Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Benar-benar Murka.
Akhirnya setelah beberapa menit menunggu, Aditya perbaiki mesin mobil itu dengan menyambungkan beberapa layar.
"Kamu bisa coba sebentar?" tanya Aditya membuat Arini menganggukkan kepala.
"Kakak penganglah payungnya!" titah Arini memberikan payung tersebut pada tangan Aditya dan Arini langsung berlari hujan-hujanan memasukkan mobil yang membuat Aditya terus melihatnya.
Arini duduk di kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil tersebut dan akhirnya berhasil.
Aditya memberi arahan dengan mengacungkan jempolnya. Arini tersenyum dan keluar dari mobil.
"Kamu untuk apa lagi keluar, kamu sudah basah-basahan seperti itu," ucap Aditya geleng-geleng kepala dengan mereka berdua berdiri berhadapan dengan sangat dekat dan Aditya memegang payung tersebut untuk melindungi mereka berdua.
"Arini berpikir ada lagi yang harus dilakukan," jawabnya terdengar begitu polos.
"Tidak ada lagi yang harus dilakukan dan semua sudah selesai, mobilnya sudah menyala," jawab Aditya.
"Syukurlah kalau begitu. Arini senang mendengarnya," jawab Arini membuat Aditya menganggukkan kepala.
Setelah mereka berdua berdiri begitu sangat dekat dan saling berhadapan, angin kencang tiba-tiba saja menerpa keduanya dan membuat pegangan payung tersebut terlepas.
Arini refleksi mengejar payung tersebut. Aditya melihat ke arah ujung dan melaju mobil yang begitu sangat kencang membuat Aditya melotot.
"Arini awas!" teriak Aditya berlari dengan kencang dan mendorong tubuh Arini untuk menghindari kecelakaan tersebut sampai akhirnya mereka berdua terjatuh ke aspal dengan posisi tubuh Aditya tertindih oleh Arini yang berada di atas tubuhnya.
Untung saja Aditya sangat gercep yang akhirnya membuat keduanya bisa selamat dari mobil yang melaju kencang itu.
Dengan nafas naik turun Arini masih memejamkan matanya dan sampai akhirnya membuka perlahan dengan kepalanya terangkat menyadari posisi tubuhnya di atas tubuh tersebut dengan Aditya sedikit mengangkat kepalanya untuk memastikan kondisi Arini.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aditya dengan suara berat membuat Arini menganggukkan kepala.
"Terima kasih. Kak, sudah menyelamatkan saya," ucap Arini membuat Aditya menganggukkan kepala, keduanya saling menatap begitu dalam sampai akhirnya Arini mencoba untuk duduk dan membantu Aditya juga duduk.
Akhirnya mereka berdua sudah kembali berada di dalam mobil dan masih berhenti di pinggir jalan. Keduanya sama-sama basah kuyup dan lebih parah Arini dan bahkan pakainya sampai pakaian dalamnya dapat dilihat karena pakaian yang dia pakai cukup tipis bahannya.
"Kamu sudah merasa baikan?" tanya Aditya melihat Arini sejak tadi panik mungkin hampir saja celaka akibat mobil yang melaju kencang.
"Sudah jauh lebih baik dar sebelumnya, terimakasih Kak Aditya sudah menolong saya dan saya tidak tahu jika tidak ada Kakak tadi apa yang akan terjadi kedepannya kepada saya," ucap Arini.
"Kamu juga membantu saya dan seharusnya tidak melakukan itu, Saya menyuruh kamu untuk tetap berada di dalam mobil dan biar saya yang menyelesaikan mobil dan kamu malah keluar, hampir saja kamu celaka," ucap Aditya.
Arini tidak merespon lagi dan terlihat sangat menggigil karena pakaian yang dia kenakan basah. Aditya mengambil jasnya dari jok belakang mobil dan kemudian memberikan pada Arini.
"Pakailah untuk mengurangi rasa dingin di tubuh kamu," ucap Aditya membuat Arini menganggukkan kepala dan kemudian memakainya.
Aditya melihat tingkah Arini dengan tubuhnya bergerak-gerak dan ternyata saat memakai jas tersebut Arini melepas pakaian di tubuhnya tanpa membuka jas itu. Aditya langsung mengalihkan pandangannya dengan kepolosan Arini melakukan hal seperti itu di sebelahnya.
Walau tidak telanjang, Tetapi dia mampu melepas pakaian itu tanpa tidak terlihat sama sekali. Walau keadaan seperti itu tetapi Aditya yang panik sebentar-sebentar kesulitan menelan ludah dan berusaha untuk menghindari pandangannya agar tidak melihat Arini.
Sampai akhirnya Arini sudah berhasil melepas pakaiannya dan terlihat terjatuh dari bawah kakinya membuat mata Aditya menoleh, Arini ternyata memiliki keahlian melepas pakaian dengan memakai pakaian terlebih dahulu.
"Sangat tidak nyaman memakai pakaian yang basah," ucap Arini tersebut membuat mata Aditya melihat ke arah pahanya yang terekspos, Bagaimana tidak jas itu hanya mampu menutup tubuhnya sampai paha atasnya.
Aditya lagi-lagi tidak berbicara dan hanya kesulitan menelan ludah, coba untuk menenangkan diri, Arini benar-benar menguji dirinya.
"Apa kita akan melanjutkan perjalanan atau menunggu hujan sampai reda?" tanya Aditya mencoba untuk mengalihkan kecanduan di antara mereka.
"Terserah bagaimana baiknya menurut Kakak. Kakak yang mengendarai mobil dan jika tidak apa-apa mengendarai saat hujan deras seperti ini, maka kita lanjutkan saja, kalau Kakak merasa khawatir ada bahaya, maka tidak apa-apa juga untuk kita menunggu sebentar," jawab Arini.
"Kita tunggu sebentar sampai hujannya tidak terlalu reda dan setelah itu kita melanjutkan perjalanan untuk pulang," ucap Aditya memutuskan membuat Arini menganggukkan kepala mengikut saja apapun yang dikatakan pria itu.
Arini dan Aditya berada di dalam mobil dengan hujan deras dan keduanya sama-sama diam, suasana hening di dalam mobil membuat kecanduan di antara keduanya.
Arini dan Aditya bahkan pernah saling tertangkap satu sama lain saat keduanya menoleh dan hanya saling melihat tanpa ada pembicaraan satu sama lain.
Akhirnya setelah hujan reda mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di kediaman Arini dengan Arini keluar dari mobil masih menggunakan jas Aditya ditutupi dan juga Di kancing dengan panjang sepahannya.
Aditya tadi membukakan pintu mobil untuknya dan sekarang mereka berdua saling berhadapan.
"Makasih, Kak sudah mengantarkan Arini malam ini," ucap Arini.
"Kamu tidak perlu berterima kasih seperti itu. Saya menawarkan kamu tumpangan dan padahal kamu membawa mobil, mungkin saja jika kamu mengendarai mobil kamu sendiri dan pasti kamu sudah pulang tanpa hujan-hujanan seperti ini dan juga basah kuyup," ucap Aditya.
"Kita tidak tahu apa yang terjadi ke depannya, jika kita sudah tahu apa yang terjadi mungkin saja kita tidak akan mengambil pilihan ini. Saya tetap mengucapkan terima kasih karena sudah diantarkan pula dan lagi pula kakak tadi juga sudah menyelamatkan saya," ucap Arini membuat Aditya menganggukkan kepala.
"Apa-apaan ini?" di tengah mereka berdua mengobrol begitu sangat tenang terdengar suara membuat keduanya menoleh dan siapa lagi jika bukan Meisya yang sudah beberapa kali menangkap keduanya saling bersama adat Aditya berkali-kali mengantar Arini pulang ke rumah.
Meisya menghampiri kedua orang tersebut dengan penuh curiga dan matanya menatap tajam kepada Arini melihat jas tunangannya yang dipakai oleh Arini.
"Apa-apaan ini? kenapa ini bisa kamu pakai!" Meisya terlihat begitu marah dan bahkan ingin melepas jas tersebut dari tubuh Arini.
"Meisya apa yang kamu lakukan!" Aditya berusaha untuk menghentikan kekasihnya itu.
"Kamu lepas barang tunangan saya dan jangan pakai di tubuh kamu!" tegas Meisya dengan penuh amarahnya.
"Kak Meisya jangan kasar seperti ini kepada Arini. Arini tidak memakai pakaian apapun dan Arini bisa telanjang jika bisa melepasnya," jawab Arini berusaha untuk mempertahankan jas itu.
"Apa kamu bilang, kamu tidak memakai pakaian apapun? Apa yang kamu lakukan?" Meisya bisa-bisa semakin menggila mendengar pernyataan Arini yang membuat spekulasi negatif
"Kamu benar-benar kurang ajar Arini? Kamu melakukan apa dengan tunangan saya!" teriak Meisya dipenuhi dengan rasa cemburu dan ketakutan tidak mampu mengendalikan dirinya dan berusaha untuk kembali melepaskan jazz tersebut.
Aditya berusaha untuk menenangkan kekasihnya itu dengan mencegah perbuatan Meisya dan pasti apa yang dilakukan Aditya justru melindungi Arini dan bagaimana Meisya tidak semakin marah.
Bersambung ....