Bagaimana caranya Hanum si preman pasar yang bar- bar seketika menjadi anggun saat dia harus menikah dengan anak majikannya.
"Ada uang Abang kucinta. Gak ada uang Abang kusita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Di Pesta
Setelah meminta izin untuk menyapa yang lainnya pada Hardi, Arya membawa Hanum ke sebuah meja dimana sudah ada Ningsih disana. Namun saat ini seseorang mencegat Arya dan mengajaknya berbicara.
Hanum sempat menyapa dan memperkenalkan diri, namun saat pembicaraan Arya berubah menjadi pembicaraan bisnis, Hanum yang tak mengerti menjadi sedikit kesal.
"Hanum." terdengar suara seseorang memanggilnya. Dan benar saja Hanum hafal sebab itu suara yang dia kenal. Ningsih tersenyum tenang dan melambaikan tangannya agar Hanum segera mendekat.
"Aku kesana," ucap Hanum pada Arya, yang langsung diangguki oleh Arya.
Hanum melangkah ke arah Ningsih dengan tersenyum, hingga wanita paruh baya itu mulai memperkenalkan siapa saja yang ada di meja.
"Ini Tante Sesilia, adik Papa Arya, yang ini Tante Rosita putri Om Harlan, dan yang ini Tante Yumi dan Tante Irene putri Om Rustan."
"Halo, Tante- tante semua, saya Hanum." Hanum tak mungkin menyapa satu persatu bukan, jadi Hanum menyapa semuanya sekalian, Hanum bahkan sudah lupa siapa saja nama mereka.
"Jadi ini yang Mbak bilang pacar Arya?" tanya Sesilia dengan menatap Hanum dari atas ke bawah.
"Cantik ya," timpal Irene.
Yumi mengangguk.
"Ya, cantik, tapi sayang cuma pembantu," ucap Sesilia dengan terkekeh, dari tatapannya Hanum merasa Sesilia sedang meremehkannya.
Hanum menatap Ningsih yang duduk dengan tenang meski semua orang di meja tersebut tersenyum meremehkan.
Hanum menipiskan bibirnya, sepertinya drama ini tidak akan mudah.
"Jangan begitu Sesil, bagaimana pun Mbak Ningsih udah setuju hubungan Arya dan Hanum, sudah pasti gadis ini punya kelebihan." ucap Irene
Sementara wanita bernama Rosita menatap Hanum sinis membuat Hanum tersenyum kaku.
Sialan, kalau itu ibu- ibu di kampungnya sudah dia balas dengan tatapan tak kalah sinis.
"Kelebihan apa sih yang di miliki pembantu, nyuci gosok? Ck, aku yakin pendidikannya pasti gak lebih dari SMA."
Hanum melipat bibirnya ke dalam. Bagaimana kalau dia tahu Hanum hanya tamatan SMP, mungkin ejekannya akan semakin menjadi.
"Aku gak lagi cari uang atau keuntungan dengan menikahkan Arya." Ningsih bersuara setelah menyesap minumannya.
"Aku cuma mau kebahagiaan Arya. Untuk apa sih punya memantu kaya tapi anak kita gak bahagia? Dan aku percaya Hanum bisa memberi kebahagiaan untuk Arya, karena Hanum di pilih sendiri oleh Arya." Ningsih bahkan menepuk punggung tangan Hanum membuat Hanum tersenyum.
"Mbak Ningsih emang selalu bijak." Wanita bernama Yumi angkat suara dengan tersenyum. "Jangan dengarkan yang lain Hanum, toh yang menjalani hidup bukan kami." Sepertinya wanita ini berbeda dari yang lainnya, senyumnya nampak tulus.
"Aneh aja, di banding Rania, Arya justru milih pembantu. Mbak Ningsih liat dong Arya sama Rania kelihatan serasi." Sesilia menunjuk ke arah Arya yang kini tengah berbincang dengan seorang gadis.
Semua mata mengikuti telunjuk Sesilia termasuk Hanum yang mengedipkan matanya saat melihat gadis cantik yang berdiri di depan Arya. Nampak anggun dan berkelas. Bisa Hanum lihat tatapan memuja dari si gadis pada Arya.
"Padahal kalau sama Rania, hubungan Mbak sama Mbak Rosita semakin erat." Tatapan Hanum beralih pada wanita bernama Rosita yang duduk tepat di depannya. Pantas tatapannya begitu sinis pada Hanum, rupanya itu karena anaknya menyukai Arya.
Ningsih terkekeh pelan, senyum yang selalu anggun muncul. "Justru itu, aku gak mau karena ini hubungan kami merenggang. Bagaimana pun hubungan persaudaraan lebih penting dan harus terjaga."
"Mereka saudara jauh, gak apa menikah."
Hanum tak tahu kenapa Sesilia suka sekali bicara, bahkan meski Rosita tetap diam. "Kamu bahkan gak liat perbedaan Rania sama dia, jauh banget."
Yumi berdecak. "Lagian Arya juga udah milih, gak usahlah banding- bandingin."
"Aku cuma penasaran, selama ini Arya selalu menolak semua gadis yang mendekat, tapi tiba-tiba dia bawa seseorang yang dia sukai, apa kalian gak curiga?" Rosita angkat suara dengan menatap Hanum membuat Hanum mengernyit.
"Maksud tante apa, ya?"
Rosita mendengus dan menatap Ningsih seolah tak peduli pada pertanyaan Hanum. "Hati- hati Mbak, aku dengar semakin canggihnya teknologi maka ilmu seperti itu juga semakin merajalela. Jangan- jangan Arya kena pelet lagi. Apalagi dia pasti hidup di perkampungan dimana banyak dukun yang bisa membuat guna- guna."
Hanum menatap tak percaya sebelum terkekeh. Wanita bernama Rositi ini akan menertawakan diri sendiri jika tahu Hanum bahkan hanya calon istri yang sudah di sewa Arya dan Ningsih, tapi tentu saja dia tak boleh tahu, jadi Hanum berdehem saat tawanya semakin ingin meledak dan semua mata menatap ke arahnya terutama Rosita dan Sesilia.
Hanum menutup mulutnya. "Maaf tante saya jadi gak sopan. Jujur lima menit duduk di sini saya jadi mengerti banyak hal, termasuk di lingkungan mana kita hidup tidak menjamin tata krama seseorang ..."
Semua orang diam termasuk Ningsih yang kini menatap Hanum seolah menunggu apa yang akan Hanum katakan. "Bapak saya selalu bilang. 'Nak bicara yang baik, dan sopan pada yang lebih tua'. Dan saya selalu berusaha untuk selalu melakukan itu, tapi saya gak menyangka saat ini dimana saya sedang duduk bersama orang-orang yang pasti kaya, ternyata etikanya gak jauh lebih baik dari saya, bahkan emak- emak yang hidup di kampung yang pastinya mulutnya lebih pedes dari cabe mercon."
"Kamu!"
"Maaf loh, tante. Kenapa harus nyalahin orang lain. Kenapa gak lihat dari putri tante yang katanya serasi sama pacar saya. Kenapa putri tante gak bisa naklukin dia? Tapi ada dua penyebab saya kira. Pertama, pacar saya emang gak tertarik sama putri tante. Kedua, pacar saya mungkin berpikir dua kali untuk punya calon mertua kayak tante."
Ningsih menahan tawanya saat melihat wajah Rosita yang merah. Dia bahkan buru- buru menormalkan wajahnya sebelum Rosita dan yang lain menyadari jika dia hampir tertawa.
Berbeda dengan Ningsih, Yumi dan Irene justru tak menahan tawanya membuat wajah Rosita semakin merah.
Seseorang datang dan berbisik pada Sesilia hingga wanita itu beranjak. "Acara tukar cincinnya mau di mulai, silakan nikmati jamuannya." Sesilia pergi setelah menatap Hanum tajam bahkan ke arah Ningsih yang menunjukan senyum anggunnya.
Hanum berwajah tak peduli dan justru beranjak. "Tante, aku mau ke sana dulu." Dia menunjuk Arya, dan Ningsih mengangguk. "Permisi tante- tante." Hanum berpamitan pada yang lain dan segera menghampiri Arya.
Hanum menatap Arya yang masih nampak tenang meski gadis bernama Rania sudah mendekatkan jarak mereka meski tak menempel. Sepertinya gadis itu tahu konsekuensinya jika menyentuh Arya, gadis itu hanya terus bicara meski Arya hanya mengangguk dan menggeleng untuk menanggapi.
Hanum tersenyum anggun, lalu berucap dengan mendayu namun cukup keras membuat beberapa mata tertuju padanya.
"Abang!"
....
Ahay, abang tukang cilok🤣
Doble Up kalau boleh kak