Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Dua Puluh Lima
***
Hari yang di tunggu-tunggu Raka, dimana hari ini akan melakukan sidang hasil skripsi nya. sudah pasti jantungnya berdegup begitu kencang, rasa takut terus menghantuinya dari kemarin. bahkan semalam ia sudah tidur.
“Makin dingin aja tangan lo.” ucap El, sengaja memegang tangan Raka.
“Makin gugup Gue.” balas Raka.
“Banyak-banyak doa sama tuhan.” ucap Fahri.
Keduanya dengan setia menemani Raka, tak lama kemudian nama Raka di panggil. Sebelum masuk, Raka berdoa terlebih dahulu.
Setelah hampir dua jam, Akhirnya Raka bisa bernapas dengan lega saat keluar dari ruangan tersebut.
“Duduk dulu sini.” ucap El. tak lupa ia memberikan Raka minum.
“Puji tuhan, semuanya lancar.” ucap Raka.
“Selamat Bro, Gue juga ikut deg-degan.” kekeh El.
Mereka satu persatu mengucapkan selamat kepada Raka, dan tak lupa Raka juga mendapatkan banyak hadiah.
Tari baru datang, ia membawa buket bunga dengan di tengahnya ada boneka.
“Bang, selamat ya. Ini ada titipan dari Nadine.”
Raka menerima Buket tersebut, ia melihatnya ternyata ada kartu ucapannya tapi didalam amplop kecil.
“Thanks.” ucapnya dan di balas oleh Tari hanya menganggukkan kepalanya.
“Kalau gitu Gue pamit ya.”
“Eh tunggu dulu, mending ikut makan-makan.” cegah El menahan tangan Tari.
“Terima kasih ajakan nya, tapi sorry Gue nggak bisa ikut soalnya harus ke toko nya Nadine.” tolak Tari. Setelah itu ia kembali pamitan.
Tari memang sudah berkerja di toko roti milik Nadine, ia juga sudah memberitahu orang tuanya dam beruntungnya tidak ada larangan.
mungkin kerjanya tidak akan lama, soalnya di semester depan Tari dan Nadine akan mulai magang. Mereka sudah memutuskan akan megang di sebuah restoran.
.
Raka, Fahri dan El sudah berada di salah satu Restoran dekat kampus. Raka yang mentelaktir Mereka sebagai rasa syukur karena ia sudah berhasil melewati masa-masa skripsi.
Tak lupa, Raka juga akan mentelaktir para pekerja di bengkelnya. Tidak banyak hanya ada sekitar tiga orang, itu juga dengan Fahri.
“Gue sempat liat story nya Nadine, kayaknya seru juga ke Gunung.” ucap El.
“Kapan-kapan Gue juga mau ah ngedaki.” lanjut El.
“Kayak kuat aja lo.” ucap Raka.
“Wah ngeremehin, Gue kuat lah. Kalau nggak percaya kita bertiga harus pergi bareng-bareng.” balas El.
“Langsung ke Rinjani lebih seru.” kekeh Fahri.
El langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Oh tentu tidak mau, Gue masih pengen hidup lebih lama lagi. ke gunung Gede-Pangrango lebih cocok untuk pemula kayak Gue.” ucap El.
“Atur aja lah Kalau memang mau, atau tanya-tanya dulu nanti ke Nadine.” ucap Raka.
“Mau Gue yang tanya atau Lo?” Tanya El.
“Gue aja.”
Dua orang pelayan datang ke meja mereka membawa beberapa makanan yang sudah mereka pesan tadi.
Obrolan mereka terhenti sejenak, setelah dua pelayan tersebut pergi. Mereka melanjutkan obrolan nya sambil makan.
“Tadinya Ibu mau masak banyak buat kita, tapi nggak jadi.” ucap Raka.
“Kenapa?” tanya Fahri.
“Tiba-tiba bokap ada kerjaan ke Surabaya, terus Ibu katanya harus ikut.” jawab Raka.
“Gue lihat-lihat orang tua Lo, yang lebih kecintaan itu bokap lo.” ucap El.
“Memang, sekarang setiap ada acara sama para kliennya. Pasti Ibu harus ikut, kalau bisa Gue sama Nadine juga harus ikut. Bilangnya sih mau pamer.” balas Raka.
“Gue sih yakin, Bokap Lo itu mau pamer nya ke bokap Tiri lo.” ucap Fahri.
“Nah, kayaknya iya. kalau Pak Leo bilang ada undangan, pasti selalu tanya Pria itu.” ucap Raka.
“Berarti kalau datang nih ya, nyokap Lo juga pasti ada dong.” ucap El.
Raka mengangkat bahunya acuh. “Mungkin.”
“Kalau kata Gue sih, mending nanti kalau Bokap Lo ngajak Lo sama Nadine lagi. mending ikut, kalau Lo ketemu sama nyokap Lo, Lo bisa tunjukkin kalau hidup Lo baik-baik saja tanpa dia.” saran Fahri.
“Betul tuh, Gue setuju sama saran nya.” ucap El.
Raka menghela napasnya. “Ya, nanti Gue coba ikut.”
*
Dua hari kemudian, Nadine sudah berada di Apartemen nya. Ia baru pulang kemarin Sore dan sekarang tiba-tiba saja badan nya terasa demam.
Nadine tidak memberitahu Ibu nya, takut kena omel dan berujung nanti tidak di perbolehkan lagi mendaki.
“Aduh udah lama nggak demam, eh sekarang malah ngerasain lagi.” gumam Nadine. Mana hidung nya susah bernapas lagi karena Flu.
Waktu di Gunung sempat turun hujan, dan itu saat mau turun. Ia tidak sempat memakai jas hujan nya, karena terlalu cepat turun Hujan nya.
“Badan Gue lemas banget, mana lapar lagi.”
Nadine berusaha mengambil ponsel nya, ia memesan makanan lewat aplikasi.
“Apa Gue suruh Tari aja ya nginap disini?” ucapnya pelan.
Nadine mengirimkan pesan kepada Tari, dan mengatakan sedang sakit juga.
Kepalanya terasa berat, tapi ia harus keluar kamar untuk mengambil makanan nya. Dari tadi terdengar suara Bel.
Cklek
Yang tadinya Matanya malas terbuka, kini malah terbuka lebar saat melihat siapa yang sedang berdiri di depannya.
Ia mengucek matanya, ternyata matanya tidak salah kalau di hadapan nya sekarang itu Raka.
Tanpa menunggu Nadine bicara, Raka masuk sambil mendorong sedikit tubuh Nadine agar ikut masuk. Ia mendudukkan Nadine di Sofa ruang tamu.
“Abang mau ngapain kesini?” Tanya Nadine.
“Jenguk kamu, kan tadi kamu kirim pesan nyuruh kesini kerena lagi sakit. Terus ini tadi ada yang antar makanan, udah Abang bayar” jawab Raka.
Nadine mengerjap-ngerjapkan Matanya, “Aku nggak kirim Abang Chat, tadi cuma ke Tari doang.”
"Coba lihat hp kamu.” titah Raka. sudah membuka makanan yang tadi Nadine pesan.
Nadine, ia segera mengecek ponselnya. Ia terkejut ternyata salah kirim malah ke no Raka.
“Makan dulu, Aaa...”
Raka menyuapi Nadine, Nadine tidak menolak dan menerima setiap suapan yang di berikan Raka. Walaupun saat mengunyah nya lidahnya terasa pahit dan makanan nya terasa hambar, tapi Nadine berusaha untuk memakan nya agar badan nya tidak lemas.
“Jangan kasih tahu Ibu.” ucap Nadine.
“Nggak akan, tapi kalau Ibu tiba-tiba datang kesini ya Abang nggak bisa bohong.”
“Obat nya ada nggak? atau mau ke dokter?” tanya Raka.
“Ada di atas nakas kamar.”
Raka berdiri dan berjalan ke kamar Nadine untuk mengambilkan Obat. Tak lama kemudian ia sudah kembali dan meminta Nadine untuk meminum obatnya.
“Ayok ke kamar lagi, di tidurin biar keluar keringat.” Raka membantu Nadine berdiri.
Sesampainya di kamar, Nadine merebahkan tubuhnya. Raka tidak keluar, malah ia duduk di pinggiran ranjang.
“Abang boleh pulang.” gumam Nadine sudah mulai memejamkan matanya.
Raka tidak menjawab, ia tetap diam disana memperhatikan wajah Nadine. Mana tega ia pulang meninggalkan Nadine yang sedang sakit.