SANG PENJAGA

...~•Happy Reading•~...

Setelah menyematkan cicin di jari manis Nathania, Raymond merai pundaknya, lalu memeluk untuk menenangkan Nathania yang sudah menangis. "Semoga suka." Bisik Raymond. Nathania mengangguk kuat, tanpa bisa berkata-kata.

"Ssstttt... Kita dilihat banyak mata dan sudah tidak ada matahari untuk menjemur kemejaku." Raymond coba bercanda untuk mengalihkan rasa haru Nathania, agar tidak makin menangis. Dia bisa merasakan detak jantung Nathania yang berdetak kuat dan tidak teratur.

Setelah Nathania agak tenang, Raymond melepaskan pelukan, tapi sebelah tangannya tetap melingkar di pundak Nathania dan mengusap puncak lengan untuk menenangkan.

Nathania menunduk dan melihat cicin indah melingkar di jari manisnya. Air mata menetes perlahan bukan karena sedih, tapi rasa bahagia yang menyelimuti hati oleh kasih sayang Raymond.

Raymond tidak banyak mengubar janji, akan melakukan atau memberikan ini dan itu. Tapi dia menunjukan kepastian akan komitmen yang pernah dikatakan dalam tindakan. Sehingga hati Nathania penuh dan meluap dengan rasa sayang dan hormat kepadanya.

"Karena saya sering datang tinggal di sini, jadi kami akan meresmikan hubungan kami secepatnya. Agar tidak menimbulkan fitnah lagi." Raymond berbicara dengan yang lain untuk mengalihkan perhatian Nathania kepada semua yang ada dalam ruang tengah.

"Saya berharap, Didit dan Magda bersedia jadi saksi dari pihak Thania. Kalau saya sudah pasti kedua bapak ini." Ucap Raymond serius sambil melihat Jacob dan Samuel.

Ketika melihat semua nama yang disebutkan mengangguk setuju, Raymond melanjutkan. Karena dia tidak mau membuang waktu yang berharga, bisa kumpul dengan orang-orang berintegritas.

"Sekarang, mari kita makan. Tapi sebelumnya, saya minta tolong Didit berdoa buat rencana kami. Berdoa juga buat yang disediakan Thania dan Bibi." Raymond sengaja berkata demikian, agar Nathania bisa memikirkan menu yang disajikan. Tidak hanyut dalam rasa haru yang membuat dia terus meneteskan air mata.

Didit menyetujui permintaan Raymond. Dia berdiri dan memanjatkan rasa syukur untuk proses pemulihan Raymond, juga rencana pernikahan Nathania dan Raymond.

"Terima kasih, Didit." Ucap Raymond setelah Didit berdoa sungguh-sungguh untuk kebahagiaan mereka.

"Setelah makan, saya mau membahas yang tidak boleh diabaikan dan menunggu kita selesaikan." Ucap Raymond makin serius, karena mau membicarakan kasus Frans.

Sehingga setelah makan, tanpa diatur, mereka terbagi dalam dua kelompok. Raymond, Samuel dan Jacob bicara di teras. Sedangkan Nathania, Magda dan Didit bicara di ruang tengah. Sedangkan Heri menunggu perintah pimpinannya.

"Selamat ya, Thania. Semoga lancar sampai hari H." Magda mengucapkan selamat dan harapan sambil memeluk Nathania. Didit dan Nathania mengaminkan harapan Magda.

Didit dan Magda menatap haru dan lega, mengetahui Raymond serius melamar Nathania. Walau Frans sudah ditahan, bayangan kelakuan dan obsesi Frans terhadap Nathania mengganggu mereka.

Jika Nathania sudah menikah, mereka berharap semuanya akan berakhir. Karena mereka sudah tahu dua orang anak buah Frans ikut ditangkap. Walau mereka tidak tahu berapa banyak antek-antek Frans yang dikerakan untuk mengrongrong Nathania.

"Thania, apa maksud Pak Ray, dengan lamaran dua kali sebelumnya." Didit sudah ingin bertanya saat mendengar penjelasan Raymond sebelum memasang cicin di jari manis Nathania.

"Oh, itu Mas. Pak Ray melamar aku pertama kali di kantor polisi, karena Frans..." Nathania menceritakan peristiwa di kantor polisi yang belum sempat diceritakan kepada Didit dan Magda di rumah sakit.

"Dia melarang karena Nike minta menjagamu? Jaga dalam hal apa?" Didit bertanya serius. Magda jadi ikut menatap Nathania.

"Itu juga yang ditanyakan Pak polisi di kantor polisi. Tapi dia cuma bilang, ya, menjagaku. Sangat aneh wasiat kakak seperti itu, padahal kakak bilang buat aku berbeda. Kemudian saat kami pulang, dia tusuk Pak Ray sebelum naik ke mobil." Nathania menjelaskan lagi.

"Syukur dia sudah ditangkap. Kalau belum, sangat berbahaya buatmu." Didit berkata serius. Magda mengangguk kuat, mendukung yang dikatakan Didit. Didit tidak mau mengatakan yang dipikirkan tentang anak buah Frans lainnya. Agar tidak menjadi beban pikiran Nathania.

"Iya, Mas. Masa aku lagi pergi survei produk, tiba-tiba dia muncul saat ada yang menyerangku...." Nathania menceritakan kejadian penyerangan dan Frans datang menolong.

Didit dan Magda terkejut dan sangat heran dengan perilaku Frans. Mereka bertiga terus membahas sikap Frans yang janggal dan aneh sebagai mantan ipar.

Sedangkan di teras, Raymond sedang berbicara serius dengan Jacob dan Samuel dengan topik yang sama. "Jadi maksudmu, sebelum kejadian di kantor polisi, dia pernah mengancammu?" Jacob bertanya serius dengan rahang kaku.

"Iya. Aku pertama bertemu Thania di sini. Tiba-tiba dia masuk dari sana lalu mengamuk di sini...." Raymond menceritakan yang dilakukan Frans.

"Berarti dia mengamati warung dan rumah ini?" Jacob jadi ingat kejadian mengikuti Belvaria dan Devino. Dia merasa ada yang berdiri di seberang jalan dan mengawasi warung dan rumah Nathania, selain dia dan Lanawir.

"Sepertinya, begitu. Kemudian ada tiga pengandara motor membuntuti mobilku dan mengancam, supaya tidak kembali ke sini. Rekamannya sudah aku kasih ke Muel." Ucap Raymond.

"Nanti tolong selidiki, apa kedua pengendara itu yang sudah ditangkap dengan Frans, atau bukan." Raymond ingin tahu, Frans termasuk dalam ketiga pengendara itu, atau masih ada anak buah Frans yang lain lagi.

"Ok. Berikan flat nomor motor mereka. Nanti aku cek, supaya kita tahu yang pasti. Jangan sampai dia masih punya kaki tangan di luar." Jacob mau menindak lanjuti laporan Raymond.

"Ok. Thanks. Selain itu, ada yang mau aku pastikan. Ini mengenai kejadian di kantor polisi yang menggangguku. Aku minta tolong kau selidiki kejadian istrinya meninggal."

"Istrinya? Istrinya kakak Thania, kan?"

"Iya. Ada yang janggal dengan meninggalnya."

"Istrinya meninggal karna apa?" Jacob jadi tertarik. Instingnya sebagai penyidik langsung memberikan sinyal tindak kriminal mendengar Raymond minta tolong tentang ada yang meninggal.

"Menurut Thania, kecelakaan di Bali saat honeymoon. Mereka baru menikah beberapa hari. Kakaknya jatuh di tangga villa dan tidak tertolong." Raymond mulai menceritakan yang dikatakan Nathania.

Samuel mendengar penuh perhatian dan mulai mengaitkan dengan tugasnya sebagai pengacara. Jika benar ada tindak kriminal, dia tidak hanya menuntut Frans dalam hal rencana pembunuhan Raymond.

Sedangkan Jacob mendengar keterangan Raymond sebagai penyidik. "Sangat mencurigakan dengan sikapnya di kantor polisi. Aku kira kakak Thania meninggal karna sakit, hingga bisa mewariskan wasiat untuk menjaga Thania." Ucap Jacob sambil berpikir. "Thania tahu dia kerja di mana?" Jacob meneruskan.

"Sepertinya, Thania tidak tahu, karena baru bertemu. Thania tinggal dan bekerja di Jakarta. Makanya kami bertemu di Jakarta. Mungkin kita bisa minta keterangan dari Didit. Dia lebih banyak tahu, karena sahabat kakak Thania." Saran Raymond.

"Oh iya, Didit. Aku baru ingat namanya. Dia yang kasih info alamat Frans, makanya kami cepat menangkap Frans. Aku mau bicara dengannya." Jacob merespon cepat dan serius untuk mengumpulkan keterangan tentang Frans.

...~_~...

...~▪︎○♡○▪︎~...