Hari ini adalah hari pernikahan Almira dan Galang. Semua tamu sudah berkumpul di ruangan akad.
" Dimana pengantin laki-laki nya? Akad harus segera di mulai." Tanya pak penghulu pada Almira.
Almira tersentak diam. Masalahnya sudah hampir setengah jam dia duduk di sana sendiri. Namun Galang belum juga terlihat.
Almira menoleh ke kiri. Dia menatap wanita yang akan menjadi ibu mertuanya yang duduk tidak jauh darinya. Zora, mamanya Galang tersenyum getir sambil mengangguk pada Almira. Meminta Almira menunggu sebentar lagi.
Sebab sebelumnya Galang sudah mengirimkan pesan, bahwa dia tidak akan datang untuk menikahi Almira.
Almira yang mengetahui hal itu tidak bisa berkata apa pun. Dia hanya dengan airmata yang terus menetes membasahi pipi nya.
Tapi dengan tegas Aksa, Abang dari Galang melangkah maju dan mengatakan siap untuk menggantikan posisi Galang untuk menikahi Almira.
Mampukah Almira menerima pernikahan ini? Menikah dengan laki - laki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Kecewa
*****
Begitu sampai di rumah Hani. Mereka keluar dari mobil dan mendekati rumah Hani. Seorang anak kecil bermain di teras rumah.
" Assalamualaikum dek. Kak Hani nya ada?" Ucap Lian dengan sopan.
" Waalaikumsalam. Ada di dalam. Om om ini siapa ya?" Tanya anak yang berusia sekitar dua belas tahun.
" Kita teman nya kak Hani. Bisa kita bertemu dengan kak Hani nya?" Jawab Lian.
" Kak Hani nya lagi sakit. Tidak bisa jalan. Tapi sebentar biar saya panggil kan teman kak Hani juga. Ada teman nya juga di dalam yang menemani."
Anak perempuan yang memakai ikat rambut berwarna pink dengan baju kaos dan celana panjang itu pun masuk ke dalam rumah. Masuk ke dalam kamar Hani.
" Kak, ada yang mencari kakak di rumah. Om om tiga orang. Kata nya teman kak Hani." Ucap nya.
" Om om? Kakak mana punya teman om om deh." Hani tampak mengerut kan dahi nya karena bingung.
" Sudah kamu di sini saja. Biar mbak yang temui tamu ya." Kata Almira yang bangkit dari duduk nya.
" Kamu temani kak Hani di sini ya, sayang." Ucap Hani mengusap kepala adik perempuan Hani.
Dengan langkah mantap, Almira mendekati pintu. Napasnya tercekat ketika pintu itu terbuka, menampilkan sosok Lian yang berdiri tegap di hadapannya.
Mata Lian segera bersinar gembira saat melihat Almira, dan seulas senyum menghiasi bibirnya yang seakan mengatakan seribu kata tanpa suara.
" Mas Lian? Sedang apa di sini?" Tanya Almira heran.
Pandangan Almira bergeser ke samping, matanya tertumbuk pada sosok suaminya yang berdiri tak jauh darinya.
" Mas Aksa?" Gumam Almira.
Tatapan mereka saling terpaku sebelum Aksa melangkah menghampiri Almira.
" Kamu ngapain di sini?" Tanya Aksa keheranan.
" Harus nya Mira yang tanya mas. Mas Aksa sedang apa di sini? Mas mas ini lagi. Pada ngapain sih?" Almira balik bertanya.
Aksa merangkul bahu Almira mencoba meredakan kebingungan nya saat itu.
" Begini, sayang. Mereka teman mas di kantor. Tadi Lian minta kita temani ke sini. Kata nya dia ingin bertemu dengan Hani. Saya juga nggak tahu kalau kamu ada di sini, sayang." Jawab Aksa menjelaskan.
Almira menatap Lian.
" Mas Lian mau ketemu Hani?" Tanya Almira pada Lian.
Tetapi Lian hanya bisa terpaku, bibirnya terkatup rapat tanpa sepatah kata pun terucap.
Dadanya terasa sesak, nyaris tak bisa menghirup udara saat Aksa memanggil Almira dengan sebutan sayang, suara lembutnya menusuk ke dalam hati Lian.
Mendengar Aksa memanggil Almira dengan sebutan sayang, Lian sudah bisa menduga jika Almira adalah wanita yang sudah di nikahi Aksa, wanita yang ternyata juga telah mencuri hati Lian.
Hatinya hancur, luluh lantak menyaksikan kenyataan pahit ini terungkap di hadapannya.
*
*
*
Aksa masuk ke dalam rumah untuk bicara dengan Almira. Aksa tidak bisa membuat kan Almira larut dalam kebingungan nya sendiri.
Sedangkan Reno dan Lian berdiri di samping mobil.
" Itu dia perempuan nya?" Tanya Reno seolah bisa menebak situasi yang sesnag di hadapi Lian sekarang.
Lian mengangguk.
" Istri Aksa. Itu Almira, adik angkat Aksa yang sudah dia nikahi." Ucap Reno.
" Gue nggak tahu. Gue belum lihat bagaimana wajah adik angkat Aksa selama ini. Tapi... Bagaimana loe bisa tahu kalau itu adik angkat nya Aksa?" Lian menatap Reno dengan serius.
Sebab telah lama berteman dengan Aksa, Lian sama sekali tidak tahu bagaimana wajah Almira yang sudah menjadi bagian dari keluarga Rahardian selama ini.
" Gue pernah ketemu sekali waktu menghadiri acara di hotel De Rahardian. Dia itu Almira, istri nya Aksa." Jawab Reno dengna jujur.
Lian mengusap wajah nya kasar. Dia benar - benar dilema sekarang. Hati nya mulai berkecamuk.
" Dia tulang rusuk kiri gue. Perempuan yang sudah mengisi hari gue, Ren." Gumam Lian bersandar di mobil nya.
Reno jadi ikutan frustasi. Tak tahu lagi bagaimana harus menghadapi situasi nya sekarang.
" Loe mau kemana?" Tanya Reno saat Lian masuk ke dalam mobil.
" Gue mau pulang. Loe sama Aksa naik taksi aja ya ke hotel. Gue mau sendiri dulu." Jawab Lian melajukan mobil nya dengan kencang.
Reno membuang napas berat, menerjang dada seperti badai yang menderita. Bagaimana mungkin? Sahabat yabg selalu berbagi suka dan duka bisa menyukai satu wanita seperti Almira?
*
*
*
" Lian mana?" Tanya Aksa saat dia menyusul Reno keluar.
" Sudah pulang." Jawab Reno dengan lesu.
" Pulang? Terus kita pulang nya bagaimana? Naik apa?" Tanya Aksa lagi.
Reno menatap Aksa dengan geram.
" Loe masih mikirin kita pulang nya bagaimana? Loe nggak mikirin gimana perasaan Lian apa?" Sahut Reno dengan kesal.
" Perasaan Lian? Memang nya dia kenapa? Kenapa pulang sendiri? Nggak jadi ketemu sama Hani nya?" Tanya Aksa lagi heran.
Aksa masih belum mengerti dengan situasi yang mendera Lian dengan dia dan istri nya.
" Loe nggak ngerti apa pura - pura nggak ngerti sih? Selama ini Lian itu nggak pernah lihat bagaimana wajah Almira. Ini pertama kali nya dia melihat Almira. Dan mengetahui jika Almira itu adalah istri loe."
" Kenapa jadi di kait kan dengan Almira? Hubungan nya apa dengan Almira?"
Aksa benar - benar terlihat sangat bingung.
" Loe masih nggak ngerti juga?" Tanya Reno memastikan.
Aksa hanya menggeleng pelan.
" Gue juga nggak ngerti gimana cara jelasin nya sama loe. Udah lah. Gue mau pulang." Reno mengibaskan tangan nya dan berlalu dari hadapan Aksa.
" Loe pulang naik apa, Ren?"
" Naik taksi." Teriak Reno menjawab Aksa.
Aksa menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Dia juga belum bisa sadar jika tujuan Lian mencari Hani tadi untuk mencari informasi tentang wanita yang dia sukai, yang tidak lain adalah Almira.
*
*
*
Sepulang dari rumah Hani, Aksa dan Almira mampir ke sebuah restoran. Namun wajah Almira masih menunjukkan kekesalan nya pada Aksa yang belum menjelaskan kenapa dia dan teman - teman nya bisa berada di rumah Hani juga.
" Kamu mau makan apa?" Tanya Aksa.
" Mira nggak mau makan, mas. Nggak mood buat makan." Jawab Almira tanpa menatap Aksa.
" Ayo lah, Mira. Kamu harus makan, makan sedikit saja."
" Mas masih punya hutang penjelasan dengan Mira. Kenapa mas bisa ada di rumah Hani tadi?"
" Karena saya rindu dengan kamu." Jawab Aksa dengan tenang.
Almira melipat kedua tangan nya ke dada dan menatap Aksa dengan serius.
" Mas Aksa ke rumah Hani mencari Mira karena rindu dengan Almira? Yakin nggak ada alasan lain?" Tuduh Almira.
" Maaf, Almira. Lagian saya juga heran kenapa kamu ada di sana? Apa kamu mau menemui orang lain di sana? Selain Hani? Mungkin ingin bertemu dengan laki - laki?" Jawab Aksa.
" Bertemu dengan laki - laki?"
" Maaf."
" Sebenar nya apa yang mas Aksa pikir kan dengan Mira? Apa menurut mas Aksa Mira serendah itu? Semurah itu sampai harus menemui laki - laki laki lain di rumah Hani? Mas Aksa lupa kalau Almira ini istri mas Aksa? Tega - tega nya mas Aksa menuduh Mira seperti itu. Almira tahu mas batasan Mira dengan orang lain. Dan kalau Mira mau bermain dengan laki - laki lain, sudah sejak awal Mira minta pisah dari Mas Aksa. Atau mungkin sebaik nya kita tidak perlu menikah. Mas Aksa tidak usah mengganti kan Galang menikahi Mira. Ternyata seorang Aksa bisa mempunyai pikiran sekotor itu pada istri nya. " Ucap Almira mengeluarkan uneg - uneg kekesalan nya.
Aksa tersenyum menatap Almira karena mengakui dia sudah salah paham selama ini.
" Tega ya mas Aksa menuduh Mira seperti itu? Kenapa senyum? Ada yang lucu? Mira mau pulang. " Almira bangkit dari duduk nya dan langsung melangkah meninggalkan Aksa.
" Almira... Mira tunggu Mira." Panggil Aksa mengejar langkah Almira.
" Tunggu, Mira." Cegah Aksa mencapai tangan Almira.
Dengan cekatan Almira pun melepaskan pegangan tangan Aksa.
" Mira mau pulang." Ujar Almira.
Aksa membuang nafas nya dan mengangguk menatap Almira.
" Iya. Kita pulang." Jawab Aksa.
***
gimana menurut kalian dengan bab ini??? Aku jadi ikutan kacau kayak Lian...kebayang kan gimana sedih dan kecewanya Lian saat ini??? Komen yang banyak ya...