NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Doa Makan

Marti meletakan semangkuk nasi di atas meja yang telah ditemani oleh berbagai jenis lauk pauk hasil dari masakan anak-anaknya.

Menu makan malam hari ini adalah ikan goreng buatan Pradu, sambal cabe buatan Pratama dan Pralim serta sayur tumis kangkung buatan Pranam dan Praga. Prapat bagaimana? Yap, dia yang menyediakan alat makan di atas meja.

Incces? Jangankan mendapat giliran tugas memasak bahkan namanya tidak ada pada jadwal pekerjaan rumah.

Semua sudah siap. Mereka semua duduk di kursi makan masing-masing dengan piring yang sudah Prapat susun serapi mungkin.

Makan malam adalah adegan yang paling disukai oleh Pratama. Matanya sudah berbinar-binar tak sabar untuk mengambil nasi yang kini sendoknya masih dipegang oleh Marti.

Ketika sendok itu sudah lepas dari tangan Marti dengan cepat Pratama menggerakkan tangannya berniat untuk mengambil sendok itu tapi Praga sudah lebih dulu mengambilnya.

Pratama melirik tak suka dengan wajah cemberutnya menatap Praga yang menatapnya dengan tajam.

"Gue dulu," ujarnya lalu menyendok nasi membuat Pratama cemas sendiri, ia takut kehabisan nasi. Perutnya sudah keroncong sejak tadi.

Abdul menggelengkan kepalanya menatap semua anaknya satu persatu yang sibuk dengan piringnya masing-masing namun, ada satu anak yang tidak mau berebut lauk. Yap dia adalah Pralim yang memilih diam sambil menunggu semuanya selesai mengambil lauk.

"Praga!" tegur Marti membuat Praga yang mengangkat piring berisi ikan goreng itu saat Pratama meraung meminta sambil tangannya yang berusaha menggapai. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada menjahili saudara gendutnya itu apalagi yang berkaitan dengan makanan.

Praga menghela nafas lalu akhirnya mengalah. Ia meletakkan piring Ikan itu ke meja membuat Pratama cepat menerbangkan ikan itu ke piring yang nasinya sudah menggunung.

Pratama menjilat bibirnya yang sudah tak sabar untuk mengunyah habis makanan yang ada di depannya. Tangannya bergerak seakan siap untuk menerkam.

"Ehm ehm!" tegur Marti membuat ia menoleh menatap semua orang yang sedang menatapnya dengan tangan yang menengadah berniat untuk membaca doa.

Pratama tersenyum. Menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Baca doa!" pinta Marti membuat semua anaknya saling menatap satu sama lain.

Semuanya diam. Sunyi tak ada ada yang mewakili membaca doa.

Marti menggerakkan kedua matanya melirik menatap anaknya yang masih saling memandangi satu sama lain.

"Praga!"

Kedua mata Praga membulat. Ia terkejut bukan main. Menoleh menatap Marti dengan tatapan tak menyangka.

"Ayo baca doa!" suruhnya lagi.

Praga meneguk salivanya. Andai saja ia tidak ikut makan malam. Ia tidak perlu terjebak dalam doa makan.

Pranam melipat bibirnya ke dalam berusaha menahan tawa yang siap untuk meledak kapan saja. Ekspresi abangnya itu cukup menggelitik perut.

Praga menatap Mamanya itu dengan tatapan nanar. Tapi Marti tak peduli. Ia tetap memberikan kode pada Praga agar memulai membaca doa.

"Tapi kenapa harus Praga sih, Ma?"

"Soalnya ini momen langka. Udah beberapa bulan kamu nggak makan malam sama-sama kita di rumah jadi sekarang giliran kamu."

"Betul," sahut Pranam menyepakati membuat Praga melirik tajam.

"Ikut campur lo. Mending lo aja yang baca doa!"

"Lah, Mama maunya Abang yang baca doa," bela Pranam.

"Tapi gue-"

"Pragaaa!"

Praga menghela nafas panjang saat Marti menyebut namanya dengan kalimat yang panjang. Praga terdiam sejenak seakan memikirkan sesuatu lalu tak berselang lama ia mulai mengangkat kedua tangannya menengadah ke atas.

Sunyi dan sepi, tak ada diantara mereka yang bicara selain menunggu Praga memimpin doa.

"Baiklah sebelum kita makan malam ada kalanya kita berdoa."

Praga terdiam sejenak. Ia menggerakkan kepalanya menatap saudara dan saudarinya yang juga ikut menatap Praga. Praga kembali tertunduk berniat untuk melanjutkan kalimatnya.

"Doa dipimpin oleh Pranam."

Pranam yang mendengar namanya disebut langsung menoleh menatap Praga yang masih terdiam sambil menunduk menahan tawa. Kedua mata Pranam membulat sempurna. Bagaimana bisa doa makan itu malah dialihkan kepadanya. Ia terkejut bukan main.

"Baiklah karena makan malam kemarin saya yang memimpin doa maka malam ini pembacaan doa akan saya alihkan ke abang saya yang gendut."

Pratama yang sejak tadi menatap nanar pada nasi yang ia cubit sedikit demi sedikit lalu memakannya secara diam-diam. Ia menatap Pranam yang menutup mulutnya dengan ujung leher bajunya berusaha menahan tawa.

Ia menunduk sambil memejamkan kedua matanya. Tak berani menatap ekspresi wajah Pratama yang sudah terbayang bagaimana lucunya.

Praga menyikut tubuh gendut Pratama membuat pria gendut itu menoleh.

"Baca doa!"

"Saya?"

"Lah? Lo pikir yang paling gendut di antara kita semua siapa?"

Pratama mendecapkan bibirnya. Saat adegan makan malam pun harus ada yang membahas tentang tubuhnya yang gendut.

"Baiklah berhubung karena saya sudah kelaparan dan saya sudah lemas jadi saya tidak bisa membaca doa maka doa makan akan saya alihkan pada adik saya, Prapat."

"Innalilahi," sahut Prapat yang tak menyangka.

Pranam melepaskan tawanya yang cekikikan. Cukup, ia sudah tidak tahan lagi dengan hal jenaka ini. Semuanya ikut tertawa membuat ruang makan itu penuh dengan tawa.

Pradu yang sejak tadi menjadi saksi pengoperan doa ini menghempaskan tubuhnya ke kursi sambil memegang perutnya yang sudah sakit. Sebenarnya ia sudah sejak tadi menahan tawa saat pengoperan doa dari Praga ke Pranam.

Lalu bagaimana dengan Pralim? Yap, si pria sedingin es batu itu juga ikut tertawa tapi tak sekeras Pranam yang melepasnya tanpa beban. Suara khas tawanya itu memancing anggota keluarga itu untuk ikut tertawa.

Akhirnya doa makan itu dipimpin oleh Prapat. Pria itu memang selalu menjadi sasaran dalam pengoperan pembacaan doa makan.

Marti menyuapi Incces, putri kesayangannya yang sengaja duduk di sampingnya. Ia ingin selalu dekat dengan anak perempuan satu-satunya itu.

Apalagi jika makan ikan goreng. Marti trauma karena setahun yang lalu Incces makan ikan bakar yang membuatnya tertusuk duri ikan jadi Marti yang harus memisahkan daging dengan tulangnya sendiri. Ia tidak mau kejadian itu terulang lagi.

"Mau ikan lagi?"

Incces menggelengkan kepalanya.

"Sayur?"

Incces mengangguk. Mulutnya penuh dengan nasi hingga tidak bisa menjawab dengan suara. Anak perempuannya itu memang dimanjakan oleh Marti.

Bagaimana dengan ke-enam anak laki-lakinya itu? Ya, mereka sama sekali tidak merasa iri karena mereka sudah terbiasa sejak kecil. Sikap membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka sehingga mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi pula mereka semua juga menyayangi adik perempuannya yang hanya satu.

Makan malam telah usai piring dan alat makan lainnya dimasukkan ke dalam wadah besar agar nantinya memudahkan mereka untuk membawanya ke wastafel.

Pranam menopang pinggang sambil mendongak menatap kertas lebar yang terpampang di permukaan dinding. Ia tersenyum bahagia. Kertas itu berisi daftar pembagian tugas rumah seperti cuci piring, menyapu mencuci baju, mengepel dan masih banyak lagi.

"Yang cuci piring malam ini abang Praga!"

Praga yang sedang mengkorek giginya itu dengan jari telunjuknya sembari duduk santai dengan kaki kanannya yang sengaja dinaikkan ke kursi itu dibuat terkejut.

"Hah? Siapa yang bilang?"

"Lah ini namanya!" tunjuknya pada permukaan kertas membuat Praga bangkit mendekat.

Praga menepuk jidat. Bisa-bisanya ia kena giliran malam ini.

1
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
balabulu
semangat Thor up. ya kalau perlu dobel deh yah 🥹
balabulu
kasian kamu Prapat nasip punya kembaran
balabulu
aduh kasian praga semangat Thor up nya
balabulu
next thoorrr heheh seruh niii
Salju
next thoor
Salju
Pratama jadi anak pemalas nh
Salju
Next thoor
Seru juga bacanya
Salju
kasian banget si kabo tapi lucu
Salju
si pradu jadi bahan resep hahaha
Salju
Pokoknya aku pilih pralim hahaha anak marti yg pling ganteng
Salju
Anaknya ada yang kembar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!