NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 - Prosedur Khusus Pemilik Secret Corner

Setelah melantun doa terbaik untuk kedua mahasiswa/i tersebut, Kang Arif antusias melanjutkan cerita dengan gestur layaknya pendongeng,

"Istri saya, teh Mawar, dia emang udah kenal akrab dengan dek Iyesh. Bisa dibilang salah satu bestie-nya lah. Biasanya, kalo teh Mawar ada gosip tertentu, nggak malu diceritakan ke dek Iyesh ini. Anehnya..." Kang Arif terhenti sesaat, fokus membungkus makanan dulu, pesanan beberapa mahasiswa.

"Aneh kenapa, kang?" Mutiara penasaran.

"Sebentar, dek...." ucap Kang Arif. Ia masih ditengah proses melayani pelanggan yang memesan makanan.

"Ini, sepuluh ribuan aja, ya." kata Kang Arif sambil memberikan sebungkus gado-gado ukuran besar kepada pelanggan mahasiswanya.

Setelah dibayar, Kang Arif tak lupa mengucapkan kata-kata penyemangat, "Nuhun. Silakan mampir lagi. Nikmati kuliahnya. Naikkan IPK-nya, ya...!"

Kang Arif selalu tersenyum setelah mengucapkan mantra barusan, kepada siapapun mahasiswa yang telah membeli dagangannya.

Mutiara sempat terkejut. Ia bertanya kepada Reyesh dengan berbisik-bisik,

"Emang, Kang Arif selalu ngomong gitu yah sebelum menyerahkan makanan?"

"Nggak sering, kok. Khusus untuk mahasiswa yang beli makan dibungkus aja."

"Tapi, kedengerannya aneh dan agak krik-krik gitu, Rey."

"Bagi kamu yang pertama denger, mungkin terasa aneh. Tapi tidak bagi mereka yang membeli makanan bungkus itu secara langsung."

"Gimana, gimana coba?" Mutiara minta dijelaskan secara rinci, maksud Reyesh barusan.

"Bagi pembeli, apalagi khususnya mahasiswa yang mendapat service berupa sikap ramah dari para penjual, sudah pasti punya nilai tambah tersendiri buat dagangannya." kata Reyesh.

"Apalagi service ramahnya itu dibungkus dengan kalimat motivasi untuk si pembeli, sebelum transaksi dilakukan. Pasti akan membuat pembeli tersebut menaruh respect atau kesan tertentu, dan next mau datang lagi." tambahnya.

"Aku masih belum paham. Kayak ada benang merah yang nggak tersambung, antara kata-kata motivasi dan minat beli." ungkap Mutiara, masih belum sepenuhnya paham.

"Misal gini, ada mahasiswa A yang sedang galau atau mumet pikirannya. Ia mendapat IPK rendah di semester pertama. Katakanlah IP-nya dibawah 3.00. Lalu, ia secara kebetulan datang dan memesan makan di warung makan Secret Corner ini, terus mendengar Kang Arif memberinya kata motivasi tadi. Menurutmu, gimana respon si mahasiswa A?"

"Ya... bisa jadi dia bete atau males dateng lagi lah! Karena, baru juga beli, baru pertama kali ketemu, udah sok diceramahin. Gitu, kan?" jawab Mutiara memberikan alasan logis.

"Bisa juga begitu, kok. Tapi, kejadian aslinya tidak sesuai ekspektasimu barusan, Mut."

"Terus?"

"Si mahasiswa A ini merasa ada sebuah perhatian, disaat dirinya tidak diperhatikan siapapun. Bayangkan Mut, ketika seseorang yang sudah diharapkan kedua orang tuanya mendapat nilai tinggi, tapi tidak menunaikan ekspektasinya itu, pasti ortunya bakal kecewa. Alhasil, males ngajak dia ngobrol." lanjut Reyesh menjelaskan.

"Ooh iya sih, ya... bisa jadi kedepannya, si mahasiswa A ini stress dan kena tekanan batin terus. Mentalnya bakal ancur secara perlahan," Mutiara ikut alur pikiran Reyesh dan merumuskan kesimpulan.

"Nah, Tck!" Reyesh menjentikkan jemari sambil senyum ke arah Mutiara.

"Ada beberapa ungkapan bagus, Mut!"

"Apa tuh?" tagih Mutiara.

"Siapapun boleh merendahkanmu, mengolok-olok dirimu, tidak percaya atas kemampuanmu. Tapi, jangan orang tua! jika tembok terakhir orang yang sangat kita percaya (orang tua), udah nggak percaya sama kita lagi. Mau apa? Maka, kemungkinan besar, hancurlah harapan dan motivasi anak tersebut!" ungkap Reyesh.

"Kok, rada serem yah didengernya."

"Bukan serem lagi, Mut. Bisa kena psikis, kalo yang bacanya mungkin yang bermental lemah. Karena emang, senyata dan sengeri itu faktor dukugan orang tua."

"Bener banget, sih. Aku juga tanpa dukungan papa dan mamaku, nggak mungkin bisa sampai titik ini. Nggak mungkin sanggup nyewa mentor bimbel kayak kamu, Rey." Mutiara langsung mengingat jasa besar kedua orang tuanya, berkat kisah dan wawasan psikologi yang dibagikan Reyesh.

"Bisa dibilang, ortu adalah sandaran terakhir kita, jika manusia manapun nggak sanggup lagi percaya dan ada untuk kita. Begitu lah ya kira-kira...."

"Aku jadi tambah paham, Rey. Makasih banyak." ungkap Mutiara diselingi senyum tulus.

"Tapi, Mut...."

"Kenapa, Rey? Masih ada sesuatu yang mengganjalmu?"

"Mmm... gini. Sorry kalo misal pertanyaanku berikutnya, seolah sok ikut campur urusan keluargamu. Tapi aku sedikit penasaran."

"Penasaran sama apa, Rey? Tanya aja... kalo kamu yang nanya, aku jamin aman dan nggak nyinggung kok. Aku udah tau kapasitas dan karaktermu. Santai aja."

Seolah mendapat lampu hijau dari Mutiara, Reyesh akhirnya memberanikan diri bertanya kepada mahasiswi cantik itu.

"Aku minta maaf duluan, yaaa. Kalo kamh nggak mau jawab juga nggak apa-apa." Reyesh masih meminta izin, karena takut mempengaruhi kepribadian Mutiara.

"Nggak usah minta maaf. Selaw aja. Mau tanya apa?"

"Kamu, pernah gak... diremehkan ortu atau dibanding-bandingkan ortu dgn org lain?" tanya Reyesh dengan ragu-ragu.

"Oh gitu doang pertanyaannya? Aku kira lebih ngeri lagi." jawab Mutiara dengan lebih rileks.

"Kalo diremehin pernah, Rey. Saat aku nggak bisa mencapai suatu target tertentu, sementara seluruh kakakku berhasil dapatkan target mereka masing-masing. Ini bicara target besar lho, ya!" tambah Mutiara.

"Terus, kalo dibanding-bandingin, paling aku dibandingin sama kakak-kakakku yang udah pada sukses semua, Rey. Kata ortu, kenapa kamu nggak ngikutin jejak kakak, kenapa nggak gini lah, kenapa nggak gitu lah," kata Mutiara sambil berekspresi melalui tangan kanan dan kirinya.

"Setelah dibandingin begitu, bagaimana perasaanmu? Apakah semakin hancur, atau?" tanya Reyesh.

"Sikapku? Oh... Biasa aja sih, Rey. Toh kakak-kakakku kan emang sukses dengan jerih payah mereka. Aku nyaksiin kok effort dari setiap mereka untuk mendapatkan targetnya masing-masing. Jadi, aku nggak ngerasa terintimidasi atau ancur mentalnya. Masih aman terkendali, Rey."

Melihat reaksi Mutiara yang menceritakan dengan tenang, Reyesh akhirnya merespon.

"Alhamdulillah. Berarti kamu masih aman. Bukan korban dari anak yang dibanding-bandingin ortu nya sendiri."

"Tau dari mana, coba? Kan aku cuma cerita gitu doang? Bisa jadi, pengalaman yang paling pahitnya aku sembunyiin dan nggak aku share ke kamu."

"Gampang kok, Mut. Aku tahu dari matamu."

"Kenapa dengan mataku?"

"Matamu terlihat jujur saat bercerita tadi. Seolah nggak terjadi sesuatu yang buruk. Biasanya, kalo orang yang punya trauma tertentu, matanya akan menyimpan dendam saat menceritakan kisah lamanya."

Mutiara menyimak penjelasan Reyesh dengan tatapan dalam. Mahasiswi cantik itu merasa, sosok jenius yang lumayan terlihat culun di hadapan banyak orang, namun bagi dirinya, adalah paket komplit sebagai kriteria pasangan.

Jenius, cerdas, pintar mengolah emosi, paham psikologi, dan bonus lainnya jago melawat. Sebuah paket super lengkap bagi Mutiara, andaikan Reyesh mau menjadi pangerannya suatu saat kelak.

"Ooo... gitu ya! Kamu ngeri dan bahaya banget, Rey..." ucap Mutiara setengah bergidik.

Reyesh cuma menampilkan tampang polos dan pura-pura tidak tahu maksud perkataan Mutiara.

Bersambung......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!