimiliki oleh Nares. Disitu dijelaskan kalau luka tusuk korban sangat rapi, polanya mengikuti benda yang menusuknya.

“Kau benar. Baiklah, aku akan membuat keputusan.”

“Hukumanmu aku tangguhkan, kau tidak akan diekskusi. Tapi, sampai aku menemukan pembunuh sesungguhnya, kau harus tetap dipenjara.” Raja Bellvana membuat sebuah keputusan. Ia mencoba untuk mempertimbangkan keadaan.

“Terima kasih banyak Yang Mulia.” Menurut pelayan ini, lebih baik mendekam dipenjara daripada dieksekusi mati. Setidaknya bila dipenjara, ia bisa menunggu sampai pelaku sesungguhnya ditangkap.

“Terima kasih banyak, putri Yarana. Berkat kebijaksanaanmu, hidupku akan aman untuk sementara waktu.” Ujarnya sambil memegang tangan Yarana.

“Sama-sama, tetaplah terus hidup sampai kita menemukan pelakunya.” Yarana sengaja berbicara begitu agar perdana menteri mendengar sindiran halusnya. Para prajurit membawa pelayan yang tadi difitnah menuju penjara. 

“Ayahanda bangga padamu. Ayah yakin, kau akan bisa jadi penerus ayah dikemudian hari.” Raja Bellvana tersenyum seraya memegang kepala putrinya.

“Ibunda, lihatlah. Sepertinya ia sudah mulai pintar.” Regina berbisik mengadu pada ratu Reviya.

“Karena ia sudah cerdas dan bijaksana, maka dari itu kita harus menghilangkan kecerdasan dan kebijaksanaannya.” Ratu Reviya tersenyum licik melihat anak tirinya, Yarana.

“Menghilangkan kecerdasan dan kebijaksanaan Yarana? Bagaimana caranya? Apa dengan menghilangkan otaknya?” Viola yang sedikit lamban dalam berpikir bertanya pada ibunya. Regina juga penasaran dengan maksud ibunya.

“Benar kita akan menghilangkan otaknya, berikut juga dengan nyawanya.” Ratu Reviya berbicara dengan suara pelan pada kedua putrinya. Mereka bertiga tersenyum dengan niat yang sangat buruk pada Yarana. 

Disisi lain, Seluruh bangsawan yang hadir beranjak meninggalkan ruangan, sebab raja telah pergi dan masalah mengenai tuduhan pelayan tadi sudah diakhiri dengan keputusan bijak sang raja.

Namun, ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua masalah yang akan datang.

*bersambung*

1
kappa-UwU
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Staywithme00: ditunggu yaaaa ,terima kasih sudah mampir🙏
total 1 replies
menderita karena kmu
Sempurna deh ini. 👌
Staywithme00: terimaaa kasih kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!