NovelToon NovelToon
Once Mine

Once Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Romansa / Slice of Life / Dark Romance
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Just_Loa

Sara Elowen, pemilik butik eksklusif di Paris, hidup dalam ketenangan semu setelah meninggalkan suaminya-pria yang hanya ia nikahi karena perjanjian.

Nicko Armano Velmier bukan pria biasa. Ia adalah pewaris dingin dari keluarga penguasa industri, pria yang tak pernah benar-benar hadir... sampai malam itu.

Di apartemen yang seharusnya aman, suara langkah itu kembali.
Dan Sara tahu-masa lalu yang ia kubur perlahan datang mengetuk pintu.

Sebuah pernikahan kontrak, rahasia yang lebih dalam dari sekadar kesepakatan, dan cinta yang mungkin... tak pernah mati.

"Apa ini hanya soal kontrak... atau ada hal lain yang belum kau katakan?"

Dark romance. Obsesif. Rahasia. Dan dua jiwa yang terikat oleh takdir yang tak pernah mereka pilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just_Loa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Silent Claim

Sara berdiri di depan cermin, merapikan scarf Dior berwarna gading yang melingkar di lehernya. Rambut hitam kecokelatan digerai longgar, sebagian membingkai wajah pucat yang tetap memancarkan elegansi tanpa usaha.

Blazer taupe di atas kaus hitam ketat, dipadu celana panjang hitam, memberi siluet smart dan clean, penampilan seorang wanita yang berusaha tetap tegar di tengah kekacauan hidupnya.

Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Nicko, ia akhirnya memutuskan untuk mulai turun tangan ke butik yang belum rampung. Tadi pagi, panggilan dari sang Mama mengisi ruang hatinya yang sunyi dengan sedikit rasa, bukan kehangatan utuh, tapi cukup untuk jadi suntikan kecil keberanian.

Yah, meski semua ini terasa seperti paksaan yang dibungkus manis... Sara tetap menyukai apa yang telah diatur pria itu. Walau tak sepenuhnya ingin mengakuinya.

Mungkin saja dengan ini ia bisa menemukan celah untuk pergi dari pria itu.

Setelah memantapkan hati, ia melangkah keluar kamar. Sofia sudah menunggunya di ruang makan bawah.

"Selamat pagi, Nona Sara. Sarapan?" tawar Sofia lembut.

Sara menggeleng pelan. “Sudah. Aku sempat makan greek yogurt tadi pagi,” ucapnya pendek, tersenyum sopan.

Ia lalu berjalan ke lift. Tangannya menenteng tablet kecil, jemarinya sibuk membuka beberapa catatan arsitektural. Saat lift terbuka ke lantai basement, Rafael sudah berdiri di sana, berdasi sempurna dengan sikap tenang seperti biasa.

“Mobil siap, Nona,” ujarnya.

Sara mengangguk, melangkah mendekat. Tapi saat ia membuka pintu belakang dan bersiap masuk ke dalam, tubuhnya mendadak kaku.

Ada seseorang di dalam.

Sosok pria bertubuh tegap, mengenakan kemeja hitam dan celana gelap, duduk dengan siku bertumpu di lutut dan kepala sedikit menoleh ke luar jendela. Tapi kini, tatapannya tertuju padanya.

Nicko.

Mata mereka bertemu. Sekilas.

Tapi cukup untuk membuat Sara mematung di tempat.

Wajahnya yang tadi tenang mendadak memucat.

Jantungnya berdetak terlalu cepat.

Tapi anehnya, pria itu justru terlihat seperti... terpukau. Seolah ada yang baru dari istrinya pagi ini, sesuatu yang membuatnya sedikit terdiam, sebelum akhirnya kembali pada wajahnya yang dingin dan mendominasi.

Dan untuk pertama kalinya, Sara melihat wajah itu dengan jelas.

Tak ada lagi kabut. Tak ada potongan samar yang hilang.

Itu dia.

Sosok yang selama ini menghantui pikirannya, menghancurkan hidupnya, dan membentuk dinding yang tak pernah berhasil ia lewati.

Ia ingin lari.

Namun tangan besar itu lebih dulu meraih pergelangan tangannya.

“Masuklah,” ucap Nicko, tenang tapi tegas. Suaranya dalam, seperti bisikan yang tak bisa ditolak.

Genggamannya tidak kasar, tapi kuat. Sara menatapnya sejenak, menarik napas dalam, lalu melepaskan tangan itu sebelum akhirnya duduk, sedikit menjauh, membalikkan tubuh dan wajah ke arah jendela. Bahunya menegang.

Ia tak ingin bicara. Tak ingin menoleh.

Tangannya perlahan meremas tablet kecil yang ia bawa. Getaran halus mulai muncul dari ujung jarinya. Dan meskipun ia berusaha tenang, tubuhnya berbicara lain.

Nicko masih menatapnya. Dalam diam, ia memperhatikan gerakan kecil dan tubuh Sara yang mulai gelisah.

“Masih takut padaku?” tanyanya datar, tapi bibirnya melengkung samar.

Sara tetap diam.

"Butuh pelukan untuk menenangkan dirimu?” lanjutnya, nada suaranya berubah. Kini menggoda dan sedikit licik.

Kepala Sara menoleh sedikit, tapi hanya untuk menghela napas kasar. Ia masih menahan diri.

“Jangan mulai, Nicko”

Nicko tertawa pelan, nyaris seperti desahan.

“Lama tak mendengar kau memanggil namaku,” katanya pelan. “Dulu, kau hanya menyebutku ‘dia’ atau ‘pria itu’.”

Sara tak menjawab. Tapi rahangnya mengeras.

Nicko menoleh ke arahnya, sepenuhnya kini.

“Kau tampak berbeda hari ini, Sara,” ucapnya, suaranya kembali tenang. “Kau lebih hidup.”

Kata-kata itu membuat Sara menoleh perlahan, hanya sedikit, menatap mata pria itu.

“Ya. Karena aku tak lagi lupa siapa kau sebenarnya,” katanya pelan, seperti berbisik.

Senyum Nicko memudar sejenak, tapi ia cepat menutupinya.

“Bagus,” bisiknya. “Artinya aku masih tertanam cukup dalam di kepalamu.”

Sara kembali berpaling, menahan gejolak emosi yang mulai menggumpal di dadanya. Ia tak tahu mana yang lebih menakutkan, trauma masa lalu, atau kenyataan bahwa pria itu, yang kini nyata di hadapannya, masih bisa membuat dunianya bergetar.

Ia melirik ke arah Sara.

“Kau tidak bertanya kenapa aku ada di mobil ini?” suaranya mengiris diam.

Sara mengalihkan pandangan ke luar jendela, dagunya terangkat tipis seperti menahan diri agar tak retak di hadapan pria itu.

“Aku tidak punya hak untuk bertanya apa pun padamu.”

Nicko mengangkat alis. “Tapi kau masih punya mulut untuk bicara.”

Sara menoleh sekilas. “Dan kau masih punya kebiasaan menyulut sesuatu yang kau tahu bisa membakar.”

Senyum di sudut bibir Nicko muncul, kecil namun menusuk. “Kau suka main api sejak dulu, Sara. Hanya saja... kali ini kau bermain di kandangku.”

Genggaman tangannya perlahan menyentuh lengan kursinya, seolah menahan sesuatu yang tak ia lepaskan. Matanya belum beralih dari wanita di sampingnya.

“Kau terlalu tenang hari ini. Apakah itu karena tempat yang akan kau kunjungi… atau karena aku di sini bersamamu?”

Sara menutup mata sejenak, menahan napas. “Diamlah. Kalau kau ingin menyiksaku dengan kehadiranmu, kau berhasil.”

Nicko tidak tertawa. Justru kepalanya sedikit menoleh, suaranya menurun. “Salah. Aku tidak pernah ingin menyiksamu.”

Lalu ia mendekat perlahan, suaranya nyaris seperti bisikan di antara napas.

“Tapi aku ingin kau merasa… kehadiranku.”

Jarak mereka begitu dekat lagi. Sara menahan diri untuk tidak mundur. Wajahnya tetap diam, tapi matanya bergetar.

Beberapa detik, keduanya hanya saling menatap.

Hingga akhirnya Nicko memalingkan wajah lebih dulu, kembali bersandar dan menutup mata seperti tak terjadi apa-apa.

“Tapi tenang saja,” katanya datar. “Hari ini aku baik. Aku hanya akan menontonmu bekerja. Melihat bagaimana wanita yang kupilih membangun tempat impiannya.”

Ia membuka mata dan menoleh sekilas. “Karena aku juga ingin tahu... seperti apa tampaknya, ketika mimpi seseorang... kutaruh tepat di telapak tanganku.”

Sara tak menjawab.

Karena di kepalanya, kalimat itu… tak terdengar seperti hadiah.

Tapi seperti ancaman yang dibungkus dengan pita.

...----------------...

Mobil berhenti perlahan di depan sebuah bangunan modern dengan facade kaca dan beton warna krem. Cahaya menyentuh garis-garis arsitektur yang bersih, tegas, dan anggun, menampilkan butik itu sebagai bagian dari lanskap kota yang bergengsi, namun tetap berbeda dan elegan.

Di sisi kanan pintu masuk, sebuah kursi besi berlapis kayu berdiri sendiri, sederhana namun artistik, seperti dipilih dengan cermat agar menyatu dengan estetika bangunan. Di sebelahnya, sebuah pot besar berwarna abu terang menampung tanaman zaitun kecil, ranting-rantingnya ramping dan anggun, memberi kesan mediterania yang tenang sekaligus mewah.

Sara turun dengan langkah ragu, matanya terpaku pada bentuk akhir bangunan yang sebelumnya hanya ia lihat dalam sketsa dan dokumen. Tapi kenyataannya... lebih indah. Lebih hidup.

Dan entah bagaimana, terasa lebih seperti dirinya sendiri.

Nicko menoleh sebentar ke arah Matheus, memberi isyarat tak kentara.

Pria tinggi bersetelan gelap itu langsung mendekat, menunduk sedikit dan membisikkan sesuatu yang tak terdengar oleh Sara, tapi cukup untuk membuat dahi Nicko mengerut pelan.

Sara melihat itu, tapi memilih tak peduli. Dengan gerakan tenang ia melangkah menuju pintu depan butik.

Pintu otomatis bergeser membuka, mengeluarkan bunyi mekanik lembut yang menyambutnya seperti bisikan, lalu membawanya masuk ke dalam dunia yang terasa asing sekaligus akrab.

Di dalam, ruangan mulai hidup. Beberapa staf sibuk menyusun rak, sebagian lainnya berdiri sambil mencocokkan data di clipboard. Cahaya putih keemasan memantul di dinding marmer pucat, mengilapkan nama “Solea” yang terpasang elegan di belakang konter utama.

Namun seketika, semua gerakan berhenti saat sosok Sara muncul di ambang pintu.

Sunyi.

Beberapa pasang mata saling melirik, seolah mengkonfirmasi: Itu dia.

Lalu salah satu dari mereka, seorang wanita muda dengan gaya chic dan rambut dikepang rapi, manajer proyek bernama Emeline Varniel melangkah maju.

“Selamat datang, Nona Elowen,” ucapnya ramah, suaranya terdengar jelas dalam keheningan.

Sara membalas dengan senyum kecil dan anggukan ringan.

Tatapannya bergerak perlahan, menyapu ruangan. Ke setiap detail desain yang dulu hanya hidup dalam sketsa dan mimpi, dan kini berdiri nyata di hadapannya.

Terlalu nyata.

Sementara itu, dari balik kaca jendela besar yang membingkai fasad depan butik, Nicko masih berdiri. Tubuhnya tegap, satu tangan menyelip di saku celana, satu lagi menggenggam rokok yang kini tinggal separuh. Ia tak bergeming.

Matheus masih berbicara, kali ini dengan nada yang lebih serius, pandangannya sesekali mengarah ke dalam butik.

Namun Nicko tetap diam, mendengarkan.

Wajahnya tampak tenang dan dingin.

Tapi matanya tajam, fokus memancarkan sesuatu yang lebih dari sekadar pengawasan.

Itu bukan tatapan pria yang membangun sesuatu untuk dipamerkan.

Itu adalah tatapan seseorang yang membangun sesuatu...untuk dimiliki.

Sepenuhnya.

1
Mar Lina
akhirnya
pelan" akan terobati...
kasihan Nick selalu bermain solo
karena ingin menyembuhkan Sara...
lanjut thor ceritanya
Mar Lina
semoga
Sara bisa tenang
berada di sisi Nick
bisa jadi obat untuk trauma nya
yg menyakiti akan menyembuhkan
lanjut thor ceritanya
Just_Loa: hehe syap ka..
total 1 replies
Just_Loa
Thank youuu🥹 ❤️lanjut terus ya, ceritanya bakal makin dalem, gelap, tapi juga bikin nagih 😁
Vlink Bataragunadi 👑
ih aku makin penasaran sama masa lalu mereka
Vlink Bataragunadi 👑
berati bener ya, Sara kynya punya trauma.... apakah trauma itu ada hubungannya dengan Nicko?
Vlink Bataragunadi 👑
othor keren bangets mendeskripsikan suasananya, aku jadi ikut merasakan, ni pernikahan garing bet woooiiii/Cry//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampun, lempeng amaaat, gmn orang-orang ga curiga
Vlink Bataragunadi 👑
ommo.... semuanya terlalu formal, terlalu datar, terlalu teratur bagaimana Adrian mau percaya
Vlink Bataragunadi 👑
tp kenapa Sara ga inget ya
Vlink Bataragunadi 👑
ih keren kata2nya/Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aduh ini keluarga cemara bangettt/Sob//Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
tuh kaaan..... ada apa ya?
Vlink Bataragunadi 👑
ni kynya ada cerita masa lalu di antara mereka ya, tp Sara ga inget
Vlink Bataragunadi 👑
Nicko.... tidak ada emosi, tidak ada desakan, tidak ada ancaman tp justru yg seperti ini yg lebih mengancam....
Vlink Bataragunadi 👑
sejauh ini aku suka, thor/Kiss//Good/
Just_Loa: hehe makasih banyak kak udah suka sejauh ini 🤭 semoga makin betah bacanya 🧡
total 1 replies
Jumi
hai k aku mampir
Just_Loa: trmkasih sdh mmpir kak,smga suka dg crtanya ☺️
total 1 replies
Mar Lina
ku kira sara bakal menyerah
tetapi masih mengikuti keegoisannya...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya lagi
Just_Loa: Betul, Sara emang keras kepala 😅. Update-nya bakal segera datang, stay tuned!”
total 1 replies
Just_Loa
siap kk trmksih sdh mmpir,smga suka dg crtanya ya ☺️
Jumi
hai k aku mampir
Synyster Baztiar Gates
next ! makin seru nih thorr 😃
Just_Loa: yup d tnggu ya kka ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!