Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita bahagia.
"Ini kamar kamu , Gra." Kata Bi Inah seraya membukakan salah satu pintu kamar yang diperuntukkan bagi asisten rumah tangga.
"Terima kasih, bi." Gracia memanggil bi Inah dengan panggilan bibi sebab usia bi Inah hampir memasuki setengah abad.
"Sama-sama, Gra. Semoga kamu betah bekerja di sini." Bi Inah memperlakukan Gracia dengan baik. Ya, di kampung bi Inah memiliki seorang anak gadis yang usianya hampir sebaya dengan Gracia, sehingga kedatangan Gracia di rumah itu seakan mengobati kerinduan bi Inah pada putrinya.
Gracia membalas senyuman tulus bi Inah. Menjalani kehidupan yang tidak mudah setelah kematian ibunya membuat Gracia harus pintar-pintar beradaptasi dengan tempat tinggalnya, di mana pun itu ia berusaha agar semua yang berada disekitarnya merasa nyaman dengan keberadaannya. Tak heran jika di pertemuan pertamanya dengan bi Inah dan juga mama Kinan, Gracia memberi kesan baik di mata mereka.
"Kalau begitu bibi lanjut memasak ya Gra." Pamit bi Inah dan Gracia pun mengiyakannya. Sepeninggal bi Inah, Gracia mengayunkan langkah memasuki kamar tersebut. Kamar yang difasilitasi tempat tidur minimalis serta sebuah lemari pakaian. Tidak terlalu besar namun masih terbilang nyaman ketimbang kamarnya yang berada di rumahnya sendiri. Ya, tinggal di rumah sendiri tapi serasa menumpang, itu yang dirasakan oleh Gracia Setelah ayahnya menikah lagi dengan ibunya Yogi.
Ngomong-ngomong tentang Yogi, Gracia jadi teringat dengan saudara tirinya tersebut. Bagaimana kabar Yogi sekarang di pen-jara? Apa ibunya masih berusaha mencari cara untuk membebaskannya? Apa ibu tirinya sudah tahu jika yang melaporkan tindak kejahatan Yogi adalah dirinya? Tapi, dari kemarahan yang ditunjukkan oleh ibu tirinya kemarin sepertinya wanita itu sudah tahu semuanya, sehingga wanita itu sangat marah pada Gracia. Sudah cukup ia mengalah selama ini, sudah cukup ia diinjak-injak oleh ibu dan saudara tirinya itu selama ini, untuk apa lagi Gracia terus mengalah pada manusia yang tidak memiliki hati dan perasaan seperti Yogi dan ibunya. Benar kata Gilang, ia tidak boleh lemah, ia harus kuat dan berjuang agar Yogi mendapatkan ganjaran yang setimpal atas semua perbuatan buruknya, termasuk perbuatan buruknya pada adik kandung Gilang, Yumi.
"Yogi harus mendapatkan balasan yang setimpal atas semua perbuatannya." dalam hati Gracia.
Masih di rumah yang sama namun di kamar yang berbeda, Gilang menerima panggilan telepon dari asisten Tiko.
"Ada apa?."
"Baru saja ibu tirinya nona Gracia menghubungi dan menyampaikan bahwa beliau bersedia menerima syarat yang anda berikan, tuan. Sepertinya wanita itu akan menggunakan uang tersebut untuk membebaskan Yogi dari penjara." terdengar suara Asisten Tiko dari seberang sana, memberikan laporan terbaru tentang persetujuan ibu tirinya Gracia.
"Bagus kalau begitu. Buat surat perjanjian dan jangan sampai ada point penting yang ketinggalan!." Gilang tersenyum menyeringai. Bisa-bisanya wanita itu selalu menjadikan uang sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang menjerat putranya. Apa dia pikir semua permasalahan bisa diselesaikan dengan uang? Tentu saja tidak, karena seberapa banyak pun uang yang akan digunakan wanita itu untuk membebaskan putranya, Gilang bisa memastikan usaha wanita itu tidak akan membuahkan hasil.
"Biarkan sampai uang itu habis, hingga pada akhirnya wanita licik itu pusing mencari cara untuk mengembalikannya di saat waktu yang telah ditentukan tiba! Satu lagi, pastikan tidak ada yang tahu jika aku berada di balik semua ini! Cukup kirim pengacara untuk mengurusnya, jangan biarkan Gracia datang ke kantor poli-si jika tidak memiliki kepentingan. Aku tidak ingin sampai wanita licik itu berbuat jahat lagi pada istriku, sudah cukup selama ini mereka menyiksa lahir dan batin istriku, karena sekarang aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi."
"Baik, tuan. Oh iya tuan, Dokter yang anda kirim untuk mendampingi proses pengobatan ayah mertua anda di Singapore baru saja menyampaikan kabar bahwa saat ini kondisi ayah mertua anda sudah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Dokter juga menyampaikan bahwa ayah mertua anda telah siuman dari koma." Asisten Tiko pun melaporkan berita tentang kondisi ayahnya Gracia sesuai dengan penyampaian dari dokter yang tadi menghubunginya.
Gilang langsung menghela napas lega mendengar berita tersebut.
"Syukurlah... aku senang mendengarnya, semoga secepatnya kondisi papa mertua pulih seperti sediakala, aku sudah tidak sabar ingin menyampaikan kabar bahagia ini pada istriku. Terima kasih untuk kerja kerasmu, Tiko, aku akan memberikan bonus untukmu bulan ini." balas Gilang dengan perasaan lega.
"Terima kasih, tuan." Sejujurnya, Asisten Tiko tidak pernah mengharapkan bonus atau apapun dalam mengemban tugasnya, pria itu hanya Ingin melakukan tugasnya dengan baik, melakukan perintah sesuai dengan permintaan serta keinginan Gilang. Jika pada akhirnya Gilang memberikan bonus untuk hasil kerja kerasnya, Asisten Tiko pun berterima kasih untuk itu. Toh, gaji yang selama ini diberikan oleh Gilang cukup fantastis.
*
"Di mana sebenarnya anak sia-lan itu bersembunyi? Dan dimana juga dia menyembunyikan si tua Bangka itu?." Ibu tiri Gracia semakin Frustasi. Ya, frustrasi memikirkan kondisi perusahaan yang sedang mengalami krisis keuangan, sekarang ditambah lagi dengan kasus yang menimpa putranya. Di saat-saat seperti ini pun bukannya mengintrospeksi diri akan semua kesalahannya, ibu tirinya Gracia justru menyalahkan Gracia dalam hal ini. Bahkan di saat Gracia menempati posisi sebagai korban pun, wanita itu masih menyalahkan Gracia. Terkadang sikap serakah dan tidak tahu diri terkemas dalam satu paket, nampaknya hal itulah yang ada di dalam diri ibu tirinya Gracia.
"Harus kemana lagi aku mencari anak sia-lan itu?." ibu tiri Gracia memaksa otaknya untuk berpikir hingga satu nama terlintas di benaknya.
"Rafa...Ya, pasti Rafa yang telah membantu anak sia-lan itu bersembunyi dariku." bergumam dengan perasaan gelisah. Gelisah karena sebentar lagi persid-angan atas kasus yang menimpa Yogi akan segera digelar, dan jika kasus tersebut sudah dilimpahkan pada kejak-saan maka akan lebih sulit baginya mencari cara membebaskan putranya dari kasus tersebut.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, wanita itu gegas berlalu menuju perusahaan keluarga Rafa, tentunya untuk mengintrogasi Rafa yang dianggap telah menyembunyikan Gracia darinya.
Dengan gaya angkuhnya, Ibu tirinya Gracia memasuki perusahaan milik keluarga besar Rafa.
"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya." petugas resepsionis bertanya dengan ramahnya ketika wanita berkacamata hitam tersebut menghampiri meja resepsionis.
"Saya ingin bertemu dengan Rafa." Selain serakah, tidak tahu diri, ternyata ibu tirinya Gracia juga minim sopan santun.
"Maaf Nyonya, apa sebelumnya anda sudah membuat janji?." tanya petugas resepsionis tersebut.
"Saya rasa tidak perlu membuat janji terlebih dahulu untuk menemui pria yang telah menculik putri saya." masih dengan gaya angkuhnya wanita itu berujar.
"Ada apa ini?." Rafa yang kebetulan baru keluar dari lift menyaksikan keberadaan ibu tirinya Gracia sedang mengobrol dengan petugas resepsionis, pria itu lantas menghampirinya.
Ibu tirinya Gracia lantas menolehkan pandangan ke sumber suara.
"Ada keperluan apa anda datang ke sini, Nyonya?." Rafa memang kurang respect terhadap wanita yang selalu merundung Gracia tersebut.
"Di mana Gracia? Di mana kau menyembunyikannya, hah?." hardik wanita itu dengan tatapan tajam.
"Kenapa anda malah menanyakan Gracia pada saya, bukankah anda ibu sambungnya? Seharusnya anda yang lebih tahu di mana putri sambung anda berada, bukannya justru menanyakan keberadaannya pada orang lain. Oh... saya lupa, anda kan tidak pernah peduli pada Gracia, anda hanya peduli pada hartanya saja." Di akhir kalimat Rafa melontarkan kalimat menohok yang mampu membuat lawan bicaranya mati kutu.
"Daripada anda membuat keributan di perusahaan saya, sebaiknya anda segera pergi sebelum saya meminta security menyeret anda keluar dari sini!." Rafa meluapkan semua kekesalannya atas perbuatan jahat wanita itu kepada Gracia selama ini.
"Keluar sekarang....!." Rafa merasa sangat rugi menghargai wanita sejahat ibu tirinya Gracia, hanya membuang-buang waktu dan juga tenaga. Sopan santun pun seharusnya dilakukan pada orang yang tepat, begitu pikir Rafa.
Rafa bukan gilang
ntar baru sadar langsung heboh ini...
🥰🥰🥰🥰🥰
jangan Gilang...ntar poligami jadinya 😭
benci berakhir cinta...