Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyangkal yang ada
"Shaka tidak ikut sarapan di rumah?" Tanya Surya yang baru duduk di kursinya. Saat menuju ruang makan Surya berpapasan dengan Shaka yang keluar dari dapur dengan menenteng paperbag yang berisi Lunchbox.
"Katanya buru-buru Yah, jadi Ibu bekalin saja tadi."
Surya terdiam mendengar penjelasan Istrinya. "Ibu merasa ada yang aneh tidak sama Shaka? Ayah perhatikan semenjak dari Desa, ada beberapa sifat Shaka yang hilang." Tanyanya sembari menatap wajah istrinya.
Asma menghentikan kegiatannya yang tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya. Wanita itu menarik kursi dan duduk di samping sang suami.
"menurut Ayah gimana?" Asma balik bertanya kepada suaminya.
"Sepertinya ada sesuatu yang dia tutup-tutupi Bu. Nanti Ayah akan minta Herman untuk mencari tahu." Ucap Surya lagi yang menaruh curiga pada putranya.
🌻🌻🌻🌻
"Mana pesanan saya? " Tanya Shaka ketika baru masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Leo yang memandang nya keheranan.
"Itu, ada di jok belakang." sahut nya sembari menunjuk jok belakang dengan dagunya. " itu apa? Bekal makan, atau bekal yang sama? "
"Bekal makanan dari Ibu. Untuk kita berdua." Shaka meletakkan lunchbox yang di berikan Ibunya ke pangkuan Leo. Kemudian mengambil box yang di jok belakang itu.
"jalan, apa kamu mau juga ini?" Ucap Shaka sembari menyodorkan potongan buah mangga muda. Ke hadapan Leo. Yang langsung di tolak oleh pria itu dengan bulu kuduk merinding. Membayangkan kecutnya mangga muda itu. Leo segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah mewah itu menuju Kantor.
"Apa tidak masam?, makan mangga muda pagi-pagi begini." Tanya Damar dengan menahan air liurnya agar tidak jatuh karena membayangkan betapa masamnya buah mangga tersebut.
"Ini enak, nggak ada masam-masamnya kok. Gurih banget ini menurutku. Besok bawakan lagi yang begini. " Sahut Shaka. Yang mengunyah potongan mangga muda itu dengan lahap.
"Jangan tiap hari, nanti Ibuku curiga. Dikira wanita mana yang telah ku hamili" Tukas Leo tidak setuju jika harus setiap hari dirinya membawa potongan mangga muda untuk Shaka.
Shaka hanya diam mendengar penolakan dan juga alasan Leo.
"Tuan muda, apakah Tuan pernah berpikir menggapa Tuan bisa seperti ini?"
"Maksud kamu seperti apa?" Sahut Shaka, mulai tidak suka dengan arah pembicaraan saat ini.
"Ya, kenapa Tuan muda bisa aneh seperti ini. Tiap pagi mual, suka makan yang masam-masam seperti mangga muda. Ini seperti orang ngidam. Tuan muda tahu kan jika ngidam itu hanya di alami oleh wanita hamil?" Tukas Leo lagi tanpa menoleh ke lawan Bicaranya. Matanya fokus ke depan. Mengamati jalan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Shaka tidak bisa membantah dengan apa yang di ucapkan oleh Leo. Semua memang benar, Tapi dirinya berusaha untuk mengabaikan kebenaran itu.
"Apa Tuan muda pernah berpikir. Jika benar adanya wanita itu telah mengandung anakmu saat ini? Mengandung keturunan Narendra. Kira-kira seperti apa kabar nya saat ini ya? Apakah dia baik-baik saja saat Tuan meninggalkannya begitu saja?" Lanjut Leo lagi yang sengaja menyerang mental Tuan mudanya itu.
"Bagaimana jika dia tidak baik-baik saja saat ini? Kemungkinan kecilnya saja, bagaimana jika wanita itu depresi karena di tinggal oleh suaminya yang baru saja dinikahinya begitu saja. Depresi dalam keadan mengandung." Lanjut Leo yang merasa kesal atas perbuatan Shaka terhadap Nindia.
Akibat perkataan Leo yang terus mencecarnya itu, membuat seleranya menikmati potongan mangga muda itu menjadi hilang. Shaka segera menutup wadah Lunchbox itu kemudian menaruhnya kembali ke jok belakang.
Perasaannya mulai tidak nyaman. Mengingat wanita yang telah ia tipu cintanya itu. Meninggalkannya tanpa sebab dan menceraikannya setelah merenggut mahkotanya.
"Bagaimana jika dia mengandung dalam kondisi depresi?" Batin Shaka.
"Saya yakin apa yang di sampaikan dokter Kian itu benar, Tuan muda tengah mengalami syndrome simpatik atas kehamilan Nona Nindia" Lanjut Leo lagi, karena asik membahas hal itu sehingga berjalanan terasa sangat singkat. Mobil yang di kemudikannya kini sudah berhenti di depan Lobby Kantor.
"Cukup, saya tidak ingin membahas itu lagi. Jika kamu masih terus membahas hal ini, maka. Gaji kamu akan saya potong 50%." Ucap Shaka asal seraya membuka pintu mobil sendiri tanpa menunggu Leo yang membukakannya.
Bahkan Shaka tidak menunggui Asistenya itu. Shaka segera memasuki Kantor. Sementara Leo hanya geleng-geleng kepala melihat sifat keras seorang Arishaka Narendra. Leo keluar dari mobil sembari menenteng dua buah paperbag yang berisi Lunchbox.
🌻🌻🌻🌻🌻
Nindia menjalani pekerjaannya dengan perasaan tenang. Sebab mengingat kini dirinya tidak perlu memikirkan lagi akan tinggal dimana. Beruntung sekali nasib nya bertemu dengan wanita sebaik Luna. Yang begitu perduli dengannya walaupun mereka kenal belum terlalu lama. Tetapi kebaikan Luna sungguh luarbiasa.
Nindia juga tidak memperdulikan Rani yang selalu menggangunya dengan menyindir-nyindirnya saat berpapasan di gudang atau saat waktu istirahat. Rani tiada henti menyerangnya dengan kata-kata pedasnya.
"Nindi, kamu sudah makan?" Tanya Lia saat keduanya berpapasan di gudang saat mengambil stok barang yang habis.
"Sudah kak." Sahutnya yang sudah mendapatkan barang yang ia cari. Dan segera meninggalkan gudang.
Lia pun merasa tenang jika mengetahui Bumil itu sudah makan siang tepat waktu. Lia masih mencari barang yang ingin di ambilnya di dalam gudang.
"Nindi, tolong ambilkan susu kotak rasa coklat dua dus ya." Rika yang sedang melayani customer yang berbelanja banyak itu meminta tolong kepada Nindia untuk mengambilkan susu kotak yang kurang.
"Baik Kak." Nindia kembali masuk ke dalam menuju gudang untuk mengambil susu yang di inginkan Rika.
"Heh! Bule miskin, nggak ada malunya sama sekali ya, kamu masih kerja disini. Kamu itu harusnya sadar diri, udah menjadi wanita murahan dan hamil di luar nikah. Tapi merasa sok paling benar disini. Paling polos. Aku heran deh, kenapa Cici masih mau menerima karyawan murahan seperti kamu. Dan teman-teman yang lain, mau aja kamu bodohi. Punya pelet apa sih kamu ini hah?" Tukas Rani menunjuk wajah Nindia dengan ekspresi geram saat Nindia mengabaikannya sejak pagi.
"Maaf kak Rani, saya nggak perlu menjawab pertanyaan kakak itu kan. Saya juga nggak perlu menjelaskan tentang apa yang saya alami sehingga bisa seperti ini. Dan soal teman-teman kita. Saya tidak perna memanfaatkan mereka Seperti yang sering kak Rani ucapkan itu." Sahut Nindia berusaha sabar.
"Halah! Maling mana ada yang mau ngaku. Kalau semua maling ngaku, penuh itu penjara. Kamu itu munafik Nindi, disini sok polos, di luar liar." Sarkasnya.
"Heh! Rnai, jaga kata-katamu ya, kalau kamu masih ingin bekerja disini. Tapi kalau kamu sudah bosan kerja disini silahkan kamu ajukan ke Cici, masih banyak kok yang mau bekerja di Toko ini."
Demi apa Rani begitu terkejut mendengar suara Lia yang menegurnya dari dalam gudang tersebut. Rani memang paling segan dengan Lia karyawan lama. Sama seperti Ardi.
Lia dan Ardi itu satu paket karyawan kepercayaan Cici San-san.
"Kenapa kaget begitu? Kamu terkejut ya, aku pergokin saat kamu lagi memulai aksi bullying mu?" Ucap Lia yang muncul dari dalam gudang sembari membawa beberapa Dus wafer berbagai rasa di tangannya.
"Nindi, sana lanjutkan pekerjaanmu." Perintahnya kepada Nindia yang langsung memasuki gudang untuk mengambil dua dus susu rasa coklat pesanan customer.
"Dengar ya Rani, ini terakhir kalinya aku memergokimu sedang mengata-ngatai Nindia. Kamu kan nggak tahu apa yang dia alami. Dan aku rasa juga dia nggak punya kewajiban untuk menjelaskannya kepadamu, apa permasalahan dia sehingga dia seperti ini. Yang jelas, kami bukan membela dia karena sudah termakan atau terpengaruh dengan dia."
" Tapi kami bertindak sesuai dengan kenyataan. Intinya sajalah, jika dia terbukti bersalah. Cici nggak mungkin masih membiarkan Dia kerja disini. Jadi aku sarankan ke kamu. Berpikirlah dengan otak mu. Jangan pakai dengkulmu." Tukas Lia panjang lebar kepada Rani yang hanya menunduk saja, tidak berani membantah perkataan Lia yang semuanya
itu memang benar adanya.
"Sana kerja yang benar. Jangan kamu sibuk mengurusi kehidupan orang lain, sehingga kamu mengabaikan tugasmu sebagai karyawan di Toko ini. " Lanjut Lia membuat Rani langsung pergi ke depan melanjutkan pekerjaannya.
"Heran banget deh, sama tuh orang. Hobinya nge-bully orang aja tiap hari." Gumam Lia, geleng-geleng kepala.
Aku ga rela nindi balikan lagi sama shaka