NovelToon NovelToon
NOISY GIRL

NOISY GIRL

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:26.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ade Annisa

Ardian Rahaditya hanyalah seorang pemuda biasa, yang bercita-citakan kehidupan normal seperti anak bungsu pada umumnya.

Namun, kehadiran gadis berisik bernama Karina Larasati yang entah datang dari mana membuat hari-harinya dipenuhi dengan perdebatan.


"Bang Ar, ayodong buruan suka sama Karin."

"Gue udah punya pacar, lebih cantik lebih bohay."

"Semangat ya berantemnya, Karin doain biar cepet putus."

"Terserah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COBA TEBAK

Ardi membuka mata, dan orang pertama yang dia lihat di pagi ini adalah Karin, pemuda itu mengusap kedua matanya yang sedikit perih, kembali menatap gadis yang berlutut di samping ranjang dengan menopang dagu ke atas kasur.

 

 

"Selamat pagi," sapanya, "mau teh, kopi, susu, atau aku?" Tawarnya kemudian yang membuat Ardi tertawa pelan.

 

 

"Kalo mau kamu, boleh?" Goda pemuda itu yang juga membuat Karin tertawa.

 

 

"Bang, lari pagi yuk!" Ajak Karin.

 

 

Ardi berdecak, melirik luka di sikutnya yang masih terasa perih. "Gue lagi sakit gini, jangankan buat lari, jalan aja males," ucapnya kemudian terduduk, memeriksa luka di kaki yang perbannya sedikit berantakan.

 

 

Karin beranjak berdiri, gadis yang sudah siap dengan celana training dan sepatu itu berdecak kecewa. "Iya ya, lupa Karin."

 

 

"Lari aja sendiri sono."

 

 

Karin duduk di tepi ranjang, "lah masa lari sendirian, nggak enak dong nggak ada yang ngejar."

 

 

Ardi mencibir, "terus gue diajak suruh ngejar lo gitu, idih sory ya, sendal gue swallow, gampang putus."

 

 

Karin berdecih, melempar abangnya itu dengan bantal.

 

 

"Njiir koreng gue sakit, anak setan." Ardi jadi mengomel, saat lemparan bantal gadi itu mengenai lukanya. "Mendingan lo cuciin sepatu gue aja sana."

 

 

Karin yang sudah beranjak berdiri kemudian melengos, "ogah, ah, Karin mau lari pagi dulu, cuci mata cari yang bening-bening," ucapnya, setengah berlari ke arah pintu.

 

 

"Heh, anak setaan!"

 

 

Dengan sedikit tertatih, Ardi keluar kamar, duduk di sofa ruang keluarga. Hal yang paling dibenci dari luka adalah saat mulai mengering, apalagi di lutut dan sikut, sedikit bergerak, retak lagi dan perih.

 

 

Ardi mengernyit sakit, "tolong gantiin perban aku dong, Bu," pintanya pada sang ibu yang kebetulan lewat membawa sayuran dari luar rumah.

 

 

"Ibu mau masak, mbakmu aja, si kembar masih tidur kok." Sang ibu memberi usul.

 

 

Ardi berdecak. "Mbak Nena mah kasar, akunya dibejek-bejek."

 

 

Marlina kembali dari dapur dan membawa baskom untuk sayuran, sang ibu malah sibuk dengan bahan makanan daripada mengurusi anak bungsunya, Ardi jadi berdecak.

 

 

"Yaudah Karin aja," ucap Marlina yang kembali memberi usul, Ardi tidak menanggapi, mengingat anak itu tengah lari pagi mencari yang bening-bening katanya.

 

 

Ardi menoleh saat sang abang menduduki sofa di sebelahnya, pria itu menunjukkan plastik yang katanya berisi obat ampuh.

 

 

"Dijamin sekali semprot luka langsung kering," ucap Justin, persis tukang obat yang menawarkan barang dagangannya.

 

 

Ardi mengamati obat semprot di tangannya, "ah masa iya," ucapnya ragu. "Masa langsung sembuh?"

 

 

Justin mengangkat bahu, "ya nggak langsung juga sih, semaleman deh," ralatnya.

 

 

"Yaudah, makasih, Bang."

 

 

"Lukanya dibuka aja biar cepet kering."

 

 

"Iya."

 

 

"Jangan diminum ya, obat luar soalnya."

 

 

Ardi berdecak, "atulah, Bang. Tau ih."

 

 

Justin tertawa, "yaudah cepet sembuh," ucapnya kemudian beranjak pergi setelah menepak lutut sang adik.

 

 

"Sakit njiir." Ardi yang reflek menggerakkan kakinya jadi mengumpat dalam hati.

 

 

***

 

 

Karin yang baru pulang dari lari pagi yang malah menjadi korban penculikan ibu-ibu yang senam di sana, pulang dengan keringat yang mengucur lebih deras dari biasanya.

 

 

"Abang kemana, Bu?" Tanya Karin pada Marlina yang sibuk dengan penggorengan, gadis itu menuang air dingin ke dalam gelas kemudian meminumnya.

 

 

"Tadi sih ibu liat dia nenteng sepatu, lagi di belakang kali."

 

 

Karin mengangguk. "Yaudah Karin ke belakang dulu, Bu."

 

 

Setelah mendapat jawaban iya dari sang ibu, Karin mengambil sepatunya di rak tempat biasa, kemudian setengah berlari ke belakang rumah. Di sana abangnya duduk dengan sebelah kaki ditekuk, sedang kaki yang luka ia luruskan menjauhi percikan air, melihat itu Karin tersenyum.

 

 

"Aabang," sapanya sembari menaruh dua pasang sepatu di hadapan pemuda itu kemudian mencari bangku kecil untuk ia duduki.

 

 

Ardi melirik sekilas, kemudian kembali fokus pada busa-busa dan sepatu yang entah sebelah kanan atau kiri di tangannya itu. "Udah, nyari yang bening-beningnya?" Sindirnya.

 

 

Karin tersenyum, "Abang kenapa si, sensi banget, cemburu ya?" Tebaknya.

 

 

Ardi menghela napas, "kalo boleh jujur niyah, gue liat lo dicium nyamuk aja udah cemburu, apa lagi lo jalan sama yang bening-bening."

 

 

Karin jadi tertawa, entah sejak kapan pemuda di hadapannya ini jadi pandai berbicara. "Mana ada, tadi Karin malah dipaksa sama ibu-ibu buat mimpin senam."

 

 

"Emangnya lo bisa senam?"

 

 

"Bisa dong, eh tadi Karin ketemu sama Bang Edo, sama Mbak Nadia juga, kayaknya mereka pacaran ya, mesra gitu," ucap Karin mulai menyikat sepatunya sendiri berhadapan dengan abangnya.

 

 

Ardi mengangguk, "mereka emang udah jadian," ucapnya yang membuat gerakan tangan Karin yang menyikat sepatunya jadi terhenti.

 

 

"Kok cepet banget move on nya, putus sehari besoknya langsung jadian," ucap Karin yang diabaikan oleh abangnya. "Segitu mudahnya ya abang dilupain sama mantan."

 

 

Ardi berdecak, "dari awal yang dia suka itu emang bukan gue," ucapnya memberi alasan.

 

 

Karin ber oh tanpa suara. "Abang, tebak tebakan yuk," ucap Karin yang berpindah menyikat sepatu sebelah.

 

 

Ardi yang mulai menyiram sepatunya kemudian menjawab, "lagi males mikir," tolaknya.

 

 

"Ah, payah banget ih abang," ucap Karin kecewa.

 

 

Ardi yang melihat gadis di hadapannya cemberut kesal jadi tertawa pelan, "yaudah tebakan apa?" Tanyanya kemudian.

 

 

Karin tersenyum senang, "tebak ya, Bang. Bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam kulkas." Karin mulai memberi pertanyaan.

 

 

Tanpa berpikir pemuda di hadapannya itu menjawab, "ya nggak bisa lah, masa gajah masuk kulkas."

 

 

"Jadi nyerah nih?"

 

 

"Yaudah nyerah," tukas Ardi memisahkan sepatu yang sudah bersih di tempat kering.

 

 

Karin mencibir. "Cepet banget nyerahnya, katanya pinter," oloknya.

 

 

"Ya terus gimana cara memasukan gajah ke dalam kulkas coba?"

 

 

"Gampang, Bang. Tinggal buka kulkasnya, masukin gajahnya, terus tutup deh, masalah muat atau nggaknya kan nggak ditanyain."

 

 

Ardi tertawa pelan, "iya juga ya."

 

 

"Satu lagi, Bang, gampang deh yang ini mah nggak bisa jawab kebangetan."

 

 

"Apa?"

 

 

"Kalo pertanyaannya sama, jawabannya juga sama dong, sekarang bagaimana cara memasukan anjing ke dalam kulkas."

 

 

Ardi tersenyum yakin, "buka kulkasnya, masukin anjingnya terus tutup, gitu kan," jawabnya.

 

 

Karin yang sempat beranjak dari duduknya karena menjemur sepatu ke tempat yang panas kembali dan memberi jawaban. "Salah dong."

 

 

"Kok salah, kan pertanyaannya sama, tau

dah gue nyerah."

 

 

Karin tertawa, "yang bener tuh, buka kulkasnya, keluarin dulu gajahnya, kan nggak muat bang, abis itu masukin anjing terus tutup deh."

 

 

"Sialaan." Ardi jadi membanting sepatu di tangannya karena kesal.

 

 

"Satu lagi, Bang."

 

 

"Lo mulu, gue kapan ngasih tebakan," protes Ardi.

 

 

"Terakhir deh," janjinya, kemudian kembali berucap saat sang abang mengangguk. "Kalo menurut logika ya Bang, gajah sama anjing kalo lomba lari yang menang siapa?"

 

 

Kali ini Ardi mulai berpikir, "ini masih bersangkutan sama tebakan sebelumnya ya?" Tanyanya.

 

 

"Iya, masih berhubungan."

 

 

"Kalo gitu gue jawab gajah yang menang," ucap Ardi yakin.

 

 

Karin yang tampak terkejut kemudian menahan senyum, "kok abang tau, alasannya apa coba?"

 

 

"Kan anjingnya masih di dalem kulkas."

 

 

"Iih abang udah tau ya," tuduh Karin.

 

 

"Enggak, gue kan mikir. Gantian gue yang ngasih tebakan tapi harus dijawab, nggak boleh nyerah karena gue nggak bakalan ngasih tau jawabannya."

 

 

"Apa?"

 

 

"Ada satu laki-laki, dia punya satu ekor harimau dan satu ekor kambing, binatang yang udah dia rawat sejak masih kecil itu tumbuh jadi hewan yang penurut, saking nurutnya kalo kemana-mana pasti ngikutin dan keduanya nggak pernah di iket." Ardi mulai memberi tebakan yang malah membuat Karin mengernyit bingung, ini tebakan apa soal B Indonesia ya, panjang amat.

 

 

Demi untuk menyimak cerita sang abang, Karin sampai menghentikan kegiatannya," terus? "Tanyanya tidak sabaran.

 

 

"Pada suatu hari laki laki itu pergi ke hutan buat cari rumput, dan kambing sama harimaunya juga ikut, untuk sampai di hutan, dia harus menyebrang sungai dulu, tapi perahu yang ada hanya mampu menampung beban dua orang aja." Ardi memberi jeda, membiarkan gadis yang mengerutkan dahi di hadapannya itu mencerna kalimatnya.

 

 

"Terus?"

 

 

"Pertama dia sebrangin kambing dulu  pake perahu, setelah sampai di ujung, dia turunin kambingnya terus balik lagi, abis itu baru sebrangin harimaunya."

 

 

"Pas nyampe di ujung kambingnya ilang ya? Abang ngasih tebakan apa ceritain dongeng si," protes Karin.

 

 

"Ya nggak ilang, kan ceritanya kambingnya setia, jadi mau nungguin majikannya."

 

 

"Kenapa harus kambing, kenapa nggak anjing aja, lebih setia kan?"

 

 

Ardi menggaruk kepala, "dengerin dulu makanya."

 

 

"Yaudah iya."

 

 

"Nyampe mana tadi lah, gue lupa."

 

 

"Nyampe nyebrangin harimau bang," ucap Karin mengingatkan.

 

 

"Iya, terus mereka ke hutan deh, pas pulangnya tambah lagi satu beban sekarung rumput, hukum alamnya nih ya, senurut-nurutnya binatang, pasti kalau laper dan hanya ditinggal berdua dengan makanannya, pasti dimakan. Nah pertanyaannya, laki-laki itu harus nyebrangin apa dulu nih, biar rumput nggak dimakan kambing dan kambing juga nggak dimakan harimau?"

 

 

Karin mulai berpikir, lama hingga pemuda di hadapannya itu menegurnya.

 

 

"Ayo tebak," desak Ardi.

 

 

"Laki-laki itu sebrangin kambing dulu bang, rumputnya ditinggal sama harimau, kan harimau nggak makan rumput," jawabnya merasa benar.

 

 

"Terus abis itu?"

 

 

"Abis itu sebrangin harimaunya," jawab Karin mulai ragu.

 

 

"Pas balik lagi ngambil rumput kambingnya dimakan harimau dong."

 

 

"Iya, ya kambingnya iket dulu deh."

 

 

"Nggak bisa lah, kan nggak ada tali."

 

 

"Kalo nggak kambing sama harimaunya ajak pulang dulu, kandangin dirumah."

 

 

"Nggak bisa, Dek, kejauhan."

 

 

Karin mulai menggaruk rambut kepala, "nggak tau deh, Karin nyerah," ucapnya.

 

 

"Yaudah, itu Pr buat lo," ucap Ardi, kemudian beranjak pergi setelah mengacak rambut gadis itu.

 

 

"Eh, Bang, kasih tau dulu jawabannya, penasaran nih."

 

 

"Pr buat lo," teriak pemuda itu yang terdengar semakin jauh.

 

 

Karin kembali ke cucian sepatunya, kembali menyikat lagi sembari memikirkan mana dulu yang harus disebrangkan antara kambing harimau dan rumput, dia jadi pusing sendiri. "

 

 

Sepanjang siang di hari minggu itu, Karin terus mengekori abangnya dan meminta bocoran jawaban, namun pemuda itu tetap kekeh tidak memberi jawaban yang benar, Karin jadi curiga, jangan-jangan abangnya juga nggak tau.

 

 

"Jadi apa dulu nih, Bang, yang harus disebrangin?" Tanya Karin pada Justin yang kala itu tampak sibuk dengan laptopnya.

 

 

Justin mengerutkan dahi, berpikir. "Kamu mending tanyain laporan daftar aset perusahaan deh, abang bisa jawab."

 

 

Karin berdecak kesal, kemudian menghampiri Nena yang tengah kedatangan tamu di kamarnya, si kembar Nino Jino tampak sedang tidur.

 

 

"Jadi misal niyah, Bang Bule jadi kambing terus Mbak Lily jadi Harimau, dan Jino Nino jadi sekarung rumput, Mbak Nena harus sebrangin yang mana?"

 

 

"Aku tidak mau jadi kambing," protes William.

 

 

"Sebrangkan aku dulu deh, aku takut dimakan William."Lily memberi usul.

 

 

Karin menghela napas,"Mbak Lily kan harimau, nggak bakalan dimakan Bang Bule."

 

 

"Karin, masa Jino Nino cuman jadi sekarung rumput, dua karung dong, kan anaknya juga dua."

 

 

"Iiih!" Karin jadi kesal sendiri, kemudian berpamitan pergi tanpa menemukan jawabannya.

 

 

***

 

 

Senin pagi Ardi merasa lukanya sudah mulai mengering, bahkan sebagian ada yang mengelupas, obat dari abangnya ternyata ampuh juga.

Pemuda itu membuka pintu  dan terkejut dengan keberadaan Karin yang bersandar di dinding samping kamarnya, tampak menguap dan seragam yang sedikit berantakan, wajahnya juga sayu.

 

 

"Lo kenapa woy?" Tanya Ardi, menepuk pipi gadis di hadapannya pelan.

 

 

Karin menguap, "nggak bisa tidur, Bang. Mikirin mana dulu yang harus disebrangin."

 

 

Ardi tertawa. "Ya Allah, sampe segitunya, Dek."

 

 

"Kasih tau makanya."

 

 

"Yaudah ntar gue kasih tau, sekarang sarapan dulu, gue anterin lo sekolah," ucap Ardi, merangkulkan lengannya di pundak gadis itu dan menyeretnya ke meja makan.

 

 

**

 

 

Sesampainya di sekolah, Karin yang berniat meneruskan tidurnya sebelum jam pertama dimulai jadi terganggu dengan suara tawa Maya yang memekakan telinga.

 

 

"Lo kenapa sih, May?"

 

 

Maya menghentikan tawanya, mengusap sudut matanya yang berair, "ini gue baca cerita kanjeng ribet, lucu."

 

 

"Emang udah tayang?" Tanya Karin, seingatnya dia memang semalam mengirim episode terbaru di akun kanjeng ribet untuk cerita abal-abalnya.

 

 

"Iya, eh gue penasaran Rin mana dulu sih yang disebrangin, kambing apa harimau, aduuh untung gue tau elu ya, kalo nggak tau bisa mati penasaran gue."

 

 

Karin berdecak sebal, "justru gue nggak tau makanya gue bikin bahan cerita, sapa tau ada yang paham."

 

 

Maya melongo, "gimana ceritanya lo nulis tebakan tapi nggak tau jawabannya, wah minta dihujat netizen lo ya?"

 

 

Karin berdecak, "udah ada yang komen belum?" Tanyanya. "kita nyari jawaban dikomentar aja May."

 

***iklan***

 

 

Author: maaf agak lama, terus episode kali ini juga agak aneh, soalnya gue belum nemu konflik, dari pada nggak update gue kasih cerita ringan-ringan dulu deh.

 

 

Netizen: thor gue penasaran, yang mana dulu yang disebrangin.

 

 

Author: nanti kita tanya pembaca yang budimana aja kali ada yg tau.

 

 

Netizen: yang bisa jawab dapet hadiah nggak thor.

 

 

Author: nggak paling ucapan terimakasih doang

 

 

Netizen: halah males gue nebaknya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Nini
berkali kali ngulang baca cerita ini tetep aja seru dan bagus recommend banget dehhh pokoknya🫶
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
astaga nama grup macam apalah itu /Facepalm//Facepalm/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih ada ondel² marah nih kabur aja yukk 🏃🏃
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
bilang aja kamu cemburu ar tapi kamunya aja yang gak peka /Proud//Proud/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih karin mending kamu ga usah tau deh /Chuckle//Chuckle/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ya ampun ayo cepetan lari buru emakmu keluar arr /Facepalm//Facepalm/
fy
kira'' KK author masih nulis di noveltoon apa di KBM ajh yah?
Yo Zhibin❤️💞
Wuiiih..keren nih bajunya..🤔
Yo Zhibin❤️💞
So happy ending..see you 😘😘😘
Yo Zhibin❤️💞
Aih.. Jino Nino ga mau kalah sama Arka 😂😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Astaghfirullah..Jino kalimatnya..ampun dah..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Ya elah..bang Ar mah..ga ada bosen2 nya sama Candu 🤭🤭😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Karin yg ngidam..kenapa Q yg seneng liat minta ini itu nya..😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Q bakal ikutin terus cerita kamu thoor..😘👍👍
Yo Zhibin❤️💞
Yeee...tambah seru nih.. Thor..Q promoin di SW ya..😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yg lama di tunggu.. akhirnya gadis 2😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yes..terbaik Aldo 👍😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Baca di laman ini lebih seru..ketimbang di kolom sebelah yg butuh Coin😂😂 makasih kak adeannisa 😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
dasar somplak semuanya..ga Buronan mitoha.. author+ netizen jua..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Jiaaaah..ini bulan lagi honey moon konsepnya kalo rame2..😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!