NovelToon NovelToon
Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayusekarrahayu

Maya, anak sulung yang doyan dugem, nongkrong, dan bikin drama, nggak pernah nyangka hidupnya bakal “dipaksa” masuk dunia yang lebih tertib—katanya sih biar lebih bermanfaat.

Di tengah semua aturan baru dan rutinitas yang bikin pusing, Maya ketemu Azzam. Kalem, dan selalu bikin Maya kesal… tapi entah kenapa juga bikin penasaran.

Satu anak pembangkang, satu calon ustadz muda. Awalnya kayak clash TikTok hits vs playlist tilawah, tapi justru momen receh dan salah paham kocak bikin hari-hari Maya nggak pernah boring.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayusekarrahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 MAYA VS NADIA

Suasana pesantren semakin tenang, para santri dan santriwati tampak memanfaatkan waktu luang dengan istirahat di asrama masing-masing.

Begitu pula Nadia, ia kembali ke dalam asrama sembari setengah membanting pintu. Napasnya terengah-engah, matanya menajam kesal. Air mata berjatuhan, ia memegang dadanya yang terasa amat sakit. Interaksi Azzam dan Maya sudah tak bisa ia tolerir lagi, apalagi setelah ia tau sebelum ini pun telah banyak interaksi keduanya.

Bayangan Azzam dan Maya terus berputar di kepalanya, seperti pisau yang menggores hatinya perlahan.

"Arrghhh!!," tangannya langsung membanting buku catatan yang ia bawa. Rita dan Putri yang kebingungan melihat teman satu asramanya dalam kondisi berbeda, langsung duduk menghampiri.

"Nad..kamu kenapa? kamu baik-baik aja kan?," Putri menatap khawatir, tangannya mengelus pelan bahu Nadia.

Nadia langsung menyingkirkan tangan Putri, Ia berdiri dengan gerakan cepat, matanya menyala oleh amarah," Kalian tau sejak kapan Azzam dan cewek heboh itu punya interaksi sedekat sekarang?!."

Rita dan Putri menelan ludah susah payah, "Eum..udah lama sih dari awal anak itu masuk pesantren, Ustadz Azzam emang keliatan agak beda.." Rita berbicara hati-hati.

Nadia menatap tajam ke arah Rita,"Kenapa kamu gak ngomong hah?! seharusnya kalau waktu itu aku tau, gak akan sesusah sekarang buat dapetin hatinya Azzam."

"Awalnya kita ngira itu cuman bentuk bimbingan ustadz Azzam aja Nad, ya kita semua tau kalau Maya sejak awal emang langsung terkenal karena pembawaan nya beda, jadi kita ga berpikiran kalau Ustadz Azzam punya sesuatu sama Maya," Rita kembali bersuara.

"Iya Lagipula waktu itu kan kamu sendiri yang bilang, jangan ganggu kamu dengan kabar apapun dari pesantren, kamu pengen fokus sama gelar santriwati terbaik kan?," Putri menambahkan.

Nadia menendang kasur yang ada didekatnya," Tetep aja ini semua gak akan terjadi kalau kalian ga telat ngasih tau ke aku."

"Nadia..tenang dulu ya, kenapa kamu jadi pesimis gini? mana Nadia yang dulu? Lagipula Ustadz Azzam belum tentu juga suka sama Maya, bisa aja kan itu cuman perhatian kecil yang bukan Maya doang yang dapet," Rita memegang kedua bahu Nadia.

Nadia menatap Rita dalam," Ini bukan soal perhatian aja Rit, tapi tentang tatapan Azzam yang berbeda! aku liat dengan mata kepala ku sendiri..ituu bukan tatapan biasa, itu..tatapan cinta."

Rita dan Putri saling pandang, mereka tak tau harus berkata apa. Yang pasti mereka ikut merasakan kekecewaan Nadia.

"Tapi..Nad, kamu mau gimana jadinya? kamu mau nyerah?," Putri berbicara pelan.

Nadia menghapus air matanya dengan tangan, lalu menatap lurus ke depan. "Aku sudah berjalan sejauh ini, Aku rela ninggalin kehidupan mewah di kota cuma buat bisa dapetin hati Azzam, bertahun-tahun aku belajar agar dia bisa melihat aku dengan benar, nyerah?hah gak. Aku gak akan nyerah!"

"Kalau cara baik-baik tidak mampu membuat Azzam menoleh ke arahku....masih banyak jalan yang lain yang bisa kutempuh," Nadia tersenyum miring.

Suasana berubah dingin, Nadia beranjak meninggalkan Rita dan Putri yang masih berdiri dengan raut khawatir.

......................

Di sisi lain Maya dan teman-temannya terlihat tengah berjoget ria diatas kasur asrama. Maya berdiri bak pemandu karaoke, dibeberapa sudut ruangan, kardus peredam suara terpasang.

"Come on baby!! kita berjogett riaa sebelumm waktu kelas datanggg!! yuhuuu!" Maya berteriak heboh.

Teman-temannya asik berjoget sembari memainkan lampu senter, seolah tengah berada di dalam ruangan diskotik.

"Ayooo May!!, sumpah ini seruu bangett, kayak diskotik versi religius," Rara meloncat senang.

Sinta yang biasanya kalem pun kalah dengan rayuan maut Maya. Ia dan Zahra justru terlihat paling bersemangat.

Dewi merangkul bahu Maya," Yashh baby!! makasih yaa hiburan ini tuh seruuu abisss."

Maya tersenyum lebar,"Ini adalah bentuk penghargaan karna tadi, gue sang santri teladan ini berhasil dipuji punya suara yang amazing pas tilawah, yuhuu."

Mereka kembali berteriak heboh sembari terus berjoget, walaupun tanpa sound yang keras hanya dari suara ketukan dan nada-nada sumbang.

Namun tanpa mereka sadari, suara heboh itu terdengar hingga keluar asrama. Membuat para santriwati yang lewat melirik penasaran.

Suara tawa dan teriakan riang dari dalam asrama membuat beberapa santriwati yang sedang lewat berhenti melangkah. Mereka saling pandang, menahan senyum dan bisik-bisik kecil.

“Eh itu… dari kamar siapa sih? Kok rame banget?” bisik salah satu santri.

“Kayaknya kamar Maya deh, si heboh sejagad pesantren itu,” jawab temannya dengan nada geli.

Tawa kembali terdengar, disertai suara Maya yang teriak,

“AYO SEMUAA!! LAST SONG SEBELUM WAKTU KELASS!!”

“YAA MAYAAA!!” sahut teman-temannya bersamaan, seolah konser mini sedang berlangsung di dalam asrama.

Namun, di luar kamar, langkah kaki seseorang terdengar semakin mendekat. Suara langkah itu berat, kasar, dan jelas.

BRAKKK....

Pintu dibuka secara kasar, Nadia masuk dengan wajah tegasnya. Di belakangnya Rita dan Putri berdiri sembari menyilangkan tangan di dada, menatap tajam ke arah Maya dan teman-temannya.

Sementara itu suasana kamar justru tengah chaos, bantal berserakan kardus-kardus berjajar di sudut dinding. Botol minuman menggelinding tepat ke arah kaki Nadia.

Nadia mendongak, menatap wajah-wajah yang kaku itu satu persatu. Lalu menginjak botol kosong itu dengan keras. Hingga menimbulkan derit keras yang membuat beberapa orang meringis ngeri.

Sinta, Zahra ,Rara dan Dewi maju dengan tergesa, mereka menunduk seolah merasa bersalah. Berbeda dengan Maya yang berjalan santai, wajahnya datar namun masih tersisa gaya tengilnya.

"Ini waktu istirahat, sebentar lagi waktu masuk kelas,kenapa kalian malah adakan konser dadakan begini," Nadia menatap tajam ke arah mereka, terutama tentu saja pada satu sosok yang kini tengah tersenyum santai.

Sinta gelagapan mereka semua amat menghormati kakak seniornya itu."Kak Nadia kita minta maaf, tadi kita hanya sedikit adakan hiburan,kita benar-benar minta maaf."

Nadia tersenyum miring, "Sinta kamu itu salah satu santriwati paling kalem dan hampir tidak memiliki catatan buruk sama sekali, begitu pula teman mu yang lain, kecuali kita semua tahu siapa yang patut disalahkan dalam hal ini," Nadia menatap Maya intens.

Rita berdecak,"Selama aku tinggal di pesantren ini,baru kali ini ada kejadian yang hampir membangunkan satu pesantren, semua orang sampai terganggu."

Maya melangkah maju, ia tersenyum tipis penuh percaya diri, "Sebelumnya saya sebagai bintang pesantren Nurul Hikmah memohon maaf yang sebesar-besarnya, ini hanya sedikit kecelakaan kecil, sebelumnya juga kita pernah adakan konser dadakan kok, ya cuman gak bocor keluar aja," Maya mencoba berbicara pelan.

Nadia maju ke hadapan Maya, jarak mereka hanya tersisa beberapa centi saja.

"Tampak nya perkiraan saya benar ya, sebelum kamu datang kedalam lingkungan ini, pesantren ini jauh lebih tenang, tapi kedatangan kamu seolah-olah memberikan kesan yang kurang baik, pesan saya cuma satu terserah kamu mau adakan konser apapun itu, tapi tolong jangan pengaruhi orang lain agar sama dengan kamu," Nadia tersenyum tipis.

Maya mengepalkan tangannya, hatinya terasa panas. “Maksud lo apa?!” suaranya meninggi, tapi matanya tak bisa menyembunyikan luka yang tiba-tiba terasa dalam.

Nadia memutar bola matanya malas. “Anak-anak di sini semuanya punya aturan. Jangan kotori hal itu dengan sikap norak dan berlebihan kamu! Kamu pikir saya gak tahu kalau kamu itu mantan anak yang punya hobi ke diskotik? Pantas aja sekarang kamu hasut orang lain disini.”

Beberapa santriwati di belakang Maya terperanjat. Zahra spontan menutup mulut, sementara Sinta menunduk cemas. Rara bahkan sempat menarik ujung gamis Maya, memberi isyarat agar ia menahan diri.

Tapi Maya tetap tegak. Matanya menatap lurus ke arah Nadia, dalam dan tajam.

“Nadia,” suaranya bergetar menahan emosi, “semua orang berhak berubah, kan? Atau… di pesantren ini cuma orang yang punya masa lalu sempurna aja yang layak dihormati?”

Suasana hening.

Rita dan Putri saling berpandangan, tak menyangka Maya berani menjawab sekeras itu.

Sebelum Nadia sempat menanggapi, suara langkah kaki terdengar dari koridor.

Suara langkah itu tenang, tapi penuh wibawa. Setiap hentakannya membuat semua orang spontan menegakkan tubuh.

Tak lama kemudian, sosok Azzam muncul di ambang pintu.

Jubah putihnya bergoyang ringan, wajahnya tampak tenang, tapi matanya langsung menangkap suasana tegang di dalam kamar.

“Assalamualaikum…” ucapnya pelan.

Namun semua diam. Tak ada yang berani menyahut.

Azzam mengernyit pelan, pandangannya bergeser dari tumpukan bantal di lantai, ke wajah-wajah santriwati yang masih membeku… hingga akhirnya berhenti di dua sosok yang berdiri berhadapan: Maya dan Nadia.

“Boleh saya tahu,” suaranya lembut namun menekan, “ada apa ini?”

Nadia buru-buru menunduk, mencoba mengatur ekspresi. “Maaf Ustadz,” katanya datar, “kami hanya menegur adik-adik yang sedikit terlalu ramai.”

Azzam mengangguk kecil, lalu pandangannya beralih ke Maya.

Maya menunduk, tapi jemarinya masih mengepal di sisi rok panjangnya. “Kami cuma… sedikit bersenang-senang, Ustadz. Tidak bermaksud mengganggu siapa pun.”

Azzam menatap keduanya lama.

Ada sesuatu di antara dua santriwatinya ini, sesuatu yang bukan sekadar salah paham kecil. Ia bisa merasakannya dari tatapan yang saling menghindar, dari nada suara yang terdengar terlalu berhati-hati.

“Kalau begitu,” ucap Azzam akhirnya, “sebaiknya semua kembali ke kamar masing-masing. Lima belas menit lagi waktu belajar dimulai.”

“Iya, Ustadz,” jawab mereka hampir bersamaan.

Nadia menunduk hormat, tapi sebelum pergi, ia sempat menatap Maya sekilas ,tajam, menusuk, tapi dibalut senyum manis.

Sementara Maya hanya diam, matanya menatap lantai, tapi dalam hatinya ada gelombang yang tak bisa dijelaskan ia marah, juga sedikit malu.

Azzam memperhatikan punggung keduanya bergantian, lalu menarik napas panjang.

Ada firasat aneh di dadanya.

Firasat bahwa apa pun yang baru saja terjadi… hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

.

.

✨️ Bersambung ✨️

1
Richboy I
semangat ka othor, ditunggu lanjutannya
Ayusekarrahayu: siappp makasihhh kakakk😍
total 1 replies
Hesty
bikin nadia ketauan thoor
Hesty
kalau bisa thoor jangan ada poligami... bikin nadia kena karmanya... dikeluarkandari pesantren
Ayusekarrahayu: siapp kakak masukan diterimaa😍🙏
total 1 replies
Rian Ardiansyah
di tunggu part selanjutnya kak👍
Ayusekarrahayu
Ayooo bacaa di jaminnn seruuu
Rian Ardiansyah
di tunggu kelanjutannya nyaa kak
Tachibana Daisuke
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Ayusekarrahayu: sudah up ya kak
total 1 replies
Rian Ardiansyah
wowww amazing
Rian Ardiansyah
ihh keren bngtttt,di tungguu kelanjutan nyaaaa kak😍
Ayusekarrahayu: makasiii😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!