Presdir Cantik Jatuh Cinta

Hari demi hari telah dilalui oleh Zaline di perusahaan. Kesehatan Nicholas kembali menurun, padahal Zaline baru bekerja selama dua minggu di perusahaan. Para pemegang saham perusahaan Cruise terus mendesak agar Nicholas segera pensiun dan menyerahkan jabatannya pada Zaline. Mereka bukan tidak menyukai Nicholas, tapi mereka juga sungguh mengkhawatirkan kesehatan pria itu.

Zionel segera menemui adiknya setelah mendapatkan hasil rapat pemegang saham.

"Zaline." ujar Zionel.

"Bagaimana bang?" tanya Zaline penasaran dengan hasil rapat karena ia tidak diperkenankan hadir oleh Zionel demi kebaikannya.

"Kau harus segera mengambil alih perusahaan." jawab Zionel seraya duduk di depan Zaline.

Seketika Zaline terbelalak. "Aku belum sepenuhnya..."

"Kau sangat cepat belajar Zaline. Ini hanya soal jabatan saja, aku masih ada untuk membantumu. Ada Roxy juga yang sangat kompeten di perusahaan. Selama dua minggu ini kalian sangat baik dalam bekerja." sergah Zionel.

"Ya Tuhan... ini di luar rencana bang. Setidaknya aku harus belajar selama satu bulan."

"Apa kau tidak mengkhawatirkan kesehatan daddy? Ia pingsan kemarin karena kelelahan Zaline."

"Aku tahu itu. Aku juga sangat mengkhawatirkannya, tapi..."

"Bukankah kau ingin aku percaya padamu. Bukankah kau sangat percaya diri untuk mengambil alih perusahaan ini. Sebenarnya kau sudah cukup mempersiapkan semuanya Zaline. Siap atau tidak, ini memang sudah tugasmu sebagai pewaris utama perusahaan kakek."

Tiba tiba Zaline menangis. "Apa daddy akan baik baik saja?"

Zionel beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Zaline dan memeluk pundaknya.

"Daddy sangat kuat, ia hanya butuh lebih banyak istirahat dan berhenti memikirkan pekerjaan saja. Dokter juga mengatakan hal yang sama. Abang akan selalu mendukungmu. Kita akan sama sama membuat perusahaan ini maju seperti permintaan kakek. Jadi, minggu depan kau harus menerima jabatan ini dan diperkenalkan ke publik sebagai Presdir PT. Cruise Kontruksi. Dan tentu saja ini pertama kalinya ada seorang Presdir cantik sepertimu." goda Zionel.

Air mata Zaline seketika terhenti lalu terkekeh. "Untung saja kau abangku, jika pria lain yang mengatakannya, aku anggap pria hidung belang." celetuk Zaline.

Seketika Zionel melepaskan tawanya. "Berhentilah bersedih, kau akan membuat kakakmu ikut bersedih jika tahu kau menangis. Dan aku sangat tidak menyukai itu."

"Bang Zi semakin mencintai kak Vani?"

"Tentu saja, pertanyaan bodoh apa itu? Cintaku pada Stevani akan semakin dalam nona. Dan aku sedang berusaha membuatnya hamil lagi."

Zaline melepaskan tawanya. "Aku sangat menantikan keponakan keduaku itu. Zeze sudah cukup besar dan sudah waktunya ia memiliki seorang adik."

"Dengan senang hati aku melakukan usahanya."

"Ciiiih... kak Vani benar, abang pria mesum." ejek Zaline.

"Kakakmu hanya berkata itu di mulut, dalam hatinya sangat menyukai sikapku yang satu ini." jawab Zionel seraya tertawa.

"Hiiih... membuatku bergidik. Jadi apa yang harus aku persiapkan minggu depan bang?"

"Serahkan semuanya pada abang, kau cukup membuat gaun paling cantik bersama kakakmu ke butik langganan keluarga Cruise. Dan cukup hadir di acara serah terima jabatan dan perkenalanmu pada seluruh pemilik perusahaan konstruksi di kota ini. Buat mereka terpukau sampai meneteskan air liur saat melihat Presdir cantik ini."

"Jadi aku boleh menunjukkan wajahku ini?"

"Tentu saja secara resmi nona, setelah itu tetaplah bersembunyi di dalam perusahaan Cruise. Jangan biarkan pria pria hidung belang mendekatimu, apalagi mereka pesaing bisnis kita."

"Apa aku harus menjadi lajang seumur hidup?"

"Tidak juga, hanya saja belum saatnya. Aku akan memperkenalkanmu pada pria baik pilihanku."

"Tidak akan... Aku tidak akan pernah mau dijodohkan. Aku akan mencari pasangan hidup yang aku inginkan, bukan yang abang inginkan." ujar Zaline.

"Tetap saja melalui persetujuanku nona. No debat... itu sudah keputusanku." ujar Zionel.

"Haisssss... kita sudah lari jauh dari pembicaraan awal. Bukan saatnya membicarakan jodohku bang. Mengambil alih jabatan daddy saja akan membuatku semakin sibuk nanti. Aku belum memikirkan soal pasangan hidup."

Zionel menyeringai. "Aku hanya berusaha mencairkan suasana. Setidaknya kau sudah tertawa kan."

"Isssss... menyebalkan sekali."

Zionel kembali duduk di depan Zaline, wajahnya kembali serius saat menatap adiknya.

"Zaline... sepertinya sudah saatnya aku bertanya soal Cecil. Abang ingin kau yang menjelaskannya terlebih dahulu." pinta Zionel.

Seketika Zaline menelan saliva nya. "Tak bisakah kita membahasnya di rumah saja bang. Aku..."

"Katakan disini, aku kebetulan tidak ada pekerjaan yang penting. Dan kau juga sepertinya sudah menyelesaikan pekerjaanmu. Jangan coba coba lari dari masalah yang selama ini kau sembunyikan dari keluarga Cruise." potong Zionel.

"Tapi abang harus janji untuk tidak marah padaku." pinta Zaline.

"Mendengar cerita dari kakakmu, cukup bisa membuatku marah."

"Bang please..."

"Ceritakan..."

Zaline menghela nafas panjang, ia akhirnya mulai menceritakan semuanya pada Zionel. Berkali-kali wajah Zionel terlihat sangat kecewa dan penuh amarah. Namun Zaline berusaha agar kakaknya bisa tenang sampai ia menyelesaikan ceritanya.

"Begitulah bang sampai akhirnya aku berhubungan dengannya." ucap Zaline di akhir ceritanya.

"Bagaimana jika saat itu ia berniat membalaskan dendamnya padamu? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu saat kami jauh denganmu? Mengapa kau sama sekali tidak berpikir Zaline? Bisa bisanya kau merahasiakan semua ini dari kami." ujar Zionel geram.

"Saat itu aku tahu abang pasti tidak akan mengizinkan aku berhubungan dengannya lagi. Aku bisa melihat wajahnya yang serius saat meminta maaf padaku bang. Aku sangat percaya padanya dan perasaanku saat itu mengatakan kalau Cecil benar benar menyesali perbuatannya. Bang, sampai sekarang kami berhubungan dengan baik. Itu artinya aku tidak salah menilainya, ia sama sekali tidak pernah berbuat jahat lagi padaku."

"Tapi seharusnya kau katakan pada kami Zaline. Keselamatanmu lebih penting dari apapun. Dan apa kau tahu, aku kehilangannya saat itu dan terus berusaha mencarinya kemana mana. Aku sudah berjanji akan membiayainya sampai selesai kuliah, tapi rekening banknya tiba tiba terblokir. Uang yang aku kirimkan selalu ditolak. Sebenci apapun aku padanya, tapi aku tetap harus menepati janjiku. Sekeras apapun aku menghempasnya dari keluarga, darahnya masih mengalir keturunan Cruise. Aku tidak ingin membuat kakek di surga bersedih karena Cecil adalah salah satu cucu yang ia sayangi. Perbuatanmu sungguh membuat abang kecewa."

Zaline menundukkan kepalanya. "Maaf..." ucapnya penuh penyesalan.

"Entah harus berbuat apa aku saat ini. Setelah mendengar ceritamu tentang kehidupannya, rasanya kebencian yang ada padaku ini bercampur aduk dengan penyesalan dan rasa iba. Kau sungguh jahat pada abang, Zaline."

"Bang... maaf... sungguh Zaline menyesal karena merahasiakan semua ini selama bertahun-tahun. Tapi ini juga permintaan Cecil, ia tidak ingin abang tahu keberadaannya dan kembali membantunya. Saat itu Cecil hanya ingin mandiri dengan mencari uang sendiri. Ia ingin menebus kesalahannya dengan cara seperti itu bang. Aku hanya berusaha membantunya agar mimpi buruk yang terus menghantuinya itu benar benar menghilang. Sudah cukup Tuhan menghukumnya dengan cara seperti itu bang. Bang, aku mohon maafkan aku."

Zionel memijat pelipisnya sendiri. "Kau ada benarnya juga Zaline, mungkin saja jika saat itu kau menceritakan semuanya, kebencianku akan semakin besar padanya. Tapi saat ini, aku tak tahu dan sulit menggambarkan perasaanku ini."

Zaline beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Zionel, gadis cantik itu menggenggam tangan Zionel dengan lembut.

"Bang... lupakan dendam masa lalu, Zaline mohon beri Cecil kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia ingin sekali kembali untuk melihat orang tuanya. Hanya itu harapan terbesarnya selama bertahun-tahun bang. Ia sangat takut menghadapi kemarahan bang Zio, ia tidak ingin menjadi istri dan seorang ibu yang jahat di mata keluarga kecilnya. Ia berharap suami dan putri kecilnya tidak mengetahui masa lalu kelamnya bang. Hanya itu yang ia inginkan saat ini."

Zionel menepuk punggung tangan adiknya. "Sepertinya abang harus belajar memiliki hati yang besar sepertimu Zaline. Biar abang pikirkan lagi bagaimana seharusnya, tolong jangan paksa abang menjawabnya saat ini."

Zaline menganggukkan kepalanya. "Abang tidak marah lagi padaku kan? Abang mau memaafkan aku kan?"

Seketika Zionel beranjak dari tempat duduknya lalu mengecup kening Zaline. "Kau adalah adik kesayanganku. Kemarahanku tidak akan bisa mengalahkan rasa sayangku ini padamu. Tapi ingat... tidak ada lain kali Zaline. Apapun yang terjadi padamu, walaupun hanya seujung kuku, kau harus mengatakannya padaku."

"Zaline janji tidak akan pernah mengecewakan abang lagi."

"Huft... baiklah... kita sudahi dulu pembicaraan kita hari ini. Kau pulanglah lebih awal dengan Roxy untuk menggantikan mommy menjaga daddy di rumah sakit. Jika pekerjaan abang sudah selesai, aku akan segera kesana bersama Vani." ucap Zionel.

"Siap bos." jawab Zaline seraya menyeringai.

Zionel menarik hidung Zaline seraya meninggalkan adiknya. Zaline menghela nafas panjang setelah kakaknya keluar, ia beruntung memiliki kakak yang sangat menyayanginya seperti Zionel. Dan ia juga bersyukur pembicaraannya soal Cecil bisa diselesaikan dengan baik walaupun sempat membuat Zionel marah dan kecewa.

*****

Happy Reading All...

MOHON MAAF ATAS KETERLAMBATAN UP YANG BEGITU LAMA...

SEMOGA CERITA INI BISA DILANJUTKAN DENGAN LANCAR KEMBALI...

TERIMA KASIH YANG MASIH SETIA MENUNGGU JALAN CERITANYA...